"Yuk mas," Ajak Cintia sambil menarik tangan suaminya yang nampak berkali lipat semakin tampan itu.
Cintia terus menebarkan senyumnya, meski Adiyaksa tidak memberikan respon yang tidak seperti biasanya. Dia memang melihat suaminya mengikuti segala keinginannya, tapi suaminya juga terlihat menjadi pediam. Bahkan hanya berbicara seperlunya.
Saat berada di perjalanan menuju gedung sate pun Adiyaksa terlihat tidak bersemangat. Hanya saling bertukar informasi dengan sopir, tapi tidak mengucap banyak kata seperti biasanya pada Cintia.
Untuk awal sebenarnya Cintia tidak mempermasalahkan hal itu, karena dia berpikir bisa saja laki-laki tampan yang ia sayangi itu hanya merasa lelah karena terlalu lama berada di kereta. Tapi semakin lama Cintia juga semakin sadar bahwa suaminya mendadak berubah.
"Aku gak tahu ini karena apa mas, tapi apa boleh kalau aku mikir yang sederhana aja? Karena jujur aja aku takut kamu akan sama aja sama lelaki di luar sana yang bikin kamu sakit hati."
在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者