webnovel

Jalan dengan penduduk bulan

Minggu pagi...

Marisa baru saja bangun tidur dan menguletkan tubuhnya dengan mengangkat tangannya. Dia beranjak dari ranjang tempat tidurnya keluar dari kamarnya menuju kulkas. Mengambil sebotol besar air minum lalu meminumnya. Tiba-tiba saja Bulan kucingnya bersuara seolah memberikan isyarat di dekat jendela kamar kosnya.

"Meow...."

"Ehm....!

Marisa memasukkan lagi botol yang tadi bekasnya minum, melangkahkan kaki menuju kaca jendela kamar kosnya. Mulai membuka gorden dan terkejut melihat Joy sedang melambaikan tangan ke arahnya. Dia pun refleks menutupnya kembali.

"Ha~ dia jadi datang!" Marisa seketika menjadi gugup dan sedikit canggung.

"Aku rasa aku harus mandi sekarang!" Marisa pun berbalik dengan berjalan cepat menuju kamarnya lagi mengambil handuk lalu dia melangkah lagi menuju kamar mandi yang ada di luar kamarnya.

Joy melihat jam ditangannya sambil tersenyum dia menikmati pagi yang cerah.

Di apartemen April yang  baru saja mandi dan keluar dari sana dengan memakai handuk, merasa bersalah sekali dengan perkataannya kemarin kepada Marisa. Dia pun berniat akan pergi kesana menemui Marisa untuk meminta maaf.

"Sepertinya aku harus segera menemui Marisa, dia pasti salah paham sekali dengan perkataanku semalam. Bodoh sekali aku! Bagaimana bisa aku mengatakan dirinya jual diri. Astaga mulutku ini kotor sekali," ucap April sambil menepuk kepalanya merasa sangat bersalah sekali membuat Marisa marah dan tersinggung dengan perkataannya.

Setelah itu April pun langsung melangkahkan kaki menuju lemari bajunya dan berganti pakaian dengan cepat. Selesai itu, dia pun langsung mengambil ponselnya yang diletakkan di atas meja samping ranjang tidurnya lalu dia menekan layar ponselnya untuk menghubungi Marisa.

Marisa yang baru saja selesai berpakaian mendengar ponselnya berdering, langsung saja dia menghampiri ponsel yang diletakkan di atas ranjang tidurnya, melihat panggilan dari April. Dia yang masih marah pun terpaksa mengangkat panggilan itu.

"Ada apa kau menghubungiku?" tanya Marisa dengan berpura-pura ketus masih marah soal kejadian semalam.

"Kau ada waktu tidak hari ini, aku ingin mengajakmu pergi jalan-jalan?" tanya April kepada Marisa.

"Jangan hari ini. Aku ada janji dengan seseorang," jawab Marisa menolak ajakan April karena dia harus jalan dengan Joy.

"Dengan siapa?" tanya April kepada Marisa merasa sangat penasaran sekali sahabatnya itu tidak memiliki teman ataupun pacar.

"Nanti aku ceritakan padamu kalau aku sudah bertemu dengan orang itu, aku pergi dulu ya dadah!" Marisa langsung mematikan panggilannya.

Dia mengambil tasnya lalu memasukkan lagi ponselnya, setelah siap dia pun melangkahkan kaki menuju pintu keluar, seperti biasa sebelum keluar Marissa melambaikan tangan ke arah kucingnya yang mengikutinya terus dari tadi.

"Bulan maaf hari ini aku sepertinya tidak akan di rumah, makananmu sudah kusiapkan seperti biasa dan kau makanlah sampai jumpa nanti," ucap Marisa sambil tersenyum lalu melambaikan tangan dan menutup pintu kamar kosnya.

Joy yang sudah menunggu sekitar empat puluh menit, melihat pintu gerbang terbuka dan langsung menyapa Marisa yang baru saja keluar dari dalam.

"Hai..." Joy mengangkat tangannya langsung tersenyum melihat Marisa.

"Hai. Maaf telah membuatmu menunggu lama," ucap Marisa masih canggung sekali di hadapan Joy.

"Tidak apa-apa, tidak lama juga." Joy sembari membukakan pintu mobil untuk Marisa.

Melihat itu Marisa pun langsung masuk ke dalam mobilnya, melihat Joy yang sedang melangkahkan kakinya untuk masuk dan duduk di sampingnya. Joy langsung memasang sabuk pengamannya, lalu melihat Marisa yang belum memasangnya dia langsung memberitahu Marisa.

"Marisa." Joy memanggil dengan lembut sambil memasang sabuk pengamannya.

"Hm~" Marisa gugup melihat Joy dengan waspada.

"Sabuk pengamanmu belum kau pasang." Joy menunjuk ke arah sabuk pengamannya yang ada di sampingnya.

"Oh iya. Aku lupa. Maaf." Marisa tersenyum paksa lalu menarik sambil pengamannya untuk digunakan olehnya.

Setelah melihat Marisa yang sudah memakai sabuk pengamannya, dia pun langsung saja menyalakan mesin mobilnya dan mengendarainya.

Di rumah Shofie sedang memasak di dapur tanpa seorang pelayan, semua alat kebersihan di rumahnya memakai mesin saja. Jadi dia tidak terlalu capek. Maxim yang baru saja bangun tidur, melihat istrinya yang sedang memasak langsung saja menyapanya sambil melangkahkan kaki memeluk istrinya dari belakang.

"Pagi sayangku...

"He apa yang kau lakukan." Shofie malu sekali bermesraan dengan suaminya di dapur.

"Aku hanya memeluk istriku saja. Apa yang salah?" jawab Maxim sambil mengecup pipi kiri istrinya.

"Max... Kau gila. Bagaimana kalau ada yang melihatnya?" Shofie kegelian dengan keromantisan dari suaminya.

"Joy sudah pergi kan?" tanya Maxim sambil melepaskan pelukannya lalu melihat istrinya yang sedang memotong sayur.

"Sudah, dia bilang akan mengenalkan seseorang untuk dibawa kemari. Makanya aku memasak untuk sarapan pagi bersama," jelas Shofie memberitahu Maxim.

"Oh iya, yang semalam kan. Wah aku jadi tidak sabar siapa yang ingin dia tidak kenalkan pada kita." Maxim tersenyum lalu mengambil baskom sayuran yang ada di sampingnya untuk dicuci.

"Sayang biar aku saja." Shofie sambil melihat Maxim yang sedang mencuci sayuran di wastafel.

"Tidak apa-apa sayang. Kau lakukan saja yang tidak aku bisa," jawab Maxim sambil melihat ke arah Shofie.

TIT...TIT...TIT....!

Suara bunyi dari laboratorium membuat Shofie dan Maxim pun terkejut, lalu dia meminta suaminya untuk melihatnya di ruang laboratorium.

"Sayang cepat lihat!" Shofie meminta Maxim meninggalkan aktivitas yang sedang dipegangnya.

"Iya sayang." Maxim langsung bergegas lari yang cepat menuju kamar laboratoriumnya dengan wajah panik sekali.

Di perjalanan Marisa diam saja melihat perjalanan, lalu dia sangat penasaran dan menanyakannya langsung kepada Joy yang sedang fokus mengendarai mobilnya.

"Kita mau kemana Joy?" Tanya Marisa kepada Joy sambil melihatnya.

"Aku akan memperkenalkan dirimu dengan Pak Guru," jawab Joy sambil tersenyum sesekali melihat Marisa.

"Pak Guru. Kau memiliki guru di sini? Kau penganut ilmu hitam?" tanya Marisa dengan wajah ketakutan.

"Ilmu hitam? Oh... Aku pengajar ilmu astronomi bersama Pak Guruku itu," jawab Joy yang tidak mengerti dengan perkataan Marisa barusan.

"Kau guru?" Marisa terkejut sambil menunjuk ke arah Joy. "Bukankah kau dari bulan katanya, tapi kenapa kau bisa mengajar?" tanya Marisa dengan penuh rasa penasaran sekali.

"Hm~ Joy menganggukan kepalanya sambil tersenyum. "Maka itu, nanti akan kujelaskan padamu. Biar kau tidak kebingungan," jawab Joy meminta Marisa bersabar dulu.

Marisa yang bingung pun hanya bisa mengikuti saja keinginan Joy, walaupun dalam benaknya masih tidak bisa mempercayai Joy.

"Mana mungkin penduduk bulan bisa mengajar? Apa disana ada sekolah juga?" batin Marisa bertanya-tanya dalam benaknya, sambil melirik ke arah Joy yang duduk di sampingnya.