webnovel

Mimpi di Istana Dingin

Meng Yue adalah musim semi yang bermekaran, sedang Feng Xin adalah musim dingin yang membeku. Musim semi tidak akan bisa datang jika musim dingin belum mencair, dan musim dingin harus menghilang begitu musim semi datang. Seperti kedua musim itu, Meng Yue dan Feng Xin tidak bisa hidup berdampingan, mereka hanya ditakdirkan bertemu sesaat sebelum salah satunya harus pergi. Ketika pergantian musim harus terjadi, mampukah mereka saling melepaskan?

Hazelnut_4529 · 历史言情
分數不夠
18 Chs

#1 : Tentang Feng Xin

Di sebuah puncak gunung yang tinggi, terdapat satu sekte perguruan yang disebut dengan Perguruan Bai. Tak banyak orang yang bisa masuk ke dalam perguruan tersebut, karena Penatua Bai memilih secara selektif para murid yang ingin ia ajari. Ia tak mau menurunkan ilmunya kepada orang sembarangan.

Orang yang berhasil masuk ke dalam perguruannya haruslah seorang yang sudah memiliki keahlian bela diri pada tes seleksi atau mereka yang memiliki bakat bawaan. Jika tidak memiliki salah satu dari kedua itu, maka sudah dipastikan ia akan ditolak oleh Penatua Bai tanpa perduli apapun statusnya di negara ini.

Feng Xin adalah salah satu dari orang tersebut. Sewaktu umurnya sepuluh tahun, ia mengikuti tes seleksi di perguruan ini dan segera lolos karena kemampuan bela dirinya di usia semuda itu, juga karena ia memiliki bakat bawaannya. Penatua Bai segera mengambilnya sebagai murid dengan senang hati.

Dan saat ini orang itu sedang berdiri dengan bangganya di atas tanah. Satu kakinya menginjak punggung pemuda lain sedang semua orang di sekitarnya bertepuk tangan dengan meriah. Ia tersenyum tipis menikmati semua seruan untuknya.

"Seperti yang sudah aku duga, kau memang muridku paling berbakat, Feng Xin." Seru Penatua Bai bertepuk tangan dari podium tinggi.

Feng Xin menarik kakinya dari punggung pemuda tadi lalu membungkuk hormat pada Penatua Bai, "Anda terlalu memuji, Shifu." Kata Feng Xin dengan nada rendah hati.

Mata Penatua Bai lalu bergeser pada pemuda yang terbaring nyaris tak berdaya di lantai. Tatapannya tampak tidak senang. "Qingwu, kau mengecewakanku lagi." Kata Penatua Bai dengan nada kecewa dan marah pada saat bersamaan.

Pemuda yang dipanggil Qingwu itu segera bangkit dengan perlahan, ia terus mengelus punggungnya dengan ekspresi kesakitan yang sama sekali tak ia tutupi, "Aya--Maksudku Shifu, ini tidak adil! Feng Xin adalah murid terbaikmu, tentu saja aku akan kalah darinya dengan mudah! Kau tahu benar bagaimana kemampuanku selalu saja di bawahnya!" Qingwu berkata dengan nada kesal.

Mata Penatua Bai tambah menunjukkan ketidaksenangan, "Itu hanya karena kau terlalu banyak bermain - main! Kau pikir aku tidak tahu? Setiap kali aku pergi dari sini, kau selalu memanfaatkan kepergianku dengan turun gunung dan menggoda gadis - gadis di desa kaki gunung ini!"

Qingwu tak berani lagi buka suara.

"Aku bersumpah aku akan menghukummu dengan keras jika pada pertandingan bulan depan kau tidak menunjukkan kemajuan apapun. Sekarang menyingkirlah!" Lanjut Penatua Bai

Pemuda itu dengan patuh berdiri dan dengan tertatih berjalan ke pinggir, tempat para murid lainnya duduk.

"Baiklah, selanjutnya siapa yang ingin maju?" Seru Penatua Bai melirik ke arah para muridnya.

"Shifu, saya akan maju!" Seru seseorang dari barisan murid tingkat atas.

Penatua Bai menatapnya sekilas, lalu mengangguk setuju. Pertandingan ini memang tak memiliki aturan bahwa yang boleh bertarung hanyalah murid dari tingkat yang sama. Semua tingkat boleh berpartisipasi dalam pertandingan ini, yang membedakan hanyalah ego mereka sendiri. Murid tingkat bawah jarang berani melawan murid tingkat atas, karena mereka tahu mereka akan kalah telak. Murid tingkat atas juga biasanya jarang menanggapi tantangan murid tingkat bawah, karena jika mereka menang, itu tidak akan membawa penghormatan apapun.

Tapi tentu saja akan selalu ada beberapa pengecualian. Seperti pada Feng Xin. Murid tingkat menengah yang telah menguasai sejumlah ilmu bela diri dan tingkat kultivasi yang cukup tinggi. Bahkan para murid tingkat atas sering mengujinya dengan mengajaknya bertarung di pertandingan ini, untuk bisa menjatuhkan kehebatannya. Tapi sayangnya sejauh ini, masih belum ada yang bisa menjatuhkan Feng Xin di pertandingan.

Murid tingkat atas itu maju dengan angkuhnya. Feng Xin menatap pemuda itu dengan tatapan biasa, sama sekali tidak ada ketakutan di matanya. Ia dengan santai menanti langkah shixiong-nya hingga tiba di depannya. Begitu mereka saling menunduk, pertarungan dimulai kembali.

Penatua Bai melihat semua itu dengan tatapan menilai. Sebenarnya ia sangat menyukai Feng Xin. Muridnya itu adalah murid paling berbakat yang pernah dimiliki olehnya. Tak hanya berbakat, Feng Xin juga pintar dan memiliki rasa haus akan pelajaran. Hingga mengajar pemuda itu sangat menyenangkan baginya. Sayangnya, pemuda itu adalah seorang Putra Mahkota Kerajaan . Penatua Bai tidak akan bisa menahannya di tempat ini. Kalau tidak, ia pasti sudah menjadikan pemuda itu pewaris perguruan ini sejak lama.

"Shifu, di depan ada seseorang yang meminta bertemu dengan Feng Xin shidi." Kata seorang murid pada Penatua Bai.

Alis Penatua Bai berkerut mendengarnya, ia melirik muridnya itu dengan tatapan tidak suka, "Ini bukan waktu kunjungan, siapa yang berani mengganggu acara ini?" Tanyanya kesal.

"Saya sudah mencoba memberitahunya shifu, tapi dia bilang hal ini sangat mendesak." Kata murid itu, ia kemudian mendekat ke arah Penatua Bai untuk membisikkan sesuatu, "Kaisar Rui telah mati di serang di istana. Feng Xin shidi harus segera kembali ke istana atau semuanya akan terlambat." Tambahnya pelan.

Penatua Bai mengangguk mengerti. Selama beberapa saat ia hanya diam menunggu pertandingan di depannya selesai. Bagi orang yang tidak mengenal Penatua Bai dengan jelas, mungkin akan mengira orang tua itu tidak perduli pada keadaan muridnya. Tapi orang yang mengenal Penatua Bai dengan baik segera tahu bahwa orang tua itu telah merencakan sesuatu.

Dan memang benar, Penatua Bai memang merencanakan sesuatu. Ia hanya diam di tempat duduknya karena ia tahu Feng Xin akan segera menang sebentar lagi. Dan ia sengaja tidak membuat keributan agar tak ada yang tahu konflik kerajaan Feng Xin.

Sesuai dugaannya, Feng Xin sekali lagi berhasil menjatuhkan murid tingkat atas itu dengan pukulan telak. Sekali lagi seruan pujian bergema. Tapi kali ini, Penatua Bai tak duduk diam, ia segera berdiri bangkit di atas tribun. Membuat semua perhatian tersedot padanya.

"Feng Xin, ikut aku." Katanya dengan nada dingin.

Feng Xin mengernyit mendengar hal itu, tapi ia jelas bukan dalam posisi bisa membantah. Jadi ia membungkuk hormat dan mengikuti langkah gurunya masuk ke dalam paviliun utama.