webnovel

Sekolah Baru

Pagi ini suasana sangat cerah, cahaya mentari begitu lincah memasuki celah jendela kamar seorang gadis yang masih terlelap dengan dunia mimpinya dengan selimut yang masih terbalut dengan tubuhnya. Cahaya mentari tak begitu mengusik tidur gadis itu, dan kini ia masih terlelap dalam tidurnya. Kini giliran jam weker yang mencoba membangunkannya.

Kriiing, kriiing!

Tidur Tania sangat terusik dengan suara itu, membuatnya mendengus kesal sambil mengambil jam weker yang tak henti-hentinya untuk bunyi. Kini, gadis itu begitu terkejut saat melihat jam weker ditangannya menunjukkan pukul 07.00 WIB.

"Whaaaat! udah jam tujuh, mampus telat gue," pekik Tania yang segera berlari menuju toiletnya.

Setelah berapa menit Tania membersihkan tubuhnya yang akhirnya selesai juga, badannya terasa lebih segar dari sebelumnya. Tania segera mengambil seragam sekolahnya yang telah ia siapkan kemaren dan memakainya.

"Ya ampun, jangan sampe telat nih," omel Tania yang berjalan ke arah kaca untuk memoleskan sedikit bedak ke wajahnya.

Saat Tania sibuk dengan bedaknya ia melihat sosok anak kecil lewat pantulan kaca tersebut, membuat jantung Tania sedikit melaju lebih cepat. Tania terlonjak kaget saat melihat sosok anak kecil lewat kacanya dan penampilannya sangat berbeda dari yang lain anak kecil tersebut kini tak memakai baju dan rambut yang botak, Tania langsung melihat ke belakangnya namun ia tak mendapatkan seorang pun di sana.

"Udah lah, yang penting gue gak ganggu kalian jadi gue mohon jangan gangguin gue," ucap Tania yang segera berjalan keluar kamarnya dengan tas yang berada di bahunya.

"Tania, jadi juga ke sekolahnya?" tanya Adrien.

"Jadi mi, Tania tadi ketiduran. Habis mami sih gak bangunin Tania," jawab Tania yang berjalan ke arah meja makan dan duduk disamping Vina.

"Tadi mami mau bangunin kamu, tapi kamu tidurnya nyenyak banget ya udah mami gak tega bangunin kamu, pasti kamu kecapean kan," ucap Adrien.

"Gak kok mi, Tania gak cape. Kemaren kan Tania udah bilang kalo Tania bakal sekolah sekarang," ucap Tania.

"Ya udah, Tania sekolah sekarang. Perginya bareng papi aja sekalian papi juga searah sama sekolah kamu," ucap Helven.

"Okeey pi," sahut Tania.

"Pi, kita berangkat sekarang aja yuk, ntar keburu telat sekarang udah jam 07.15," ucap Tania yang segera berdiri dari kursinya.

"Ya udah, Adrien aku berangkat dulu," pamit Helven.

"Mi, Tania berangkat ke sekolah dulu yaa," pamit Tania, yang mencium tangan maminya.

"Iya sayang, hati-hati," sahut Adrien.

"Tania, tunggu dulu," ucap Vina, yang membuat langkah Tania terhenti.

"Apalagi sih?" tanya Tania kesal.

"Penampilan lo, gak ada niat untuk diperbaiki ya?" tanya Vina yang melihat Tania dari atas hingga bawah.

Penampilan Tania kini memang tak ada bedanya, dengan seragam yang melekat ditubuhnya dan dilapisi hoodie berwarna hitam. Hanya saja earphone yang tak ia pasang ditelinganya.

"Emang salah ya, gue kaya gini? Masalah buat lo?" jawab Tania.

"Lo kaya---" ucap Vina yang terpotong oleh Tania.

"BUKAN URUSAN LO!" ucap Tania dingin dengan tatapan tajam yang ia tujukan untuk Vina.

"Okey, terserah lo," ucap Vina.

Tania dengan cepat melajukan langkahnya menuju keluar rumah yang telah ada papi dan maminya di sana.

"Dek, udah belum? Papi udah telat nih," teriak Adrien.

"Iya mi, udah nih," sahut Tania yang segera masuk ke dalam mobil tersebut.

Kini mobil tersebut telah melaju dengan kecepatan rata-rata membelah kota Jakarta.

"Pi, sekolah Tania apa sih namanya?" tanya Tania.

"SMA Adiwijaya, sayang," jawab Helven.

"Ooh," sahut Tania, yang mengeluarkan ponselnya dari saku hoodienya.

"Tania tadi gak sarapan dulu kan?" tanya Helven.

"Gak sempet pi, nanti Tania sarapan di kantin aja," jawab Tania.

"Ya udah deh," sahut Helven.

Tak terasa kini mobil mereka telah berada didepan SMA Adiwijaya.

"Tuan udah sampai," ucap sopir tersebut.

"Iya," sahut Helven.

"Pi Tania sekolah dulu ya, byee," ucap Tania yang turun dari mobilnya.

"Tania," panggil Helven.

"Apa pi?" tanya Tania yang kembali berjalan mendekati kaca mobil papinya.

"Ntar pulangnya tunggu di sini ya, nanti papi suruh Yanto yang jemput," ucap Helven lagi pada gadis yang tampak semangat untuk masuk ke sekolah barunya itu.

"Iya pi," sahut Tania.

"Ya udah, belajar yang rajin," ucap Helven.

"Iya pi," sahut Tania yang kembali berjalan memasuki pekarangan sekolah.

Namun, saat masuk ia sempat bercengkrama dulu dengan satpam sekolah tersebut. Karena ia telat datang dan akhirnya ia bisa juga untuk masuk atas nama papinya.

Tania berjalan menyusuri koridor sekolah, saat ini ia telah berkali-kali berjalan mencari ruang kepala sekolah namun tak kunjung ia mendapatkannya. Untung aja saat Tania berjalan menyusuri koridor ia bertemu dengan seorang perempuan yang berjalan berlawanan arah dengannya.

"Permisi bu, maaf saya mau nanya ruang kepala sekolah di mana ya?" tanya Tania, entah kenapa saat ini ia sedikit merinding berada di dekat perempuan tersebut.

"Kamu siswi baru di sini?" sahut perempuan tersebut.

"Iya bu," jawab Tania.

"Pantes aja, ruang kepala sekolah dilorong 3 lantai 2," ucap perempuan tersebut.

"Makasih bu," ucap Tania yang segera pergi meninggalkan ibu tersebut.

'Perasaan gue merinding deh didekat ibu-ibu tadi, bodo lah,' batin Tania.

Tania telah sampai di depan pintu kepala sekolah tersebut, ia segera mengetuk pintunya.

Tok, tok, tok!

"Permisi," ucap Tania yang berada di luar.

"Masuk!" ucap seseorang yang berada di dalamnya, yang bisa ditebak ia laki-laki.

Tania segera masuk ke dalam ruangan tersebut.

"Permisi pak," ucap Tania yang segera duduk pada kursi yang berada di depan kepala sekolahnya.

"Iya, kamu anaknya Helven?" ucap sosok laki-laki paruh baya di depan Tania.

"Iya pak, saya anaknya," jawab Tania.

"Perkenalkan nama saya Albert, kamu bisa panggil saya pak Al," ucap pak Albert.

"Baik pak Al, saya Tania," ucap Tania.

"Nama yang bagus," ucap Albert.

"Kalo boleh tau, kelas Tania di mana ya pak?" tanya Tania.

"Kamu saya letakkan di kelas XI IPA 1," ucap Albert.

"Hmm, baik pak. Makasih," ucap Tania.

"Permisi pak Al," ucap seorang guru yang masuk keruangan tersebut.

"Iya ada apa?" sahut Albert.

"Ini ada berkas yang harus diserahkan," ucap seorang guru perempuan yang kini berada di samping Tania.

"Baik, terimakasih," ucap Albert.

"Saya permisi dulu pak," ucap guru perempuan tersebut.

"Santi, tunggu dulu," ucap Albert yang membuat guru perempuan yang dipanggil Santi tersebut berbalik arah.

"Ada apa pak?" tanya perempuan tersebut.

"Kamu sekarang ada di kelas mana?" tanya Albert.

"Saya lagi ngajar dikelas XI IPA 1 pak," jawabnya.

"Bagus deh, kebetulan ada siswi baru yang saya masukan ke kelas itu, saya harap kamu bisa membimbingnya untuk masuk ke kelas tersebut," ucap Alber.

"Baik pak," sahutnya.

"Tania kenalkan ini namanya Bu Santi, seorang guru biologi di sekolah ini," ucap Albert.

"Kenalkan nama saya Tania bu,' ucap Tania yang mengulurkan tangannya pada wanita di depannya.

"Ya udah, kita ke kelas sekarang Tania," ucap Santi.

"Pak, Tania permisi ke kelas dulu," ucap Tania yang segera keluar mengikuti guru di depannya.

"Baik," sahut Albert.

Tania yang menguntit wanita itu. Hanya bergumam bingung dalam hatinya.

'Aneh,'

***