webnovel

Kelas Baru Gak Kalah Horornya

Tania kini telah berada di depan kelas XI IPA 1.

"Ayo Tania masuk," ucap Bu Santi.

"Iya bu," sahut Tania yang mengikuti Bu Santi masuk ke kelas tersebut.

Seluruh murid sontak diam atas kedatangan Tania.

"Kita kedatangan siswi baru, ibu harap kalian semua bisa berteman baik dengannya," ucap bu Santi.

"Baik bu," jawab seluruh siswa.

"Tania, silahkan perkenalkan diri kamu," ucap bu Santi yang kembali ke mejanya.

"Baik bu," sahut Tania.

"Hai semua, perkenalkan nama gue Tania Salsabila kalian bisa panggil gue Tania," ucap Tania.

"Baik, ada pertanyaan?" potong bu Santi.

"Tania kenapa pindah ke sini?" tanya salah satu siswa yang berada di depan Tania.

"Gue pindah ke sini karena urusan keluarga," jawab Tania.

Gadis itu kini, hanya ber oh ria

Semua siswa banyak yang bahagia dengan kedatangan Tania, namun pandangan Tania kini tertuju pada seorang cowo yang menatapnya tajam.

'Itu anak ngapain sih mandang gue gitu,' batin Tania.

"Tania kamu boleh duduk di sana," ucap bu Santi yang menunjuk salah satu kursi paling pojok.

Namun, Tania sedikit bingung. Gimana ia ingin duduk di sana jika kursi yang dianggap bu Santi kosong ditempati sosok cewe yang juga memakai seragam sekolah.

'Ya ampun, gue mau duduk di mana nih. Di sana ada orang gak mungkin kan gue dudukin dia,' batin Tania.

"Di sana bu?" tanya Tania yang menunjuk tempat yang dituju oleh bu Santi.

"Iya," jawab bu Santi.

Kini Tania, melihat semua kursi yang kosong. Yap, untung banget ada salah satu kursi yang kini kosong namun kursi tersebut berada di samping cowo yang melihat tajam ke arah Tania tadi.

'Semoga aja tu cowo gak jahatin gue,' batin Tania.

"Hmm, bu Tania duduk di sana aja deh," ucap Tania yang menunjuk kursi di samping cowo tersebut.

"Ya udah, kamu boleh duduk sekarang," ucap bu Santi.

"Makasih bu," ucap Tania yang berjalan menuju kursi yang berada di samping cowo tersebut.

Baru saja Tania mendudukkan bokongnya di kursi tersebut, siswi yang berada di depannya langsung menoleh ke arah Tania.

"Hai," sapa siswi tersebut.

"Hai," sahut Tania.

"Kenalin gue Alea," ucap Alea yang mengulurkan tangannya.

"Tania," sahut Tania yang membalas uluran tangan tersebut.

"Alea nanti kita lanjutkan kenalannya, sekarang kita lanjutkan pelajaran yang tertunda tadi," ucap bu Santi.

"Iya bu," sahut Alea.

Jam pelajaran pun telah berlangsung dua jam kini tinggal satu jam lagi. Tania yang merasa dari tadi dipantau ia melihat ke sampingnya, ternyata bener cowo itu masih menatap Tania.

"Ngapain liat gue?" tanya Tania yang merasa risih dengan cowo tersebut.

Namun, bukannya menjawab cowo tersebut menatap Tania dengan tatapan datar dan kembali memperhatikan bu Santi.

Tak terasa bel istirahat bunyi, semua siswa berhamburan menuju kantin. Kini hanya beberapa murid yang berada di kelas tersebut termasuk Tania, cowok yang natap Tania dan juga Alea dengan beberapa temannya.

"Tania, lo ga ke kantin?" tanya Alea.

"Hmm, iya bentar lagi gue beresin ini dulu," jawab Tania.

"Ooh iya, kenalin itu sahabat gue Tan," ucap Alea yang menunjuk dua orang perempuan di sampingnya.

"Hai Tania, kenalin gue Jeje," ucap seorang perempuan dengan rambut pendek.

"Hai Je," sahut Tania.

"Kenalin gue Caca," ucap seorang perempuan dengan rambut panjang yang sedikit ia kuncir.

"Iya, senang ketemu kalian," ucap Tania.

"Gimana kalo lo ikut kita ke kantin aja, barengan gitu kan kalo rame tambah seru," ucap Alea.

"Hmm, boleh, tapi gue beresin ini dulu," sahut Tania yang memasukkan beberapa buku ke dalam tasnya.

Saat Tania memasukkan buku ke dalam tas, ia tak sengaja melihat kearah kursi yang sempat di suruh bu Santi untuk menempatinya, ia melihat sesosok gadis berwajah pucat dan rambut panjang terurai yang duduk pada kursi tersebut yang melihat ke arah Tania. Tania sempat melihat ke arah lain dan kembali melihat pada gadis tersebut, namun gadis itu tetap setia menatap Tania.

Entah angin dari mana membuat Tania sedikit merinding berada di kelas ini.

"Tan," ucap Alea yang melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Tania, namun ia belum juga menyadarinya.

"Tania," ucap Alea yang kedua kalinya dengan mengguncang bahu Tania.

"Hah? Apa?" ucap Tania kaget akibat kelakuan Alea.

"Lo ngapain bengong sih, ntar kesurupan baru tau lo," ucap Alea.

"Gak, siapa yang ngelamun sih," ucap Tania, yang memegang tengkuknya yang merinding.

"Ya udah, ayolah kita ke kantin gue dah laper nih," rengek Jeje.

"Kuuy lah," jawab Alea yang memegang tangan Tania.

"Gak usah dipegangin kali Al, gue bisa jalan sendiri," ucap Tania yang memasang earphone ke telinganya.

Namun, sebelumnya Tania keluar dari kelas tersebut ia tak sengaja melihat ke arah cowo yang masih setia di kursinya, kedua manik mata tersebut beberapa detik beradu pandang dan Tania segera memutuskannya.

***

Kini mereka telah berada di kantin sekolahnya, Alea memilih meja yang berada paling tengah karena hanya itu yang kosong kini. Mereka duduk pada kursi tersebut.

"Mesen apa teh mba Alea?" ucap penjaga kantin yang berada di sisi meja mereka.

"Kalian mau apa?" tanya Alea.

"Gue mah nasgor aja Al," jawab Jeje.

"Iya gue samain aja deh," sahut Caca.

"Lo pesen apa Tan?" tanya Alea yang melihat ke arah Tania yang sibuk dengan ponselnya.

"Gue nasgor aja deh, ama teh es," jawab Tania.

"Ya udah, nasgornya 4 sama teh es 4 deh mbak," ucap Alea pada penjaga kantin tersebut.

"Baik mbak Alea, nanti saya antarkan," jawabnya dan segera pergi meninggalkan meja yang ditempati 4 sekawan tersebut.

"Tania, by the way Lo kenapa pindah ke sini?" tanya Alea.

"Ada urusan keluarga, bokap gue harus ngurus sebuah perusahaan di Jakarta makanya gue harus pindah ke sini," jawab Tania yang meletakkan ponselnya di meja.

"Ooh gitu, emang lo pindahan dari mana?" tanya Alea.

"Iih, lo kepo amat si Al," potong Jeje.

"Tau tuh, kepo amat lo," lanjut Caca.

"Serah gue dong, orang Tania gak marah kok," jawab Alea yang berusaha membela dirinya.

"Gue pindahan dari Belanda," jawab Tania.

"Wuuih, jauh bat," ucap Caca.

"Lo bisa bahasa Belanda dong," ucap Jeje.

"Ya gitu deh," sahut Tania.

"Coba lo jawab pertanyaan gue pake bahasa Belanda Tan," ucap Alea.

"Iya," sahut Tania.

"Pantesan aja, wajahnya rada blesteran ya! Orang tua lo, keturunan Belanda ya keduanya?" tanya Alea lagi semakin penasaran.

"Enggak, cuma bokap, nyokap gue orang Minang," jawab Tania lagi.

"Ya udah, untuk pertanyaan kali ini lo jawab pake bahasa Belanda ya!" seru Alea.

"Lo bersaudara berapa? Punya kakak atau adek gak?" timpalnya Alea.

"Ik ben twee broers en zussen, ik ben het tweede kind en ik heb een oudere zus genaamd Vina," jawab Tania.

"Hebat lu Tan," ucap Caca, yang dibalas senyuman oleh Tania.

"Hehehe, Tania," panggil Jeje.

"Apa?" tanya Tania.

"Lo bisa translet ke bahasa kita gak? Soalnya gue kan gak paham," ucap Jeje.

"Gue dua bersaudara, dan gue anak kedua yang pertama kakak gue namanya Vina," ucap Tania.

"Ooh gitu," sahut Jeje.

Tak terasa kini makanan yang mereka pesan telah berada di depannya.

"Dari pada cerita mulu mending makan ntar ceritanya bisa kita lanjut di kelas," ucap Jeje yang mengambil sepiring nasgor.

"Yeee, lo mah kerjanya makan mulu," ucap Alea.

Mereka menikmati makanan yang mereka pesan beberapa menit yang lalu.

***