webnovel

Mafia Narkoba ?

"Halo.." Jawab Kak Neam

"Hallo Am, gue Mario, saudara Orland. Ini gue lagi di Australia." jawab orang disebrang sana.

"Iya Bang Mario"

"Gimana keadaan Orland, Bang?" Kak Neam khawatir pada Kak Orland.

"Untuk sementara ini, akses kita menemui Orland sangat terbatas. Yang jelas Orland "DIDUGA" menjadi salah satu jaringan Mafia Narkoba, itu informasi dari kepolisian sini. Tapi gue berharap, semua itu gak bener. Dan kita lagi berusaha untuk membuktikan bahwa tuduhan itu salah. Tetapi kita butuh waktu. Orland bilang baru kenal mereka beberapa hari aja sebelum bersama-sama akan ke Indonesia. Tapi tidak ada bukti yang mengarah ke perkenalan baru mereka."

"Kalau aku boleh tau, apakah Qabilla, istrimu bisa mengingat sesuatu tentang perkenalan Orland dengan Gerald dan teman-temannya, Am ? Aku rasa bila ada informasi tentang itu, bisa sangat membantu Orland."

"Bentar Bang panggilan aku pindah ke mode speaker aja ya biar Istriku bisa sekalian denger."

Setelah Kak Neam memberi kode, akupun mendekat pada hape. Dan Kak Neam mengulangi pertanyaan Bang Mario padaku.

"Oh iya ada Bang Mario, seingetku hari Sabtu itu Kak Orland memang mengajakku keluar bersama Gerald dan teman-temannya, tapi aku menolaknya. Seingatku mereka mengajakku ke SECONDELI CAFE. Karena pada hari itu Kak Orland keluar dari siang, lalu malam mampir untuk mengantarkan aku makan dan kemudian dia pamit akan menghabiskan weekend dengan teman-temannya, termasuk Gerald, lagi."

"Good Qabilla.. Itu bisa jadi info kita mencari titik awal pertemuan mereka. "SECONDELI CAFE". Thats the point.

Aku akan memeriksa cctv di sekitar sana."

"Oke Am dan Qabilla terimakasi atas waktunya, aku akan mengabari pada kalian perkembangan Orland.

Night.."

"Oke Bang Mario, semoga berhasil dan Orland segera kembali ke Indonesia.." Kak Neam memberi support.

Kami berdua hampir tak percaya bahwa Kak Orland adalah Mafia Narkoba. Semenjak kami mengenalnya. Kami tak pernah melihatnya menyentuh barang tersebut.

Tetapi Mafia Narkoba? sepertinya itu berlebihan, karena kalau dilihat dari motif materi, itu sangat janggal, dari lahir hingga sekarang Kak Orland terlahir di keluarga yang kaya raya. Bahkan jika dia tak bekerjapun, uangnya akan cukup untuk membiayai anak istri cucunya kelak. Uang keluarga Kak Orland gak ada serinya, kalau orang jawa bilang, saking kayanya.

Semoga kebenaran segera terungkap, dan keluarga Kak Orland bisa menggunakan semua koneksinya untuk membuktikan kebenaran itu.

...

Hari demi hari kami menunggu kabar baik dari Aussie tentang kondisi Kak Orland disana. Tidak ada satupun dari 5 (lima) orang yang ditangkap tersebut bisa bebas.

Negara Australia memang terkenal ketat dengan peraturan, hingga dijuluki negara dengan seribu satu aturan. Apalagi jika menyangkut tentang Narkoba. Tiada ampun.

....

"Am, Orland negative narkoba" Kak Mario memberi kabar pada suamiku melalui telepon.

"Alhamdulilah, lalu kapan Orland bisa kembali ke Indonesia?"Kak Neam ingin tahu.

"Kita masih dalam upaya. Tapi diantara teman Ornald ada yang DPO (daftar pencarian orang) International yang merupakan sindikat mafia narkoba. Berkat info dari Qabilla juga sekarang ada bukti bahwa Orland bukan teman mereka dari Amerika. Tetapi mereka baru kenal semenjak di Ausie." "Terimakasih atas itu."

"Iya Mario kami dengan senang hati apabila ada hal yang bisa kami lakukan untuk Orland. Kami berharap Orland segera dibebaskan."

"Ya Am, kami keluarga juga berharap demikian, Gerald juga sudah memberikan keterangan bahwa Orland hanya teman kampusnya. Kalau tidak ada masalah dalam minggu ini Gerald dan Orland akan berubah status menjadi 'saksi'."

"Syukurlah Mario, semoga yang terbaik terjadi pada Orland. Sampaikan salam kami pada Orland, agar dia tetap tabah dan percaya bahwa Tuhan selalu bersamanya". Kak Neam menutup pembicaraan dengan Mario.

"Baik Am.. Terimakasi atas dukunganmu dan istri. Aku yakin itu sangat berarti bagi Orland." Kemudian Mario menutup teleponnya.

....

Di dapur aku sedang menyeruput teh, sembari mengamati pembicaraan Kak Neam dengan Mario di telepon. Lalu Kak Neam mendekat padaku dan memelukku.

"Sayang, ada perkembangan bagus dari Orland, info yang kamu berikan tentang Secondali Cafe membuktikkan bahwa Orland memang baru mengenal orang-orang itu, bahkan Geraldpun juga memberikan kesaksian yang meringankan Orland bahwa mereka hanya teman kampus. Selain itu, hasil tes urine Orland juga negative narkoba."

"Syukurlah Kak, aku memikirkan Kak Orland, dia pasti menderita setiap hari berada di dalam kantor polisi dan diperiksa dalam berbagai tekanan, sedangkan aku yakin Kak Orland tidak bersalah dan tidak terlibat dalam sindikat mafia Narkoba tersebut."

"Doakan saja sayang, status Orland hanya menjadi saksi dan bisa segera bebas darisana." Saran Kak Neam.

Amin sayang..

....

Malam harinya..

Aku menuju Klinik Al-Sihat Kanz untuk kontrol kesehatanku pasca melahirkan 6 minggu yang lalu. Kebetulan juga, nifasku sudah berakhir.

"Dok Rahma." Aku menyapanya setelah masuk ke dalam ruangan periksanya.

"Mbak Qabilla, wah lama tak berjumpa, setelah pulang dari Aussie makin kelihatan cantik." Doc Rahma memuji sambil tersenyum.

"Ahh dok bisa aja, Dok Rahma itu cantiknya sepanjang waktu. Bening. Kasih rahasianya dong Dok." pujiku.

"Haha, rahasianya ya ketemu pasien cantik-cantik kaya Mbak Qabilla gini." Dokter Rahma menggodaku. "Ada keluhan Mbak? Nifas masih lancar?" Dok Rahmapun mulai masuk kemasalah kesehatanku, dan mulai membaca history medisku di kertas pasien.

"Alhamdulilah Dok, tidak sada sakit atau apapun, nifas juga per-kemarin sudah berhenti."

"Jahitan tidak merasa sakit atau gimana-gimana?nyeri atau gatal atau ketika perjalanan ke Aussie kemarin terasa ngilu karena perjalanan jauh?" Doc Rahma bertanya tentang progres kesehatanku.

"Gatal sih dikit Dok, tapi saya ga berani garuk. Cuma saya usap-usap saja. Kalau nyeri atau ngilu sih kebeneran gak dok, ya mudah-mudahan jangan." ha.ha.ha. aku berharap

"Yuk periksa dulu." Dan memberi kode asistennya untuk membantuku ke tempat tidur pasien.

"Kalau dilihat dari lukanya sebenernya sudah mengering sempurna, gatal itu proses dari luka yang berangsur sembuh kok Mbak, jadi tidak perlu kawatir, itu normal." Doc Rahma memeriksa jahitanku

Lalu aku bangun dan kembali ke kursi pasien. "Syukurlah ya dok."

"Bentuk rahim Mbak Qabilla juga sudah normal, jahitan juga sudah kering sempurna, luka dalam juga sudah sembuh. Tetapi hindari mengangkat beban yang berat ya Mbak. Satu lagi, sudah bisa berhubungan suami-istri." Bibir Dok Rahma terangkat keatas seraya mengakhiri penjelasannya.

"Ha.ha. Siap Dokter. Terimakasih" pipiku bersemu merah ketika berjabat tangan dengan Dok Rahma, lalu meningalkan ruangan periksanya.

Setelah dari ruangan Doc Rahma, aku menuju ruangan suamiku. Kebetulan suamiku juga sedang praktek. Aku membaca beberapa koran sebelum melihatnya keluar ruangan, mengakhiri prakteknya.

"Sudah nunggu lama, Sayang?" Suaranya seperti bersalah.

"Gak kok sayang, paling cuma 30 menit. Tadi antri di Doc Rahma lumayan lama."aku menghilangkan rasa bersalah suamiku yang membuatku menunggu.

"Makan yuk." dia mengulurkan tangannya agar aku berdiri, dan memelukku di bahu ketika kami sudah berjalan bersama. Para perawat yang ada disekitar sanapun melihat kami dengan tersenyum-senyum. Kamupun menuju mobil, dan akhirnya melaju memecah rintik hujan di Kota Surabaya.

Aluna lagu sendu dari The Carpenters - I Cant Smile Without You menemani suasana romantis yang tiba-tiba tercipta di dalam mobil.

"Sayang, tadi gimana hasil check up dari Doc Rahma?" suamiku menebarkan perhatiannya.

"Alhamdulilah sayang, semua sudah normal, rahim sudah oke, jahitan sudah kering, luka dalam sudah sembu, nifas juga uda selesai."

"Alhamdulillah"

"Wait, udah selesai nifasnya?" Suamiku menoleh lalu tersenyum penuh makna.

"Hu'um," aku menjawabnya dengan anggukan dan senyuman lebar.

"Sayang, makannya dirumah aja ya. Aku keburu-buru soalnya." Tiba-tiba airmukanya berubah.

"Kenapa sayang?." akupun penasaran, sepertinya ada hal penting yang harus dikerjakan suamiku. aku menoleh pada suamiku tapi dia tidak memberikan jawaban.

Sesampainya dirumah..

Aku buka kunci pintu rumah, lalu Kak Neam dengan secepat kilat menarik tanganku masuk ke dalam rumah...

Ada apa ini??

Aku bertanya-tanya dalam hati..