Melebur cinta dalam kultur pesantren laksana mencampur barang haram dengan barang halal, atau ibarat barang najis yang jatuh ke tempat yang suci. Padahal, ini tidak berdasar dan tidak benar. Sebab, cinta itu hadir dan dilemparkan Tuhan lewat perasaan dan jiwa manusia.
Sedangkan, jiwa merupakan wilayah yang tidak bisa dibatasi oleh ruang dan waktu, sifat dasar jiwa itu adalah bebas, dan tidak bisa dikuasai apalagi diikat. Pesantren boleh memenjarakan tubuh manusia (baca: santri), boleh merampas hak dan kemerdekaan mereka, tetapi pesantren tidak akan mampu membatasi dan memenjarakan jiwa mereka.
Secara otomatis, apapun usaha, undang-undang, dan peraturan yang akan diterapkan, cinta akan selalu singgah dalam jiwa manusia, terutama para remaja, bukankah pesantren merupakan komunitas para remaja tersebut?
在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者