Sheisha benar-benar sudah tidak tahan lagi menahan air mata kesedihannya mendengar semua yang di katakan Safira. Sambil menggenggam ponselnya Sheisha menangis meraung melepas semua rasa sakit dan sedihnya.
Harry yang baru masuk kamar sangat terkejut melihat Sheisha menangis dengan posisi meringkuk di tempat tidurnya.
"Sheisha...ada apa? apa yang terjadi padamu? kenapa kamu menangis seperti ini?" tanya Harry dengan cemas mengangkat kedua bahu Sheisha dan memeluknya dengan erat.
"Hiks...hiks...hiks...William...William, Har." ucap Sheisha tidak mampu untuk bicara selain menangis tersedu-sedu dalam pelukan Harry.
"Kenapa dengan William? apa kamu mendapat kabar tentang William? apa terjadi sesuatu pada William?" tanya Harry dengan panik melihat Sheisha semakin menangis tersedu-sedu.
"William sudah menikah Harry, William sudah menikah dengan wanita lain." ucap Sheisha di sela-sela isak tangisnya.
"Apa yang kamu katakan Sheisha? kamu tahu dari mana kalau William sudah menikah dengan wanita lain? itu tidak mungkin!! tidak mungkin William melakukan hal itu!! karena dia sangat mencintaimu." ucap Harry memeluk Sheisha semakin erat tidak tega melihat Sheisha menangis sedih.
"Tanpa sengaja aku tadi menghubungi William. Ternyata nomor William sudah aktif lagi. Aku menghubunginya beberapa kali dan yang menerima seorang wanita. Wanita itu bilang William sedang mandi dan wanita itu mengaku kalau dia istrinya William." ucap Sheisha menceritakan semuanya dengan air mata yang masih mengalir deras di pipinya.
"Itu tidak mungkin Sheisha, kamu jangan percaya hal itu. Kamu mendengar itu dari ucapan sepihak, kamu belum mendengar itu dari William. Aku akan menghubungi William sekarang, aku akan menemuinya dan membawanya kembali padamu." ucap Harry segera mengambil ponselnya.
"Tidak Harry, tidak kamu tidak bisa menemuinya. William sudah tidak ada di sini. Dia sudah tinggal di luar negeri dengan wanita itu." ucap Sheisha seraya mengusap air matanya.
"Apa wanita itu mengatakan seperti itu padamu? dan kamu percaya begitu saja? kamu tahu kan Sheisha, tidak ada wanita yang tidak jauh cinta pada William kalau sudah bertemu dengannya. Siapa tahu wanita itu hanya ingin menyakiti hati kamu?" ucap Harry seraya menekan tombol panggilan di nomor kontak William.
Kening Harry mengkerut saat mengetahui ponsel William tidak bisa dia hubungi.
"Sheisha, di ponselku nomor William tidak aktif? bagaimana di ponselmu bisa? apa kamu yakin nomor yang kamu hubungi nomornya William?" tanya Harry dengan tatapan serius.
"Tentu saja aku menghubungi nomor William, Har. Aku susah sangat jelas ingin menyebut nama William dan ingin bicara dengan William. Bahkan aku tahu nama wanita itu, namanya Safira." ucap Sheisha dengan perasaan campur aduk kembali menghubungi William.
Dan benar saja apa yang di katakan Harry, nomor William sudah tidak aktif lagi.
"Kenapa tidak aktif lagi? tadi aku benar-benar menghubungi William dan bicara cukup lama dengan wanita yang bernama Safira." ucap Sheisha sambil menggigit bibir bawahnya.
"Apa kamu yakin Sheisha? apa mungkin kamu hanya bermimpi tapi seperti nyata?" tanya Harry merasa cemas kalau Sheisha mengalami depresi berat setelah mengetahui telah hamil dengan William.
"Apa kamu tidak percaya padaku Harry? aku tidak gila Harry! aku sadar sepenuhnya. Aku memang sedih tapi aku masih waras. Aku benar-benar menghubungi nomor William dan bicara dengan wanita yang bernama Safira itu." ucap Sheisha dengan mata berkaca-kaca melihat Harry tidak percaya dengannya.
"Kamu jangan salah paham padaku Sheisha, aku sangat percaya padamu. Aku percaya padamu. Sangat percaya padamu." ucap Harry sambil menggenggam tangan Sheisha.
"Sekarang aku harus bagaimana Harry? bagaimana kalau apa yang di katakan wanita itu benar? kalau William sudah menikah dengannya? bagaimana bisa William tega melakukan hal itu padaku?" ucap Sheisha kembali menangis sangat sedih mengingat itu semua.
"Jangan bersedih Sheisha, aku akan mencari kebenaranya. Sekarang kamu harus fokus pada kandungan kamu. Bayi yang tak berdosa ini lebih penting di banding dengan ucapan wanita itu yang belum tentu kebenarannya." ucap Harry mengusap air mata Sheisha yang mengalir kembali.
"Kamu benar Harry, aku tidak bisa terus menerus tenggelam dalam kesedihan. Aku harus mulai memikirkan kandunganku. Tapi bagaimana dengan kontrak yang sedang berjalan? kita sudah menandatangani kontrak itu." ucap Sheisha dengan tatapan cemas dan sedih.
"Kamu jangan pikirkan hal itu. Biar aku yang menyelesaikannya. Sekarang kita pulang dan kamu harus istirahat beberapa jam sebelum kita menemui Jenni." ucap Harry yang sudah terlanjur membuat janji dengan Jenni untuk penandatanganan kontrak.
"Aku sampai lupa kalau sudah membuat janji dengan temanmu." ucap Sheisha seraya turun dari tempat tidurnya.
"Kamu mau kemana Sheisha? kamu masih lemas, sebaiknya kamu jangan turun dari tempat tidur, biar aku mengambilkan kursi roda untukmu." ucap Harry tidak ingin Sheisha mengalami pingsan lagi.
"Aku sudah tidak apa-apa Harry, aku mau ke mandi sebentar." ucap Sheisha dengan pelan berjalan kamar mandi yang ada di dalam kamar.
"Biar aku membantumu. Aku tidak mau kamu pingsan lagi." ucap Harry memeluk bahu Sheisha dengan sangat hati-hati.
"Apa kamu mengantarku sampai ke dalam kamar mandi?" tanya Sheisha sedikit bercanda agar Harry tidak terlalu cemas dengan keadaannya.
"Tentu tidak Sheisha, aku mengantarmu sampai pintu saja." ucap Harry dengan wajah sedikit memerah merasa malu dengan candaan Sheisha.
"Kamu terlalu mencemaskan aku. Seperti suami yang sedang mencemaskan istrinya." ucap Sheisha dengan tersenyum kemudian masuk ke dalam kamar mandi.
Harry hanya bisa mengusap tengkuk lehernya tidak membalas candaan Sheisha yang sudah masuk ke dalam kamar mandi.
Sambil menunggu Sheisha keluar, Harry menghubungi Jenni tentang kontrak yang akan di tandatanganinya. Harry berniat memberitahu kehamilan Sheisha sebelum kontrak terjadi.
"Hallo... Jenni." panggil Harry dengan wajah serius.
"Hai Harry, ada apa kamu menghubungiku? bukankah nanti malam kita bertemu?" tanya Jenni dengan ramah.
"Maaf Jenni, sebelum kita bertemu untuk menandatangani kontrak. Aku mau memberitahu kamu tentang sesuatu hal yang penting tentang Sheisha." ucap Harry dengan menahan nafas.
"Tentang Sheisha?? kenapa dengan Sheisha? apa dia berubah pikiran dan menolak tawaranku?" tanya Jenni dengan nada suara sangat terkejut.
"Sheisha tidak menolak, tapi aku harus memberitahumu kalau saat ini Sheisha dalam keadaan hamil satu bulan. Aku memberitahu agar kamu memikirkan lagi tawaranmu itu." ucap Harry dengan serius.
"Apa Harry??? Sheisha hamil?? hamil dengan siapa? yang aku tahu Sheisha belum menikah kan?" tanya Jenni dengan perasaan tak percaya.
"Tentu saja Sheisha hamil denganku. Aku sudah menikah dengan Sheisha satu bulan yang lalu. Memang kita hanya menikah sirih jadi tidak ada orang yang tahu. Kalau kamu tidak ingin melanjutkan kontrak ini juga tidak apa-apa." ucap Harry sudah siap seandainya Jenni membatalkan tawaran kontraknya.
"Baiklah Harry, beri aku waktu dua jam. Aku harus berdiskusi dengan partner kerjaku. Aku akan menghubungi kamu nanti." ucap Jenni kemudian menutup panggilannya.