Setelah kelas selesai, Chi Gui melihat jadwal mata kuliah lainnya. Ada kelas anatomi beberapa hari lagi, tetapi ia masih belum memiliki peralatan yang lengkap.
Chi Gui berdiri. Bersamaan dengan itu, Su Niannian juga berdiri. "Kak Chi, kamu mau ke mana?"
Hanya dalam waktu satu jam pelajaran, secara alami Su Niannian sudah mengubah cara panggilannya kepada Chi Gui..
"Mau membeli beberapa peralatan medis untuk kelas Anatomi," jawab Chi Gui.
"Ah, kalau begitu aku tidak akan mengganggumu lagi." Su Niannian mengatakan hal itu dengan menyesal, lalu melanjutkan, "Awalnya aku mau mengajakmu melihatku bernyanyi."
Chi Gui bingung. "Bernyanyi?"
Su Niannian tersenyum menunjukkan kedua gigi taringnya yang lucu. "Kamu jangan seperti itu ya, aku adalah penyanyi utama di klub musik kampus kita, lho! Suaraku sangat bagus!"
Saat Su Niannian mengatakan hal itu, kedua matanya bagaikan memancarkan cahaya, tampak sangat terang.
Ekspresi wajah Su Niannian sungguh berbeda apabila dibandingkan dengan dirinya yang lesu dan tidak bertenaga saat kelas berlangsung tadi. Kini, gadis itu tampak lebih segar, bagaikan hidup kembali.
Chi Gui pun tanpa sadar menatap Su Niannian. "Kamu…"
"Apa?" Su Niannian bingung.
Chi Gui pun menjawab, "Tidak apa-apa, kamu sangat hebat."
Su Niannian tertawa pelan, ia tersipu malu. "Kalau begitu, aku pergi dulu ya kak Chi!"
Chi Gui memandang punggung Su Niannian yang menjauh. Sebenarnya tadi ia ingin bertanya, 'Su Niannian jelas-jelas lebih suka dengan musik, lalu kenapa memilih kuliah di universitas kedokteran?'
Namun, kata-kata itu hanya tersimpan di mulutnya. Chi Gui menelannya kembali.
Bagi Chi Gui, itu adalah permasalahan hidup orang lain. Hubungannya dan Su Niannian juga belum terlalu dekat atau sampai ke titik di mana mereka bisa mendengarkan urusan pribadi seperti itu.
***
Di dalam toko peralatan medis Fu Si.
Ketika Chi Gui berjalan masuk ke toko, sosok Fu Si yang berbaring malas di sofa pun muncul di depan matanya.
Pria yang ramping dan elegan itu mengenakan pakaian kasual berbahan linen. Kacamata berbingkai yang biasa digunakannya sama sekali tidak dapat menutupi matanya yang hitam pekat seolah ternoda tinta. Di bawah cahaya matahari, wajah Fu Si tampak indah dan tampan, bagaikan karakter utama dari dalam komik.
Langkah kaki Chi Gui pun terhenti.
Jari tangan Fu Si yang panjang sedang menari di layar ponselnya. Sebenarnya, ia sedang memikirkan bagaimana cara mendapatkan WeChat Chi Gui secara natural, tanpa terlihat disengaja.
Mendengar ada langkah kaki dari pintu, mata Fu Si pun menoleh ke asal suara. Sesaat kemudian, pria itu pun melihat seseorang yang sedang ada di pikiran dan hatinya, sekarang sedang berdiri di sana.
Mata Chi Gui tampak dingin, pupil matanya gelap dan terang, cantik sekali.
Fu Si mengangkat alis matanya, berdiri dari sofa dan berjalan menuju Chi Gui.
Nada suara Fu Si yang dalam dan renyah pun terdengar, seolah sedang mengait hati orang, "Nona Chi, mau beli apa hari ini?"
Chi Gui tertegun selama sedetik, setelah itu ia baru mengatakan barang apa yang dibutuhkannya dengan tenang. Gadis itu menginginkan peralatan medis yang tidak diproduksi secara massal, biasanya perlu dipesan khusus.
Mata Fu Si yang sedikit terangkat menjentikkan cahaya redup, ia berkata sambil tertawa ringan, "Peralatan itu ya… Sementara stok di toko kami masih kosong, harus pesan dulu."
Chi Gui sedikit terkejut. 'Apakah bisnis toko Fu Si memang sebagus ini?'
Namun, Chi Gui juga tidak terlalu ragu. "Perlu berapa lama?"
"Aku juga kurang tahu," suara Fu Si tulus, kemudian dengan alami ia mengeluarkan ponselnya, "Aku minta WeChat-mu saja, nanti kalau barangnya sudah tiba, aku bisa mengabarimu."
"Boleh." Chi Gui mengeluarkan ponselnya tanpa ragu, "Aku tambahkan kamu sebagai teman?"
"Boleh." Fu Si membuka kode QR WeChat miliknya.
Setelah Chi Gui memencet opsi 'Tambahkan', mereka berdua pun saling berteman di WeChat.
"Baik, nanti kalau barangnya sudah tiba tolong beritahu aku, terima kasih," kata Chi Gui kemudian. Gadis itu selalu bersikap begitu asing dan jauh.
Fu Si menyimpan ponselnya sambil tersenyum. "Tentu saja."
Semakin Chi Gui bersikap asing dan jauh kepadanya, Fu Si justru semakin ingin dekat melihat sosok asli di balik wajah dingin gadis itu.
Setelah Chi Gui pergi, Qin Sheng baru keluar dari gudang belakang.
Pria itu dengan bingung bertanya kepada Fu Si, "Tuan Fu, peralatan itu, di gudang belakang kita masih ada puluhan stok, 'kan?"
"Heh!" kata Fu Si tanpa menjelaskan apa pun.
Qin Sheng tak mengerti… Entah kenapa ia merasa telah dibenci?
Fu Si kembali baring di sofa. Pria itu membuka WeChat-nya, matanya langsung tertuju ke nama dan foto profil Chi Gui.