webnovel

Pikiran Rasa

Jika sedotan itu kembali dipakai olehnya, apakah itu artinya mereka sudah berciuman?

"Ratu," panggil Athalla.

Ratu mendongakkan kepalanya melihat ke arah Athalla yang ternyata sudah berjalan jauh di depannya. Dia pun berlari kecil menyusul Athalla dan menyamakan langkah. Mereka berdua pun berjalan beriringan memasuk gedung aula kampus.

"Dilarang makan dan minum," kata salah satu panitia yang berjaga di depan pintu.

Ratu sempat tertahan di pintu masuk aula. Mau tidak mau dia harus menghabiskan sisa minumannya. Ratu menggunakan sedotan yang sama dengan yang digunakan oleh Athalla. Setelah dia menghabiskannya, Ratu baru boleh masuk dan menyusul Athalla ke dalam aula. Orang yang dicari Ratu memilih kursi di bagian tengah dan sudah menyediakan tempat untuk Ratu. Mereka duduk bersampingan sambil menunggu acara dimulai.

Saat Ratu memperhatikan panitia dan mahasiswa yang lain, dia merasakan sebuah tangan merangkul bahunya. Siapa lagi kalau bukan Athalla. Cowok itu sepertinya sangat suka membuat Ratu merasa bersalah pada perasaannya.

"Thall, apaan sih." Ratu menjauhkan tangan Athalla dari bahunya. Dia kemudian duduk menjauh dari Athalla. "Nanti orang lain ngira kita pacaran."

Athalla mengerutkan dahinya. "Siapa yang ngira kita pacaran?"

"Tuh," kata Ratu sambil menunjuk ke arah cewek yang tadi menegurnya karena tidak memakai topi. "Dia tadi ngira kalau kita ini pacaran."

Athalla k memanjangkan lehernya agar bisa melihat orang yang mana yang ditunjuk oleh Ratu. "Dia bilang apa?"

"Waktu lo lari ke barisan, dia bilang kamu bucin," kata Ratu, "apa coba artinya kalau bukan ngira kita pacaran?"

"Ya, terus kenapa? Biarin lah."

"Nanti, kalau enggak ada cowok yang berani dekat sama gue gimana?" tanya Ratu.

Selama ini, banyak cowok yang ingin mendekati Ratu. Akan tetapi banyak yang mundur perlahan. Banyak faktor yang membuat cowok itu mundur saat dekat dengan Ratu.

Faktor pertama karena mereka mengira Athalla adalah pacar Ratu. Faktor kedua karena Athalla yang sering kali mengganggu dan membuat risih cowok yang dekat dengan Ratu. Kemudian yang ketiga, faktor inilah yang paling tidak bisa dilewati kebanyakan cowok.

Faktor ketiga itu adalah Ratu tidak bisa membuka hatinya untuk siapa pun selain satu orang ini. Orang yang tak bisa Ratu sebutkan namanya sekarang. Jadi mau seberapa keras pun cowok itu mencoba, Ratu tidak pernah bisa meliriknya.

"Ya udah sana, lo cari tempat lain," kata Athalla sambil menyingkirkan tas Ratu yang ada di kursi sebelahnya.

Awalnya Ratu agak ragu karena harus duduk berjauhan dari Athalla. Namun kalau Ratu tetap berada di sini, itu akan membuat Athalla menjadi besar kepala. Akhirnya Ratu pun berdiri dari tempat duduknya.

"Oke, gue cari tempat lain," kata Ratu.

Ratu memilih tempat duduk di deretan yang sama dengan Athalla, tapi dia duduk di paling pinggir. Dari tempatnya duduk dia masih bisa melihat Athalla. Cowok itu terlihat tidak peduli dengan kepergiannya.

Dia melihat ada beberapa cewek yang mengambil tempat duduk di samping Athalla. Hal itu tentu saja membuat hati Ratu menjadi panas. Tangannya bahkan mengepal melihat itu. Padahal cewek-cewek yang duduk di sana tidak melakukan apa pun saudara kembarnya.

"Eh, di sini kosong nggak?" tanya seseorang.

Ratu menoleh dan segera mengangguk. Dia mengambil tasnya yang sengaja dia taruh di kursi kosong itu.

"Nama lo siapa?" tanya cowok yang baru saja duduk di samping Ratu.

"Ratu."

"Ratu? Mana rajanya?" tanya cowok itu dengan nada bercanda.

"Itu." Ratu menunjuk ke arah Athalla.

Cowok yang di sebelah Ratu pun melihat ke arah yang ditunjuk Ratu. "Dia pacar lo?"

"Bukan. Namanya Raja, kakak kembar gue."

Cowok itu mengangguk. "Keren. Raja-Ratu, pasangan."

Sayangnya, mereka bukanlah pasangan. Ratu memang berharap tapi itu hanya sebuah ketidak mungkinan. "Tapi lo enggak bisa panggil dia Raja. Dia enggak bakal mau."

"Terus gue harus panggil dia apa?"

"Athalla," balas Ratu.

"Gue Yudistira."

Ratu hanya tersenyum sembari menganggukan kepalanya. Kemudian terdengar suara panitia yang ribut mencari-cari cowok yang bernama Kevin.

"Kevin mana? Sudah mau dimulai," kata salah satu panitia.

"Masih ada di kantor papa lo," kata temannya.

"Kalo gitu, Yolla, lo mau buka acaranya? Kasian mereka udah nungguin dari tadi."

Yolla menggeleng, walaupun jabatannya lebih tinggi dari pada Kevin tetap saja dia tidak bisa melakukan itu. "Mana bisa gue yang buka, tadi Kevin udah umumkan kalau dia sebagai penanggung jawab. Tunggu aja dulu San, paling sebentar lagi."

"Prima," panggil Kevun dari belakang Prima. Cowok itu masuk dari pintu gedung yang ada di samping. Dia berlari kecil untuk sampai ke hadapan cowok yang sedang mencarinya. Dengan napas yang terengah-engah dia pun bertanya, "Gue belum telat kan?"

"Lo telat tiga menit," kata Prima sambil melihatkan jam yang ada di layar ponselnya.

"Sori, gue tadi diminta papa lo buat jelasin soal kegiatan ini."

Prima terlihat mengembuskan napas dan dia bergumam, "Padahal gue udah jelasin di rumah."

"Apa?" tanya Kevin.

"Ah, enggak. Udah, lo pembukaan dulu sana biar mereka cepat dapat kelompok," kata Prima sambil menepuk bahu Kevin.

Kevin mengangguk dan berjalan ke arah depan. Sebelum naik di atas podium, Kevin terlihat narik napas panjang dan mengembuskannya. Ini dilakukannya agar tidak terlihat  ngos-ngosan karena dia habis berlari.

"Halo semuanya. Perkenalkan sekali lagi, nama saya Kevin Naim. Kali ini kita akan ke sesi memilih kelompok."

Seketika Ratu menoleh pada Athalla. Ternyata apa yang dikatakan cowok itu ada benarnya juga. Mereka pasti akan disuruh membuat kelompok.

"Sebelum saya beritahu gimana cara memilih kelompoknya, saya akan mempersilakan kakak-kakak panitia yang lain untuk berbaris dulu di depan sini," kata Kevin.

Panitia pun berbaris sambil membawa sebuah papan nama yang masih mereka sembunyikan apa tulisannya. Tidak semua panitia berbaris, hanya ada sepuluh orang yang ada di depan sana.

"Cara kalian memilih kelompok dengan cara mengambil undian yang akan dibagikan oleh panitia. Tolong untuk panitia yang bertugas, sudah bisa menyebar sekarang," perintah Kevin.

Panitia yang tidak berada di depan pun keliling membawa kotak berisi kertas yang akan diambil oleh masing-masing mahasiswa. Begitu ada panitia yang menghampirinya, Ratu pun mengambil salah satu kertasnya. Lalu dia melihat isinya.

"Nomor tiga," gumam Ratu.

"Lo nomor tiga?" tanya Yudis.

Ratu mengangguk dan Yudis sambil tersenyum dia membalikkan kertas yang ada di tangannya. Ternyata, Yudis juga berada di kelompok yang sama dengan Ratu. Mata Ratu lalu melirik ke arah Athalla. Dia penasaran cowok itu mendapat nomor berapa.

Hal itu, terjawab saat panitia yang ada di depan memperlihatkan papan nama yang mereka bawa. Sudah bisa ditebak kalau papan nama itu berisi angka dan yang pasti panitia itulah yang menjadi titik kumpul para anggota.