"Kalian semua sudah siap-siap mau pergi?"
Enam orang pria tampak tengah berdiri sejajar di depan pintu. Hari ini mereka akan mencoba melamar pekerjaan sampingan yang tidak akan memerlukan begitu banyak syarat untuk masuk.
"Kita titip Satan ya, kalo dia marah-marah sama kamu bilang aja, nanti aku suruh Baal makan dia," ucap Lucifer yang tampak keren dengan kaus hijau tosca dan celana jeans longgarnya.
Satan membuang muka dan berucap dengan ketus, "Jangan bandingkan aku dengan Asmodeus bejat itu."
"Hei apa maksud perkataan mu!" Asmodeus menjitak kepala Satan. "Jangan kau kira mentang-mentang kau mendapat tubuh anak kecil sebagai wujud manusia aku akan berbaik hati kepadamu!"
"Sudahlah aku malas sekali menunggu kau selesai marah-marah, sampai jumpa Artemis!" Belphegor melambaikan tangan kanannya, dan tangan kirinya menarik Asmodeus yang masih saja marah-marah akibat perilaku Satan.
Artemis menatap keenam makhluk neraka yang sedang berangkat kerja saat ini, sulit di percaya namun beginilah keadaannya. Dua bulan lebih dua minggu sudah kedatangan mereka ke rumahnya dan sudah membuat gadis tersebut sangat terbiasa dengan keberadaan mereka di rumahnya.
"Satan, kenapa kau tidak bekerja?" tanya Artemis dengan polosnya hingga membuat urat nadi di kening Satan timbul akibat kesal.
"Apa kau bodoh?" Artemis bingung dengan maksud perkataan Satan. "Kau lihat badan anak-anak ini? Apa mungkin seorang anak kecil sepertiku pergi bekerja." Artemis berpikir sekejap dan mulai mengerti maksud dari perkataan Satan.
"Baiklah kalau begitu, bagaimana jika kau pergi mencabuti rumput, atau memanen beberapa buah dan sayur."
"Lalu kau?"
"Aku akan pergi tidur siang."
Satan mengepalkan tangannya dengan sangat erat guna menahan emosinya yang seakan-akan jika meledak dapat menimbulkan efek meletusnya gunung terdahsyat Toba. Namun, Satan masih mengingat balas Budi terhadap Artemis karena membiarkan dirinya dan saudara-saudara bodohnya itu tinggal di rumah ini. Dengan berat hati Satan berkata,
"Baiklah."
===
Siang hari berlalu, matahari mulai memberikan sinarnya ke sisi lain dari bumi, dan sang rembulan kembali melaksanakan tugasnya menyinari daerah rumah Artemis. Gadis bersurai cokelat tersebut baru saja selesai mandi dan berjalan kearah dapur untuk meminum segelas air.
"Astaga, aku lelah!"
Artemis terkaget ketika mendengar suara Satan dari arah kebun belakang rumahnya. Dari dapur ia menyaksikan melalui pintu kacanya kalau Satan tengah memanen beberapa tumbuhan yang sekiranya sudah waktunya untuk di petik.
"Dia benar-benar seorang pekerja keras. Aku merasa menyesal."
Langkah kaki gadis tersebut membawanya menuju kebun belakang rumahnya. Cahaya oranye sang Mentari yang hendak kembali ke singgasananya terpantul dari arah danau yang berjarak cukup dekat dengan kebun tersebut. Atremis dapat menyaksikan betapa cemotnya muka Satan saat ini setelah seharian bekerja di kebun.
"Satan, biar aku bantu. Kalau kau lelah, pergilah beristirahat dan tunggu yang lainnya pulang," ucap Artemis.
Satan menoleh kearah gadis tersebut dengan wajah cemotnya. "Apa kau meremehkanku? Kau kira aku mencabut ini semua? Oh tentu saja tidak."
Artemis mengerutkan keningnya bingung, dia tidak menangkap apa maksud dari perkataan Satan tersebut. Namun, suara hentakan dari sebuah barang membuat Artemis menatapnya dengan mata menyipit, Sabit.
'Sudah kuduga seharusnya aku tidak terjatuh dalam kelicikan makhluk-makhluk neraka ini'
"Sudahlah aku tak peduli, tawaranku tetap berlaku. Kau mau beristirahat tidak?" tanya Artemis. Namun, pertanyaannya itu dibalas cengiran aneh dari Satan.
"Tentu saja aku mau beristirahat," ucap Satan kemudian bangkit dari posisinya yang sedang berjongkok. "Aku akan beristirahat sambil mengawasimu di sini."
Artemis mendapatkan firasat buruk tentang hal yang akan di lakukannya. Sementara itu Satan sedang bermain dengan kucing berbulu hitam dengan manik hijau menyala, kucing tersebut memiliki ciri-ciri yang sangat mirip dengan tuannya, kelakuannya pun tak jauh berbeda.
Artemis mulai memanen buah dan sayuran di kebunnya. Tiba-tiba saja air membasahi punggungnya dan gadis tersebut tidak terkejut, dirinya sudah tau siapa biang kerok dari insiden basahnya pakaian tidurnya saat ini. Ia memiringkan kepalanya kearah Satan yang sedang memegang selang untuk menyiram tanaman, dan mengarahkan selang tersebut ke dirinya dengan kondisi keran yang terbuka.
"Sungguh? Apa sebenarnya maumu?" ucap Artemis menahan emosinya yang meluap-luap. Ia mencoba menutup kekesalannya dengan senyuman yang amat sangat kaku dan terpaksa.
"Ah, maaf. Aku kira cuma ada tanaman di situ, aku gak ngira kalau ternyata ada kau di situ juga. Salahkan baju tidur hijau mu itu," ucap Satan yang tentu saja terdengar sangat di buat-buat.
Artemis menoleh sebentar kearah baju tidurnya yang memang berwarna hijau tumbuhan. Namun, dirinya tak menerima dikatakan seperti itu. Emosinya sudah meledak saat ini, ia meraih selang lain yang berada di dekatnya dan segera mengarahkannya kearah Satan.
Satan membulatkan matanya dan berteriak kencang. "Hei! Kurang ajar!"
"Ah maaf. Kukira aku sedang menyiram tanah saat ini. Salahkan wajahmu yang penuh dengan tanah, tampaknya kau harus mandi."
Perempatan siku timbul di kening Satan, dengan cepat ia menyiram Artemis menggunakan selangnya. Begitu pula dengan Artemis. Mereka berlarian di atas tanah yang basah tanpa mengenakan alas kaki dan menyiram satu sama lain.
Namun, tampaknya hari ini bukanlah hari keberuntungan Satan. Ia tersandung oleh sebuah batu yang menyebabkan tubuhnya terjatuh menimpa Artemis dan membuat dirinya jatuh di atas tubuh Artemis.
Dan pada waktu yang sama, pintu kaca pembatas antara kebun halaman belakang Artemis dengan dapur terbuka sambil menampilkan enam orang pria yang sedang menatap kearah mereka dengan tampang terkejutnya.
Waktu bagaikan berhenti saat ini, mereka semua terpaku di masing-masing tempat mereka dan tak dapat bergerak barang seinci pun.
Artemis dan Satan tiba-tiba tersadar dan saling melihat satu sama lain untuk sekejap, kemudian kembali melihat keenam pria yang sedang berada di ambang pintu saat ini.
"A-ah, a-ak-aku bi-bisa jelaskan," ucap Satan tergagap.
"Sudah kuduga kau sama bejatnya dengan Asmodeus," ucap Lucifer yang sedang teramat murka saat ini.
"Aku iri melihat hubungan kalian berdua," ujar Leviathan yang malah semakin merusak suasana yang pada awalnya sudah sangat rusak.
"Berani-beraninya kau menyentuh Artemis." Mammon menatap Satan dengan penuh hawa membunuh di sekitarnya.
"Kurasa aku harus memakanmu, Satan. Aku lapar dan haus akan daging dan darah mu," tambah Beelzebub sambil menjilat bibirnya dan menatap intens kearah Satan.
"Aku tidak tau apa-apa! Aku hanya korban di sini!" teriak Artemis sambil tertawa canggung.
"ASTAGA INI SEMUA SALAH PAHAM!"
===
"Oh, jadi kau tersandung oleh batu." Satan menganggukkan kepalanya dengan cepat.
"Kau kira kami percaya penjelasan mu?" Satan menelan ludahnya dengan susah payah. Lucifer tertawa jahat sambil menunjukkan cakar-cakar di jarinya yang selalu muncul ketika dirinya dalam mode siaga.
"Beelzebub, apa hari ini kau ingin makan daging anak kecil yang mulai beranjak dewasa?" tanya Lucifer menyeringai kearah Beelzebub.
Beelzebub menjilati bibirnya dengan tatapan yang masih mengarah kearah Satan. "Tentu saja, jadikan dagingnya sebagai daging guling, terus darahnya pasti akan menjadi wine yang sangat enak."
"BAIK HARI INI KITA AKAN MAKAN MALAM DAGING SATAN!"
"Matilah aku."