webnovel

Marry U Again, Aimee

Dia datang kembali! Mengusik hidupku dan ingin aku kembali padanya. Sehingga haruskah aku kembali padanya dan mengingkari sumpah yang telah aku patuhi selama bertahun-tahun selama ini? Malam itu, semua berawal dari malam itu. Hingga sesuatu yang tidak terduga terjadi. Lalu memaksa mereka untuk harus menikah lagi bagaimana pun Aimee tidak menginginkannya. Pria lain hadir. Berusaha mengacaukan hubungan mereka dan bagaimana keputusan Aimee? ig : @lenzluph_story

lenzluph · 现代言情
分數不夠
224 Chs

034 ( Seperti Medan Magnet ! )

Semua tatapan beralih pada Zack. Pria yang sejak tadi diam bukan karena tidak kebagian ruang untuk menjadi pembicara.

Zack hanya merasa tidak perlu banyak bicara selama tidak diajak bercengkrama. Kini kesempatan itu tiba.

"Ya. Tentu, selama kalian terus mempercayakan hal ini pada saya."

Aimee meringis remeh.

Aku sudah bicara panjang lebar sampai mulutku berbusa. Zack dengan entengnya hanya bicara sependek itu?

Lalu, lihat hasil ucapan pendeknya.

"Seperti proyek terakhir yang dia kerjakan?" seorang peserta rapat mendadak angkat bicara.

"Ya. Aku sudah tahu bagaimana kemajuan perusahaan Empires. Hasil kerja dan efisiensi keakuratan prosesnya patut diacungkan jempol."

Aimee duduk lemas di kursinya.

Sebaris pujian yang tidak Aimee dapatkan sejak tadi selain applause.

Hah! Setidaknya rapat ini tidak kacau. Sampai sebuah argumen merebak.

"Aku menyukainya konsepnya," tutur Harry.

Hati Aimee serasa terbang.

"Tapi, bagaimana mungkin kau akan mengklaim ide ini sebagai jerih payahmu?" Menatap Alfin lurus dan tidak membiarkan Alfin lolos dari padangannya meski Alfin sedang menunduk saat ini.

Aimee memberikan senyum senang.

Lihat! Bos besar sudah tahu Alfin melimpahkan pekerjaannya pada sang sekretaris. Jadi, bukankah itu berarti Harry akan mengembalikan pekerjaan ini pada pemiliknya?

Berpikiran sempit dan tertawa di atas penderitaan Alfin.

Aimee mendadak bergidik. Menyadari Zack mengawasinya. Aimee tidak berani menatapnya balik. Berpura-pura tidak sadar dan mengalihkan perhatian.

Harry masih terus menunggu jawaban dari Alfin.

Alfin mendesah.

"Aku ikut punya andil dan aku ikut terlibat!"

Aimee mengerutkan kening dengan geli.

Terlibat dalam hal apa? Memaksanya berkorban dan dia yang nantinya menerima hasil?

Harapan terbesar Aimee justru kandas.

Mengira Harry Miles akan mengembalikan pekerjaannya. Dan meluruskan kesalahan pahaman antara titahnya dan kenakalan Alfin.

Harry justru berucap dengan mengejutkan.

"Aku akan membiarkannya seperti ini. Tapi, kau harus ke ruanganku segera setelah rapat ini selesai!"

Aimee mengangkat wajahnya.

Tunggu! Apa-apaan ini?

'Aku akan membiarkannya seperti ini?'

'Seperti ini' apa maksudnya?

Harry sudah berjalan pergi meninggalkan rapat. Meninggalkan jejak-jejak ketidakpastian kehidupan normal bisa Aimee jalani kembali.

Aimee menatap pintu tertutup itu dengan iba.

Sementara Alfin merasa kepalanya pusing.

"Aku lebih baik kabur!" seru Alfin pelan sambil mencari kesempatan.

Aimee bergerak cepat untuk menghentikannya.

Tidak akan membiarkannya lolos dan bersenang-senang sendirian. Aimee menahan tangan Alfin. Mengabaikan beberapa kasak-kusuk di sekitarnya. Membicarakan kelegaan mereka setelah Harry Miles pergi.

Aimee juga tidak menyadari sebuah tatapan yang terus menjurus ke arahnya. Aimee buru-buru mencegah Alfin.

"Tunggu sebentar! Anda tidak bisa pergi begitu saja! Anda harus menghadap Raja Agung Miles dan mempertanggungjawabkan tugas Anda di depannya!"

Alfin mengerutkan kening.

"Aimee! Kamu ini sebenarnya bicara apa? Kenapa perkataanmu sangat melantur, lalu berhenti menahanku?! Kau lupa sesaat siapa aku?"

Alfin berusaha menjauh.

Namun Aimee masih berusaha menahan tangan Alfin. Menarik lengan bajunya bila perlu. Dan menekan lantai dengan kedua kaki agar tidak oleng.

"Anda tidak bisa pergi! Bukankah Tuan Harry menyuruh Anda untuk ke ruangannya? Anda tidak boleh lolos dan membiarkan saya mendapat marah seorang diri."

Zack mengetuk meja beberapa kali dengan beberapa macam perasaan aneh.

"Excuse me! Apa kalian bisa tidak mengacuhkan kami semua? Kita sedang rapat dan kalian malah mengobrol bersama?" komplainnya.

Merasa ikut tersindir. Beberapa peserta rapat yang ikut berdiskusi sendiri dengan patner mereka, berdeham. Membenarkan posisi duduk mereka dan ikut menatap Alfin juga Aimee.

Alfin menyingkirkan tangan Aimee dengan kasar.

Bersikap acuh dan sikap itu membuat Aimee mengerutkan bibir.

"Rapat sepertinya sudah hampir selesai. Tinggal membagikan buku laporannya dan dibawa pulang lebih dulu sebelum kita melakukan pertemuan kedua. Saya menantikan inspirasi tambahan Anda semua. Terutama Anda, Tuan Zack!" seru Aimee.

Berdiri tegak dan mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.

Zack ikut berdiri dan menyambut uluran tangan Aimee.

Menciptakan suasana aneh berkeliaran di sekitar mereka. Aimee langsung mencuci tangannya beberapa kali ketika rapat selesai.

Tidak ingin meninggalkan aroma parfum atau tubuh Zack di tangannya. Aimee bersyukur keadaan toilet sepi. Sehingga tidak ada satu orang pun yang melihat tingkah anehnya.

Telepon Aimee berdering.

~ Borris ~

Aimee buru-buru mengatur napas dan menetralkan kembali ketegangannya.

"Hallo, Borris. Kau menghubungiku lebih cepat?" tanya Aimee yang berpikir Borris menghubunginya untuk mengambil mobil.

Borris segera membalasnya.

"Ya. Urusanku lebih cepat selesai dan aku bisa menyempatkan waktu untuk pergi ke kantormu, serta mengambil mobilku. Lalu kembali bekerja sebelum aku menjemput Salsha. Kau bisa keluar sebentar?" tanya Borris mendadak.

Memeriksa penampilannya dan menenangkan diri. Aimee tersenyum.

"Ya. Tapi, apa itu berarti kau sudah ada di depan kantorku?" tanya Aimee sambil mengeringkan tangannya.

Menjepit ponsel di antara pundak dan lehernya . Aimee bersiap-siap jalan keluar. Tidak memperhatikan jalan dan sibuk melihat ke bawah.

Bruk!

Tubrukan kedua terjadi.

"Aw!"

"Apa yang terjadi, Aimee? Aku mendengar suara tubrukan yang cukup kencang. Apa kau menubruk sesuatu dan terluka?"

Borris terdengar cemas.

Merutuk dengan kesal dan menyibakkan rambut. Zack yang baru saja akan pergi ke toilet dan tidak sengaja bertubrukan dengan Aimee, menegur Aimee.

"Tidak bisakah kau mengurangi kebiasaan burukmu yang sulit memperhatikan jalan?" keluhnya kesal.

"Kenapa kau harus terus menabrakku dan menaikkan tekanan darahku? Kau sengaja ingin mencari masalah?" tambah Zack sengit.

Menutup telepon dengan cepat tanpa aba-aba. Aimee menatap Zack sinis.

"Apa-apaan ini? Kenapa kau lagi yang aku tabrak? Tidak adakah pria lain yang bisa menabrakku selain kau?" protes Aimee dengan cara protes yang aneh.

Zack mengernyitkan alisnya dan mengangkat dagu.

"Kau berharap ada pria tampan lain yang menabrakmu? Atau kau berharap Tuan Alfiano yang menabrakmu?" tukas Zack sarkas.

Aimee mengerutkan keningnya.

***