Ke duanya diam setelah keluar dari kamar mandi, Haidar duduk di sofa yang menurutnya tak seempuk miliknya yang ada di rumah.
"Sofamu sudah tidak nyaman, kenapa tidak diganti?" protes pria itu yang sebenarnya tidak perlu dia sampaikan.
"Mau ganti sofa? Untuk ganti menu makanan saja saya masih tidak mampu, bagaimana bisa mengganti sofa, ck. Menyebalkan sekali," respon gadis itu dengan gelengan kepalanya.
"Mangkanya jangan miskin."
Pupilnya membesar mendengar itu, oh. Ayolah, apakah pantas bicara seperti itu di saat saat begini?
"Kamu pikir jadi kaya semudah membalikkan telapak tangan?" sungutnya dengan mata yang masih membesar.
"Tidak, tapi menjadi kaya semudah mengedipkan mata."
Wiyana membuang muka, Haidar tidak berpikir sepertinya kalau mereka berbeda.
"Tentu saja menjadi kaya mudah bagi kamu, karena kamu sudah kayak sejak kecil," oceh gadis itu agak kesal.
"Dari kecil? Tau dari mana saya kaya sejak kecil?"
在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者