webnovel

Kekuatan Muncul

"Tidak tahu dan tidak mau tahu!" jawab Ulrica dengan kesal dan langsung membaca bukunya kembali.

Tiffany dan Anthoni saling bertatapan mata karena respon Ulrica. Namun Anthoni menduga jika terjadi sesuatu antara Ulrica dengan Nicholas.

'Sebenarnya apa yang terjadi di antara Ulrica dengan vampir itu?' batin Anthoni yang penasaran.

Tetapi karena Ulrica enggan membahasnya, mereka berdua pun hanya diam saja. Sampai pada akhirnya bel pulang berbunyi dan para murid bergegas pulang.

Jessica yang ingin memberikan pelajaran pada Ulrica tentu saja tidak lupa jika sepulang sekolah mereka sudah membuat janji.

Jadi saat Ulrica masih berkemas, Jessica dan kedua temannya menghampiri Ulrica. Jessica pun membuka mulutnya.

"Ulrica, apakah kamu ingat acara kamu dengan kami?" tanya Jessica yang sok ramah.

Ulrica sudah tahu jika pasti ada yang tidak beres dengan Jessica. Namun ia ingin melihat sendiri apa yang akan dilakukan oleh Jessica.

"Tentu saja! Mau di mana? Belakang sekolah? Atau di ruangan ekstra kurikuler? Atau kau punya tempat rekomendasi lain?" tanya Ulrica yang sudah selesai berkemas.

"Kamu ikuti saja kami! Biarkan kami yang memandu jalannya! Tempatnya tidak jauh, kok! Kamu pasti akan suka!" jawab Jessica.

Jessica pun berjalan duluan bersama dengan Silvia dan Nina. Jessica sengaja tidak memberitahu tempatnya untuk kejutan Ulrica.

Kemudian Ulrica telah beranjak dari tempat duduknya, lalu ia mengikuti Jessica beserta kedua temannya. Karena Tiffany dan Anthoni khawatir, mereka berdua ingin menemani Ulrica.

"Ulrica, biarkan kami menemanimu!" ujar Anthoni.

Ulrica menghentikan langkahnya lalu menoleh ke belakang, "Tidak perlu. Percayalah padaku!" Ulrica pun melanjutkan langkahnya kembali.

Tiffany benar-benar khawatir pada keadaan Ulrica. Meski hubungan mereka baru dekat selama satu hari, namun Tiffany tahu jika Ulrica memang orang yang baik dan tulus.

Dia belum pernah mendapatkan perlakuan sebaik itu selama ia bersekolah di sana. Hanya hinaan dan cacian terima.

Namun tidak dengan Ulrica, dia justru memberikan kehangatan dan kenyamanan bagi Tiffany sehingga ia memiliki semangat untuk bersekolah lagi.

"Ulrica, aku harap kamu baik-baik saja! Semoga mereka benar-benar tidak membuat onar!" gumam Tiffany.

Ulrica dengan tenang terus mengikuti Jessica. Sampai akhirnya mereka tiba di sebuah gang di belakang sekolah di mana tempat itu sering digunakan untuk mem-bully anak-anak sekolah yang di pandang rendah.

Jessica dan kedua temannya berhenti lalu berbalik menghadap Ulrica yang berada di belakangnya. Ulrica ikut berhenti saat Jessica dan temannya berhenti.

'Ah, jadi mereka ingin membawaku ke tempat ini... Bagus sekali! Lihat saja nanti hadiah dari aku,' batin Ulrica yang begitu tenang.

Ulrica yang sudah tahu akan tempat apa itu sudah bisa menebak adegan apa yang akan terjadi selanjutnya. Namun Ulrica berpura-pura bodoh dan tidak tahu.

"Kenapa kita berhenti di sini?" tanya Ulrica yang pura-pura tidak tahu.

Jessica, Silvia dan Nina saling bertatapan lalu menyeringai. Kemudian Jessica pun membuka mulutnya.

"Ah, kita rayakan pestanya di sini! Guys! Sekarang!" ujar Jessica memerintah.

Nina dan Silvia langsung mencengkeram lengan Ulrica dan menariknya ke dalam gang dengan paksa. Jessica tersenyum melihat Ulrica yang nampak lemah dan tidak berdaya.

"Sudah!" lapor Silvia dan Nina pada Jessica.

Jessica meraih dagu Ulrica lalu mencengkeramnya dengan sangat erat. Kemudian Jessica mencaci dan memaki Ulrica sesuka hatinya.

"Ternyata kamu tidak berguna dan tidak berdaya sama sekali! Aku pikir ancamanmu dulu itu benar-benar sebuah hal yang mengerikan! Namun ternyata kamu hanya berbual! Ah, satu lagi! Aku memperingatkan dirimu agar menjauh dari Nicholas! Dia adalah lelaki yang akan menjadi kekasihku! Jadi jika kamu berani mendekatinya, aku akan mengulangi apa yang hari ini akan aku perbuat padamu!" ancam Jessica setelah berbicara panjang dan lebar.

Jessica langsung menghempaskan wajah Ulrica dengan kasar sampai rambut Ulrica berantakan. Ulrica menyeringai setelah perbuatan yang dilakukan Jessica.

Rupanya Jessica berpikir jika Ulrica hanya bercanda. Dan sekarang sebelum mereka semakin bertindak semena-mena, Ulrica pun mengeluarkan suaranya.

"Apakah kau sudah selesai?" tanya Ulrica.

Jessica tertawa mendengar pertanyaan Ulrica. "Selesai? Apa maksudmu? Bahkan pesta permintaan maafku ini belum dimulai! Apakah kamu ingin memulainya?" tanya Jessica balik yang menantang.

Karena Ulrica muak melihat Jessica yang sok berani. Jadi Ulrica yang sudah menahan amarahnya langsung meluapkannya.

"Baiklah kalau begitu sekarang aku akan mengambil giliranku," jawab Ulrica lalu tersenyum dan mengeluarkan amarahnya.

Namun kali ini amarah Ulrica berbeda dengan biasanya. Ulrica langsung menghempaskan Silvia dan Nina dengan keras sampai membuat mereka terpental dan terjatuh.

Kekuatan Ulrica begitu besar, dan sekarang Ulrica yang tadinya menundukkan kepalanya langsung mengangkat kepalanya.

Tatapan matanya sangat tajam dan auranya menjadi berubah. Tak hanya itu, bahkan mata Ulrica langsung berubah menghitam semua.

Jessica baru pertama kali ini melihat Ulrica yang berubah seperti ini. Sebelumnya Ulrica yang marah tidak sampai berubah drastis.

Ulrica berjalan terus mendekati Jessica namun Jessica terus melangkah mundur karena ketakutan sampai berbicara terbata-bata.

"Ulrica, ap-apa yang terjadi padamu? Apa yang mau kamu lakukan?!" ucap Jessica ketakutan.

Silvia dan Nina pingsan karena kekuatan Ulrica yang begitu besar saat menghempaskan tangan mereka tadi. Jadi tidak ada yang bisa membantu Jessica sekarang.

"Aku sudah memberikan peringatan padamu dan kau malah mengabaikannya! Sekarang, terimalah akibatnya!" ucap Ulrica lalu kedua tangannya diangkat dan mengeluarkan sebuah cahaya berwarana putih berbentuk seperti api.

Jessica menjadi semakin takut karena ia kini tidak bisa bergerak sama sekali. Ia tiba-tiba saja mematung saat Ulrica mulai mengeluarkan cahaya itu.

'Tuhan! Tolong aku! Aku tidak mau mati!' rengek Jessica dalam hatinya hingga akhirnya Jessica menangis.

Ulrica menyatukan cahaya itu di depan tubuhnya sehingga membentuk seperti bola api yang terbakar. Jessica memejamkan matanya karena takut menyaksikan apa yang terjadi.

"Sekarang, rasakan kemarahanku!" teriak Ulrica dan siap melemparkan cahaya itu pada Jessica.

Namun tiba-tiba saja seseorang muncul dan membuat ledakan cahaya putih yang menyilaukan. Seketika, Ulrica dan Jessica langsung pingsan.

Ternyata orang yang meledakkan cahaya itu adalah Anthoni. Rupanya Anthoni diam-diam mengikuti Ulrica karena khawatir,

Dan kekhawatirannya membawa dirinya bertemu dengan putri yang selama ini ia cari-cari. Anthoni merasa jika dirinya begitu bodoh karena tidak bisa menyadarinya.

Anthoni langsung menghampiri Ulrica yang pingsan dan membawanya pergi. Mengenai Jessica dan teman-temannya, Anthoni membiarkan mereka karena sudah menghapus ingatan mereka mengenai kejadian hari ini.

Anthoni juga memberikan ingatan palsu jika mereka takut dan tidak akan berani mengusik hidup Ulrica lagi ke depannya.

"Putri, maafkan hamba yang begitu bodoh! Sekarang izinkan hamba membawa Putri!" ujar Anthoni lalu membawa Ulrica ke suatu tempat.

TBC...