webnovel

Prolog

     Tidak selamanya yang khalayak anggap indah berlaku untuk semua manusia. Dikatakan indah karena memang keadaan mendukungnya. Ada banyak alasan seseorang menganggap sesuatu itu indah. Ada alasan pula saat seseorang membenci sesuatu yang indah itu.

     Butuh penjelasan memang saat orang lain heran kenapa ada manusia yang membenci hal yang awam anggap itu tidak layak dibenci. Sebenarnya bukan layak atau tidaknya. Dia tidak bisa mencegahnya. Sudah terlanjur semua terjadi. Dia bahkan tidak tahu kenapa pula menyalahkan hal konyol. Ya, dia bahkan menganggapnya konyol.

     Membenci Senja?

     Dia tahu semua terjadi bukan karena keadaan matahari sore. Sama sekali bukan. Dia sadar hal itu. Hanya saja, beberapa kenangan yang seharusnya ia kenang dengan suka malah mengundang duka.

     Tentang kekecewaan.

     Tentang kesetiaan.

     Dan juga.. Tentang Perpisahan.

     Hal terakhir yang membuatnya semakin membenci senja. Padahal perpisahan ini mengajarkan ia untuk berdamai dengan senja. Seseorang yang meninggalkannya itu memberi banyak alasan kenapa senja tidak layak untuk dibenci. Lagi, senja merenggut orang itu. Sisa kebahagiaan hidupnya.

     Kejam sekali.. Wanita itu memejamkan matanya.

     Bukan tidak mau dia menjadi seperti orang pada umumnya. Menyukai senja. Atau setidaknya menganggap senja hal biasa. Seperti matahari pagi yang menghangatkan hati. Katanya kekuatan senja bahkan bisa menyembuhkan luka.

     Sayangnya, gadis remaja itu tidak merasakan hal yang sama. Semua lukanya terjadi saat senja.

     Semburat cahaya matahari sore selalu hadir saat ia kehilangan. Pertengkaran awal Ayah dan Ibunya ia saksikan sendiri dengan gemetar. Memegang lutut kakinya dengan erat. Sekelilingnya tegang. Bahkan Kakaknya yang selalu menguatkannya menangis. Tangannya terkepal. Seperti menahan amarah pada kedua orang tuanya. Atau pada dirinya sendiri?

     Saat itu dia masih kecil, berumur enam tahun. Belum mengerti apa yang menjadi alasan kedua orang tuanya berpisah. Namun, awal setiap pertengkaran yang diperlihatkan sampai memutuskan bercerai, ia sama sekali tidak mengerti. Bertanya, kemana Ayah yang selalu tersenyum ceria bahkan saat raganya lelah bekerja? Kemana ibunya dengan sambutan manis menyalami kepulangan sang suami? Mereka dulu tidak seperti sekarang.

     Perpisahan kedua orang tuanya tidak bisa dihindari. Namun, sejak tidak bersama, ibunya menjadi pemurung. Bahkan penyakit liver-nya kambuh. Sesekali ayahnya datang saat sang ibu dirawat.

     Sore itu, kepergian ibunya, ayahnya sedang tidak bersama mereka. Tidak ada kata penghibur, nasihat penenang bahwa semuanya akan baik-baik saja. Hanya sinar senja yang mengintip lewat celah jendela rumah sakit menemani.

     Terlalu belia untuk gadis kecil yang baru saja merasakan bangku sekolah dasar menyaksikan kematian dari seseorang yang disayanginya. Dia belum paham apa yang sedang terjadi.

     Gadis kecil itu bertanya pada kakaknya yang terduduk di sisi ranjang putih.

     'Kak, apakah ibu meninggalkan kita?'

     Tidak ada jawaban.

     Hening.

     Kemudian tanpa disadari dia menangis mengikuti kakaknya. Mereka berpelukan. Mencoba saling menenangkan. Siapa pun yang melihatnya akan pilu.

     Hanya saja, gadis kecil itu salah mengartikan suasana saat matahari menghilang dari cakrawala. Dibalik punggung kakaknya. Dia menyaksikan sendiri senja memakan waktu dengan perlahan. Lama sekali mereka menangis sambil berpelukan. Sampai cahaya dibalik jendela itu benar-benar menghilang.

     Kakaknya sendiri yang mengajarkannya. Bersama seseorang yang dalam cerita ini akan sangat berarti baginya. Memberi pemahaman bahwa saat menyakitkan tidak perlu kita menyalahkan. Hanya perlu sikap penerimaan. Tidak perlu mengambinghitamkan senja.

     Ya, gadis itu keliru. Senja yang menyakitkan tidak pernah bersahabat dengannya.

     Takdir berkata lain. Usianya sudah remaja. Memasuki tahun pertamanya di sekolah SMA yang sama dengan kakaknya. Keadaan rumah sedang sepi saat itu. Ayahnya dinas di luar kota.

     Seakan tahu apa yang akan dikabarkan senja padanya. Dia kehilangan seseorang yang berharga di hidupnya. Tubuhnya mematung. Matanya deras mengeluarkan air mata. Tidak pernah menduga keadaan akan setega ini padanya. Saat pemahamannya baru saja terpulihkan. Merenggut seseorang yang mencoba membuatnya berdamai dengan senja.

_____

Scientory (ツ)