Kota itu tidak begitu padat penduduk, dia memilih kota di Utara karena dekat dengan tujuan wisata yang
didambakannya. Hutan Brigeway yang dipenuhi salju seperti mutiara putih yang membuat mata silau. Apalagi menjelang musim dingin, tempat itu akan menjadi tumpukan salju yang berkilau dan berbahaya.
Suara napas sesak terdengar di jalanan kota yang terlihat menanjak, gadis itu baru saja turun dari bus kota menuju salah satu pinggiran desa Pole, dia tersenyum sambil mengaitkan jemarinya.
"Sedikit lagi aku bisa mendekati hutan itu, tempat Ayah berkemah dan berburu dan tentu saja menguji nyalinya menantang bahaya, karena itulah aku nekat kemari dan meninggalkan rumah dan kota tercintaku."
Gadis itu terlihat antusias dan bersemangat, wajahnya terus menampakkan sumringah tiada tara, meskipun saat itu awal musim dingin yang menusuk hingga ke tulang.
"Ck, berhenti tersenyum bodoh. Cari penginapan dan besok pikirkan rencana lainnya," ucap gadis bermata indah coklat kehitaman, dengan rambut keemasan, kulit yang pucat serta bibir penuh berwarna cerah, dia selalu memberikan pelembab di bibirnya agar terus terlihat segar dan tidak pucat.
"Ah, penginapan khusus untuk seorang mahasiswa? Apa ini semacam rumah singgah bagi mahasiswa sepertiku? Pasti tidak membutuhkan biaya besar, bukan?" ucap Natasya.
"Teeng. Tentu saja salah, Nona. Jika saja kau membaca biaya menginap satu malam saja, kau pasti akan mengumpat," ucap seorang pria yang tiba-tiba bicara di samping Natasya.
"Permisi, anda menginap di sini juga?" Wajah Natasya masih terlihat bersemangat, ceria dan tidak kaku.
"Yup, lebih tepatnya aku sedang kerja part time dan sedang mengumpulkan sesuatu bernama Dollar, aku bangkrut. Ups, maaf bukan untuk konsumsi publik, tapi sepertinya kau harus tahu, aku juga dikenal sebagai erand boy, jika saja kau terdesak ingin ke toko dan kau tidak tahu arahnya, kau bisa menyuruhku, tentu dengan imbalan yang setimpal."
"Oh, oky sepertinya tempat ini cocok untukku, apa masih tersisa kamar di dalam sana?" tanya Natasya.
"Sebenarnya tidak ada lagi, penginapan ini penuh, apalagi masa liburan seperti ini, biasanya mereka berlibur di pinggiran desa, dekat hutan Brigeway."
Wajah Natasya terlihat kecewa, meskipun begitu dia masih tersenyum.
"Trims karena sudah memberitahuku, aku akan cari penginapan lain."
Pria itu bergerak gesit dan lagi-lagi berdiri di depan Natasya.
"Kau beruntung, kau bisa menempati kamar Revan, sepertinya dia tidak memerlukannya."
Mata Natasya membeliak saking senangnya. "B-benarkah? Siapa Revan? Apa dia bersedia menyerahkan kamarnya?"
"Tentu saja dia bersedia, dia akan melakukan apa saja demi uang."
Alis Natasya terangkat sambil menatap pria berambut keriting itu dengan tatapan aneh.
"Jadi, siapa Revan?"
"Aku. Namaku Revan Knock dan kau akan mengambil kamarku, lalu aku akan mendapatkan uang sewanya, bagaimana? Adil, bukan? Silahkan masuk, sebagai layanan tambahan, aku akan membawa kopermu, silahkan ikuti aku," ucapnya bahagia sambil membawa koper milik Natasya menuju penginapan.
Natasya mengangguk sambil tersenyum.
"Aku melakukan hal benar, kan? Sepertinya pria itu gila."
***
Kamar itu terlihat kacau, setidaknya setelah pria itu menempatinya, dia membereskan semua kekacauannya terburu-buru, mengambil pakaiannya yang tergeletak di mana-mana.
Natasya mengedarkan pandangannya, dan melihat jendela kamar tepat di samping tempat tidur, dan itu nilai plus untuknya.
"Apa kau sering kali melihat langit malam dari jendela ini?" ucap Natasya sambil membuka jendela itu dan memandang pemandangan langit yang terlihat kelabu karena turunnya salju.
"Haha, kau bercanda? Hanya orang tidak ada kerjaan yang memandang langit gelap di luar sana, apalagi tidak ada bintang. Aku mana sempat bersikap melankolis seperti itu, yang ada di mataku hanya Dollar."
Natasya seperti mendengar angin dingin melewati telinganya begitu saja ketika Revan berbicara, dia terlihat mengabaikannya karena kesal.
"Wuah, kalau aku bisa lihat Aurora, aku beruntung sekali," ujarnya.
"Kau akan bisa melihatnya kok," ujar Revan sambil merapikan tempat tidurnya.
"Su-sungguh?" Wajah Natasya terlihat gembira dan berwarna.
"Jika kau pergi ke kutub Utara atau kutub selatan, kau mungkin bisa melihatnya." Senyum di wajah Natasya memudar.
"Aku memang gila mengajakmu bicara, kenapa kau tidak bilang kalau kita bisa lihat Aurora di Alaska? Daerah sini juga dingin, dan aku pernah membaca artikel jika di Alaska terkenal dengan cahaya terang menyilaukan."
"Kau bisa melihatnya kok, jangan bertanya pada orang yang kemampuan pengetahuannya terbatas dan hanya memikirkan soal uang saja," ucap seorang gadis di dekat pintu, dia bersedekap sambil menatap Revan yang bekerja.
"Be-benarkah? Di mana kita bisa melihatnya?" tanya Natasya, dia terlihat bahagia karena akhirnya bisa mengobrol dengan orang yang cukup normal.
"Jika kau beruntung, biasanya dia terlihat di bulan seperti ini, Oktober sampai dengan Desember, tentu saja di ketinggian tertentu, kemunculannya sangat fenomenal, biasanya para penduduk tahu kapan tepatnya kita bisa menyaksikannya, aku harap kau bisa melihatnya, jika itu yang sangat kau harapkan," senyum wanita itu.
"Trims, jika aku beruntung." Natasya lalu menatapnya.
"Ah, aku lupa mengenalkan diriku, namaku Natasya Azriel, panggil Natasya, aku sedang berlibur, sebenarnya aku berniat untuk memasuki hutan Alaska yang terkenal keindahannya, apalagi di bulan seperti ini," ucap Natasya.
"Hei girl, kau mau kedinginan ya? Di dalam hutan memang indah, tapi apa kau tahu jika kau masuk lebih dalam, kita tidak bisa kembali dalam keadaan hidup, meskipun saat ini sedang ramai-ramainya turis berwisata, jangan berkemah di dalam sana, aku tidak akan bisa," ujar Revan.
Natasya ingin sekali memutar bola matanya, tapi dia tahu bahwa itu tidaklah sopan, apalagi mereka bertemu dan baru saling mengenal hari ini.
"Aku melihatnya," ucap gadis itu.
"A-apa?"
"Kau bisa memutar bola matamu kok, banyak yang melakukannya jika mereka mengobrol dengan Revan, kau salah satu tamu yang paling sopan yang ingin bicara dengannya."
"Kenalkan namaku Carol Hendrik, dan aku pacar pria yang sedang menyapu itu," tunjuknya pada Revan. Natasya menganga tanpa sadar.
"Kau boleh tertawa kok, atau mengatakan aku gila, karena kenyataannya seperti itu, yuk ke ruang makan, di sana sudah banyak orang, kita bisa mengobrol dengan mereka."
"O-ok Carol." Terlihat mulut Natasya membisikkan kata 'Wow' ketika mereka turun ke lantai bawah. Natasya memperhatikan beberapa pria dan wanita seusianya sudah ada di sana, tempat itu layaknya bar bila malam tiba, terlihat bartender sedang menyiapkan minuman, beberapa sedang mengobrol, makan dan sedang melakukan sesuatu yang panas di sudut ruangan.
"Mereka semua mahasiswa dari berbagai universitas, mereka sepertimu, datang untuk berlibur dan bersenang-senang, ada juga yang ingin kemping dan masuk ke dalam hutan Brigeway. Kau bisa bertanya kepada mereka," tunjuk Carol pada dua pria yang sedang mengobrol.
"Mereka sudah tiga kali keluar masuk hutan itu, bisa dibilang mereka tahu lokasi yang tepat dan aman. Bagaimana? Apa kau tertarik?" Natasya seakan ingin melompat, dia sangat bahagia karena bukan hanya dia yang akan masuk ke dalam hutan es itu.
"Baik. Aku akan berkenalan dengan mereka," ucap Natasya. Gadis itu tertawa melihat keantusiasan Natasya.
"Jangan khawatir, semua yang hadir di ruangan ini memiliki tujuan yang sama denganmu kok."