Setengah jam sudah Gemma habiskan di dalam kelas dengan bermain game bersama beberapa temannya yang tersisa, karena hampir seluruh anak-anak kelasnya memilih untuk melihat kegiatan di luar kelas.
Jujur saja sebenarnya Gemma sudah merasa bosan sejak tadi, tapi dia terlalu malas untuk keluar dari kelasnya karena keadaan di luar sana pasti sangat ramai. Gemma bukan tipe orang yang suka tebar pesona ke sana ke mari, dia tidak seperti Azka dan Randu yang terkadang senang melakukan itu. Daripada berada di tempat ramai di mana Gemma tidak mengenal kebanyakan orang di sana, lebih baik dia mencari tempat yang sepi baginya untuk bersembunyi.
Beberapa pesan yang sudah Azka kirimkan kepadanya dengan berkata bahwa Gemma bisa datang ke stand futsal hanya Gemma balas dengan jawaban 'iya, sebentar lagi,' karena dia malas sekali beranjak dari tempat duduknya.
Tapi begitu mendapatkan pesan baru dari Azka yang mengatakan bahwa ada adik kelas yang berani menggoda Arjuna di depan banyak orang, Gemma langsung lompat dari kursinya dan berlari menuju stand futsal untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.
Gemma tidak bisa melewatkan hal ini, karena Arjuna merupakan salah satu temannya yang paling sulit untuk disentuh apalagi di ganggu oleh perempuan. Selama bersekolah di Garda Muda, hanya Aulia saja satu-satunya gadis yang bisa dekat sekali dengan laki-laki itu—itupun karena Arjuna memang menyukainya. Sedangkan ketika bersama dengan gadis lain maka Arjuna akan sengaja menjauhkan diri, dia tidak ingin terlalu dekat dengan mereka.
"Itu tuh anaknya yang lagi diwawancarain sama Aulia. Lo liat tuh dia nggak berhenti ngelirik Arjuna mulu, anjir coba tadi lo di sini pasti lo ngakak banget liat komuknya Arjuna," Azka menceritakan sambil tertawa sesaat setelah Gemma sampai di stand mereka.
"Cari gara-gara itu anak, belum tau aja asliannya Arjuna gimana." Randu ikut tertawa di sebelah Azka.
"Memang tadi dia ngapain—eh, Ndu, minum dong gila haus banget gue abis lari dari kelas."
Randu langsung menyodorkan botol minumnya pada Gemma. "Lagian lo ngapain pake lari segala dari lantai dua?"
Gemma tertawa. "Enggak mau ketinggalan, kapan lagi gue liat Arjuna digodain anak orang di depan umum." Azka langsung ikut terbahak keras setelah mendengar jawaban Gemma. "Ini gue nanya belum lo berdua tanggepin ya, emang itu cewek ngapain tadi?"
"Arjuna kan tugasnya pegang kamera mulu tuh dari tadi buat dokumentasi, nah tadi anak-anak daftar ekskul juga kan rame tuh lapangan, tapi si Oreana itu malah teriak 'Kak! Kak! Kakak ganteng yang pegang kamera! Videoin yang di sini juga dong, sini videoin aku!' gila lo bayangin aja tuh gimana malunya Arjuna digituin depan orang rame." Azka bercerita dengan semangat yang menggebu-gebu sampai merubah suaranya agar mirip dengan adik kelas itu, membuat tawa Randu dan Gemma pecah begitu saja.
"Terus Arjunanya gimana?"
"Pergi lah anjir, lo kayak nggak tau Arjuna aja," jawab Randu masih dengan tawanya. "Tapi apesnya si Oreana tuh salah satu yang harus diwawancara, jadi ya lo liat aja sendiri itu gimana jadinya. Arjuna beneran videoin itu anak hahaha."
Gemma masih saja menertawakan kesialan salah satu sahabatnya itu sampai dia baru sadar akan sesuatu—sebentar ... Oreana?
"Bentar, itu namanya Oreana? Beneran Oreana?" tanya Gemma penasaran.
"Iya, Oreana. Oreana Gantari sih kalo nggak salah," jawab Randu sekenanya.
Gemma baru sadar, bukankah gadis itu yang ada di dalam satu frame foto bersama dengan satu gadis lainnya yang sempat Gemma lihat di ruang Jurnalistik?
Netra Gemma mengedar, kalau memang benar mereka berdua berteman, maka akan bisa dipastikan kalau—binggo!
Gemma menemukannya.
Alea Khairunnisa, gadis yang berada di satu potret bersama dengan Oreana yang juga merupakan adik kelasnya sewaktu Sekolah Menengah Pertama, kini tengah berdiri tak jauh di belakang Oreana yang masih di wawancarai dan yang selama beberapa menit tidak Gemma sadari bahwa gadis itu sudah lebih dulu menemukan keberadaannya.
Karena ketika Gemma melihatnya, gadis itu juga sedang memandangnya.
Gemma mengulas senyum tipis, entah mengapa dia merasa lega karena melihat gadis itu baik-baik saja.
"Ka, lo lagi kosong nggak sih? Gue mau minta tolong dong." Suara Tama mengalihkan atensi Gemma dari Alea, sahabatnya itu datang secara tiba-tiba dengan wajah yang cukup lelah. Bagaimana tidak lelah jika pekerjaannya banyak sekali, Tama pasti sedari tadi sibuk bolak-balik untuk memantau berjalannya acara penutupan MOS ini.
"Yah, gue lagi jaga stand futsal nih, Tam."
"Gue kosong, Tam. Kenapa?" Gemma menyela dan menawari bantuan karena kasihan juga melihat Tama sekarang.
"Gini, gue masih ada kerjaan tapi si Hana udah di depan sekarang─"
"Hah, sepupu lo di depan? Depan sekolah kita maksud lo?" Randu memotong kaget.
"Sabar dulu kenapa anjir jangan main potong-potong omongan gue." Tama mendengus kesal. "Tadi pagi dia berangkat bareng gue dan seharusnya pulang sama gue juga, tapi nggak taunya sekolah dia udah lebih dulu balik, dan gue masih banyak kerjaan. Kalo salah satu dari kalian kosong tolong dong anterin dia balik, nanti gue yang izinin ke satpam biar bisa keluar deh, gue beneran nggak bisa banget soalnya ninggalin sekolah sekarang."
"Lo sibuk banget, ya, Tam?" tanya Azka prihatin.
Tama mengangguk seraya menghela napas lelah. "Dari tadi gue dipanggilin mulu sama anak-anak, enggak ada abisnya deh sampai capek gue."
"Gue aja! Gue yang nganterin Hana sini." Randu sudah siap-siap berdiri tapi Azka justru menahan lengannya.
"Ye, Ndu, lo itu anggota gue dan lo juga punya kerjaan buat nemenin gue jaga stand futsal. Udah lo diem di sini aja, biar Gemma aja kenapa? Bisa 'kan lo, Ma?"
"Lo belum jadi ketua udah ngatur-ngatur aja." Randu mendengus malas namun tetap kembali duduk sesuai yang diperintahkan.
"Gemma, tolong, ya? Bisa 'kan?" Tama menoleh pada Gemma yang masih belum memberikan jawaban.
"Iya, bisa kok. Ya udah, sini kunci motornya gue samperin Hana di depan. Jangan lupa izinin ke satpam."
Tama mengangguk lalu memberikan kunci motornya, Gemma langsung pamit dan beranjak pergi menuju kelas untuk mengambil tasnya, ada sebuah rencana di dalam kepalanya saat ini setelah menjalankan tugas yang diberikan oleh Tama kepadanya. Setelah selesai membereskan mejanya, Gemma segera pergi menuju parkiran untuk melaksanakan permintaan tolong dari sahabatnya itu.
Sekarang laki-laki itu tidak perlu lagi bingung harus melakukan apa di sekolah karena tidak memiliki kegiatan yang harus dia lakukan, nyatanya sekarang Tama secara tak langsung sudah membantunya untuk kabur dari sekolah dengan dalih akan mengantar Hana.
Tentu saja Gemma akan melaksanakan tugasnya dulu dari Tama untuk mengantar sepupunya itu pulang ke rumahnya. Tapi, setelah itu Gemma tidak akan kembali lagi ke sekolah, melainkan dia akan membawa motor Tama untuk pulang ke kosannya dan segera beristirahat di sana dengan nyaman.
Dengan begitu Gemma jadi tidak perlu memusingkan kegiatan sekolahnya bukan?