webnovel

Lelaki Dalam Kabut

Bagi Mimi, mimpi adalah bagian dari kenyataan. Apapun yang hadir dalam mimpinya akan hadir pula di dunia nyata. Namun ada satu mimpi yang tak kunjung jadi nyata, mimpi tentang lelaki yang wajahnya selalu tertutup kabut. Berbagai petunjuk hadir tentang lelaki dalam kabut tersebut, namun Mimi tak juga menemukan lelaki itu didunia nyata. Sahabatnya menganggap Mimi sudah gila karena jatuh cinta pada lelaki dalam mimpi yang bahkan tak diketahui wajahnya seperti apa. Dia juga mengabaikan cinta yang nyata ada dihadapannya karena lelaki kabut itu. Apakah lelaki itu memang benar-benar ada? Dan apakah yang dirasakan Mimi adalah cinta atau obsesi semata? Akankah pencarian Mimi membuahkan hasil? 

Zianaabia_79 · 青春言情
分數不夠
74 Chs

Liburan

Dua minggu kemarin Mimi disibukan dengan ujian akhir semester. Walaupun ujiannya tidak setiap hari, tapi cukup menyita energinya. Karena itu begitu ujian selesai, dia merasa lega sekali. Dan sebagai hadiah untuk dirinya sendiri, Mimi ingin merencanakan liburan. Berharap setelah liburan, dia akan kembali fresh.

"Si, kali ini mau magang dimana lagi?" tanya Mimi pada Sisi.

"Semester ini gue istirahat magang dulu lah Mi. Gue mau refreshing aja. Tabunganku masih cukup kok buat sedikit bersenang-senang," kata Sisi.

"Waah sama dong, gue juga kepengen liburan nih Si. Apa kita liburan bareng aja?" usul Mimi.

Sisi terlihat tertarik dengan usul Mimi, "boleh Mi. Asyik kali ya liburan bareng? Coba kita cari refrensi tempat liburan yang asyik!"

"Gue sih ngga masalah mau kemana aja. Yang penting bisa lihat pantai atau gunung aja. Ruwet lihat jalanan macet dan orang di commuter," kata Mimi sambil tertawa.

"Hei kalian lagi ngapain? Asyik banget ngobrolnya, sampai ngga sadar kalau kami disini." suara Edo memotong obrolan mereka.

Di hadapan mereka kini ada Edo, Irfan dan Tama.

"Eh sorry, duduk deh! ini Gue sama Mimi lagi bahas soal liburan. Rencananya kami mau liburan bareng, tapi masih belum tahu kemana, " jelas Sisi.

"Aku ada Villa di daerah Cisarua, kalau mau kita kesana aja," kata Tama.

"Maksudnya, elo ngajak kami semua untuk liburan ke Villa elo?" tanya Sisi memastikan.

Tama mengangguk, "itu kalau kalian mau aja sih."

"Aku mau. Elo mau kan Mi?" tanya Sisi penuh harap.

"Kalau yang lain oke, gue juga oke lah," jawab Mimi.

Lalu mereka memandang ke arah Edo dan Irfan, menunggu jawaban mereka.

"Kapan mau berangkatnya? Gue harus cek jadwal dulu," tanya Edo.

"Aish, sok sibuk banget sih lo? Emang sibuk apaan sih?" cibir Sisi.

Edo tertawa, "ya gue kan punya jadwal rebahan yang cukup padat liburan kali ini." Yang langsung disambut oleh lemparan tissue oleh Sisi.

"Gue sih oke," kata Irfan. "Kapan dan naik apa kita berangkatnya?".

" Terserah kalian mau berangkat kapan, nanti aku akan bilang penjaga Villa untuk siapin kamar disana. Kita berangkat satu mobil aja, pakai mobil aku. Mobil Edo dan Irfan nanti tinggal aja di rumahku. Soal makanan kalian ngga usah khawatir, kalian tahu beres aja," jelas Tama.

"Ah jangan gitu Tam, lo udah nyediain Villa masa makan juga dari elo. Kita patungan aja untuk makanan, nanti di sana mau minta dimasakin atau masak sendiri gampang, yang penting ngga gratisan semua," kata Mimi.

Semua setuju, dan akhirnya mereka sepakat akan berangkat pada hari pembagian IPK, yaitu dua hari sejak hari ini. Semua tampak bersemangat, tak sabar menunggu hari itu.

---

Irfan POV

Besok kami akan ke Villa milik Tama. Rencana kami disana selama 5 hari, tapi kalau betah bisa saja diperpanjang. Sekarang aku sedang mengepak pakaianku untuk dimasukan ke dalam ransel. Teringat sesuatu, kuambil ponselku, kuketik pesan pada seseorang,

Irfan : Besok berangkat bareng sama gue aja.

Setelah terkirim, tak menunggu lama aku sudah mendapat balasan.

Mimi : Okey, aku bawa koper lho Fan.

Irfan : No problem, kamu bawa container juga ngga masalah 😁.

Mimi : Hahaha bisa aja. Ya udah sampai besok pagi ya..

Irfan : Okey

Aku tersenyum sendiri membayangkan liburan kami nanti. Jujur saja, aku senang sekali karena liburan kali ini bisa aku lewati bersama Mimi, gadis yang akhir-akhir ini kerap menghiasi mimpi-mimpiku.

Mimi pada awalnya bersahabat dengan Edo, namun belakangan karena Edo sering mengajak aku dan Tama jika bertemu dengan Mimi dan Sisi, akhirnya aku dan Tama juga jadi dekat dengan mereka. Dan ternyata rumah Mimi pun tidak jauh dengan rumahku, sehingga beberapa kali aku bisa berangkat dan pulang bersama dia.

Aku tipe orang yang tidak bisa menyembunyikan perasaan. Jadi sepertinya Edo dan Tama tahu kalau aku sedang mencoba mendekati Mimi. Tapi aku tak tahu apakah Mimi merasa atau tidak. Karena jika kuperhatikan gadis itu tampak biasa saja dengan segala perhatian yang sudah aku berikan.

Liburan kali ini, aku ingin lebih mengenal Mimi. Dan aku berharap, aku bisa menyatakan perasaanku padanya disana. Aku sudah punya ide untuk mewujudkan rencanaku. Semoga saja nanti berjalan lancar.

Irfan POV end

---

Jam 9 pagi Irfan dan Mimi sudah tiba di kampus, mereka segera menuju ke bilik komputer khusus pengambilan IPK, untuk mengeprint laporan IPK mereka dan kemudian meminta stempelnya. Kampus mereka memang tidak mengirimkan hasil IPK mereka lewat pos atau lewat email. Entah mengapa kampus memilih mahasiswanuya mengambil sendiri hasil ujian mereka.

Mimi cukup puas dengan IPK semester ini. Angka 3,23 tertera di kertas laporannya. Mimi tersenyum senang. Tak lama Irfan, Tama, Edo dan Sisi muncul. Sepertinya nilai mereka pun cukup bagus.

"Kita ke rumah aku dulu ya?" kata Tama. "Irfan dan Edo kalian bisa titip mobil kalian di rumahku," lanjutnya lagi.

Akhirnya mereka berangkat ke rumah Tama. ternyata rumah Tama tak terlalu jauh dari kampus. Hanya butuh waktu 20 menit saja.

Mereka tak menyangka kalau Tama ternyata anak orang berada. Rumahnya luas sekali, ada 3 lantai. Dan Tama menempati paviliun sendiri, layaknya orang kost. Tama beralasan untuk privacy, dan orang tuanya pun tak keberatan. Orang tua Tama hanya mensyaratkan kalau makan malam mereka harus berkumpul. Sementara diluar itu mereka membebaskan.

"Kalian masuk dulu aja ke paviliun," kata Tama pada Mimi dan Sisi, sementara Edo dan Irfan memindahkan koper dan tas mereka ke mobil Tama yang akan membawa mereka ke Villa.

Mimi dan Sisi masuk ke paviliun Tama, tempatnya bersih dan tertata rapi. Didinding tampak deretan foto, sepertinya foto ruangan sebuah cafe. Mimi sangat tertarik dengan foto itu, jadi dia berdiri cukup lama didepan deretan foto itu.

"Itu foto cafe yang sekarang sedang aku kelola," suara Tama mengejutkannya.

"Cafe? Jadi lo punya cafe?" tanya Mimi dengan ekspresi takjub.

"Ingatkan waktu kamu tanya, soal pekerjaan aku? Nah pekerjaan aku itu mengelola cafe. Kapan-kapan aku akan undang kamu kesana," kata Tama sambil tersenyum menatap Mimi.

"Boleh, ditunggu undangannya."

"Hei, udah beres nih. Mau langsung berangkat atau gimana?" tanya Edo.

"Kalian minum aja dulu, ada soft drink di kulkas. untuk di jalan nanti juga aku sudah siapkan camilan dan minuman di mobil," kata Tama.

"Sisi mana?" tanya Mimi.

"Di toilet tuh," jawab Edo.

Tak lama setelah semua siap, mereka berangkat. Diperjalanan mereka bercerita banyak hal. Mimi dan Sisi yang mendominasi obrolan. Maklum lah perempuan lebih bawel. Yang jadi objek keingintahuan mereka adalah Tama. Karena setelah mereka ke rumah Tama tadi, banyak hal yang mereka ingin tahu dari Tama. Ibaratnya Tama ini diam-diam menghanyutkan. Tampak paling kalem dibanding yang lain tapi ternyata punya banyak kejutan.

Diam-diam Mimi jadi mulai memperhatikan Tama. Dan sepertinya Sisi menyadari itu.

"