Hari kedua.
Inggrid membawa Randika ke tempat perjanjiannya dengan Yosua.
Di dalam taksi, Inggrid terlihat segar. Sepertinya kemarin dia tidur dengan nyenyak. Sedangkan Randika terlihat buruk dan menyedihkan, bahkan di bawah matanya ada kantong mata. Itulah bukti nyata kekerasan istrinya semalam.
Melihat wajah Randika yang seperti itu, Inggrid tidak bisa menahan tawanya.
"Bisa-bisanya kau tertawa." Randika berkata dengan dingin. "Kalau wajah tampan suamimu ini rusak, nanti cinta kita tidak abadi lho."
"Oh…" Inggrid menoleh padanya. "Jika kau menuruti kata-kataku kemarin, kau tidak akan kesakitan seperti ini."
"Terlebih, kau mampu menghajar beberapa orang sekaligus tetapi kau tidak bisa bertahan dariku. Bukankah itu lucu?" Inggrid tertawa kecil ketika mengingat kejadian di kamar kemarin.
Randika mau marah tapi tidak bisa. Seorang jentelmen tidak akan pernah menyakiti seorang wanita, itulah prinsip yang dia pegang.
在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者