webnovel

Mengejar Telur Naga

"Apa. Kenapa harus aku??" Adrik menolak kesal.

Walaupun langkah kakinya sudah mengarah pada telur yang mulai berjalan, dengan langkah yang goyah dan tidak seimbang.

"Aku harus mengurus yang lainnya, cepat hadang!" Jawab Cedrick, sambil memperhatikan terlur naga lainnya, yang bahkan belum bergrerak sama sekali. Dia sepertinya memang sengaja ingin mempermainkan Adrik, melihat wajah anak laki-laki itu sudah merungut.

Adrik terlihat sangat kesal, tapi tetap menuruti perintah Cedrick. Telur itu kembali melompat, Adrik berusaha memeluknya, walau tampak seperti telur itu yang memeluknya.

"Cedrick!! Buka kuncimu! Dan kembalikan kekuatanku. Bagaimana bisa aku menghentikannya tanpa kekuatanku! Ini akan sangat sulit, ayolah... aku berjanji akan menjadi anak yang baik." Adrik mulai memberikan tatapan memohon, wajahnya sudah dibuat semelas mungkin.

"Itu menjadi urusanmu Adrik, siapa suruh kau membuat kami kehilangan sebagian lahan bunga Deril." Cedrick menyeringai melihat Adrik yang masih mencoba menghentikan telur yang melompat-lompat.

"Arrgggghhhhhhh... Cedrick!! Dia bahkan tidak bisa melepaskan cangkangnya sendiri." Teriak Adrik yang sudah menggelinding bersama dengan telur tersebut.

"Hmm.. Bahkan dia tidak mengucapkan terimakasih dan selamat tinggal." Cedrick berbicara dengan sang induk yang menatap cemas, "Tenang saja, dia akan kembali. Kita masih harus mengurus enam anakmu yang lain." Cedrick dan sang naga menatap sisa telur yang sudah mulai retak dan akan menetas.

Adrick dan telur itu masih terus menggelinding dengan cepat. Melewati beberapa semak- semak, seekor ular pyton memperhatikan dengan mendesis. Sedangkan seekor anak mammoth langsung bersembunyi di balik pohon, terlihat terkejut dengan sebuah telur yang menggelinding dengan cepat.

Akhirnya mereka berhenti, lalu berputar-putar setelah menabrak sebuah pohon Ek yang besar. Adrik merasa kepalanya masih berputar-putar, sedangkan telur itu masih tetap dalam keadaan utuh dengan sepasang kakinya yang masih mencuat.

Telur itu kembali berdiri, jelas sekali terlihat bingung. Berjalan dengan cepat, malah membuat telur itu menabrak pohok Ek berkali-kali.

"Hhhh.... ini benar-benar merepotkan." Adrik sudah bangkit, "Hei!!" Ucap Adrik berusaha memanggil. Dan telur itu seperti merespon, ia berhenti menabrakkan dirinya di pohon Ek dan mencari-cari sumber suara yang memanggilnya.

"Hei.. sebelah sini!! Cepat kau lepaskan semua cangkangmu!!" Ucap Adrik kesal, telur itu seperti merespon dan berjalan mendekat walaupun arahnya yang salah. "Ahhh... salah.. sebelah sini... Aduh.. kenapa sih kau benar-benar merepotkan!" Adrik berjalan mendekat, dan ia pun berhasil melompat ke arah telur yang masih berdiri dengan sepasang kaki naganya.

Kali ini Adrik sudah berada persis di atas telur, sang anak naga sepertinya menyadari ada ekstra beban yang dirasakan. Berkali-kali ia melompat kecil dan tinggi, berusaha melontarkan Adrik yang berada di atasnya.

"Hei!! Hentikan!! Aku ingin membantumu." Ucap Adrik memegang erat telur tersebut. Adrik mencoba memberikan pukulan terbaiknya ke arah telur, mencoba memecahkan telur tersebut agar bisa menetas secara sempurna.

Tanpa kekuatannya, tentunya pukulannya tidak begitu mempan. Kulit telur naga tersebut benar-benar sangat keras, hampir sekeras kulit naga. "Aagggghhh..." Adrik kembali memberikan sebuah pukulan, walaupun tidak berpengaruh.

Telur itu masih melompat-lompat tidak jelas. Adrik masih mencoba menjaga keseimbangannya, "Kau sudah mulai membuatku bosan. Cepat kau keluar dari tempatmu, apa kau tidak bisa sedikit saja membantuku??!!" Ucap Adrik kesal.

Adrik pun dengan kesal memukul telur itu berkali-kali dengan sekuat tenaga.

"CEPAT KELUAR!!" Teriak Adrik kembali sambil terus memukul ke arah telur.

"Krakk.....krek....krek....." terdengar suara retakan, Adrik menyeringai dengan senang. Dan tidak lama Adrik bisa melihat telur itu sudah mulai retak dengan sempurna. Telur itu benar-benar menetas, semua cangkang sudah terlepas. Adrik masih berada di atas, tapi sudah tidak di atas telur melainkan punuk anak naga.

"Bagus.." Ucap Adrik bangga.

Ia pun mengingat nasihat Cedrick untuk mengelus kepala mereka, Naga kecil itu memiliki sirip merah diatas kepalanya. Adrick dengan cepat mengelus naga itu berkali-kali, dan tampak berhasil. Naga itu mulai jinak, dan tidak melompat-lompat. "Nah... begini lebih baik bukan."

Tiba-tiba saja, naga tersebut melontarkan Adrik dengan cukup kencang. Adrik terjatuh dan tersungkur di atas tanah yang empuk. Ia baru sadar merasakan sakit di punggung tangannya, cairan darah hijau terlihat muncul membuat memar di area punggung tangannya.

Adrik menatap kesal ke arah naga kecil, tidak cukup sampai disitu. Naga kecil itu memuntahkan banyak lendir merah ke arahnya, dan sedikit menggeram puas melihat Adrik yang sudah penuh dengan cairan lendir merah.

"Apa?? Jadi ini balas budimu." Ucap Adrik yang ikut jijik melihat banyak lendir yang menempel.

"Akan aku panggil kamu Boru!!" Adrik menyeringai puas. Sedangkan Naga kecil itu tampak setuju, dan bergerak mendekati Adrik.

Naga kecil itu mengepakkan sayap mungilnya, beberapa lendir merah masih menempel pada kulitnya yang terlihat lembut. Dia menggerakkan tubuhnya dengan kuat, membuat Adrik kembali mendapatkan muntahan lendir merah.

"Aku bilang... cukup!" ucap Adrik lantang.

Sang naga kecil memicingkan matanya, ketika kedua tangan Adrik sudah meraih tubuh mungilnya. "Kau ini sangat nakal, Boru!" umpat Adrik kesal.

Naga kecil itu tidak hanya diam saja, dia melakukan perlawanan dan mengeluarkan semburan api kecil, memang tidak membuat Adrik terluka, hanya saja wajahnya menjadi memerah padam.

"Hahaha... rasanya seperti membasuh muka dengan air hangat saja," ucap Adrik cekikikan menahan rasa gelinya.