webnovel

Kebangkitan Pertama

5000 tahun kemudian setelah pemanggilan malaikat pertama, dunia kembali damai, kisah Iblis dan malaikat telah menjadi peninggalan masa lalu. Kini manusia hidup secara independen dengan menggunakan Ilmu Pengetahuan. Kehidupan manusia kini lebih moderen dan canggih, mereka mengandalkan teknologi untuk kehidupan sehari-hari. Iblis dan segala kerajaannya sudah menjadi reruntuhan yang ketinggalan jaman, begitu juga dengan Gereja Suci. Ajaran Templar sudah tidak lagi terkenal dan manusia benar-benar melupakan sejarahnya. Kalau mau mencari tempat dimana manusia masih ingat sejarah masa lalu ada satu tempat sebuah kota yang dulunya menjadi awal mula perang besar, dan sebagai markas terakhir kesatria Templar. Mereka menamai kota ini dengan nama Malaikat yang menyelamatkan mereka. Raguel kota Suci terakhir.

"7000 tahun yang lalu manusia ditinggalkan Lord Light dan berujung pada kepanikan besar, dan karena itu di masa lalu munculah para Iblis, yang tercipta dari kegelapan hati manusia-"

Seorang guru memberikan pelajaran sejarah di sekolah ini, sekolah umum di Kota Raguel. Meski disebut kota suci, kota ini sama seperti kota lainnya banyak kegiatan yang terjadi disini seperti halnya kota lainnya. Hanya saja penduduk disini masih mempercayai ajaran cahaya yang sudah ada selama 5000 tahun sejak Gerald Grigo memanggil Malaikat Agung Raguel. Walau diajarkan di pelajaran sejarah, tidak sedikit yang memilih tidak mempercayainya malah menganggap kisah itu sebagai dogeng belaka.

"Pak Guru bukannya itu terlalu aneh untuk jadi sejarah- sekarang kan ga ada yang namanya sihir, iblis, ataupun malaikat ?" tanya seorang murid yang menghadiri kelas itu.

"Ya kamu beruntung bertanya di sekolah reguler seperti ini Rufus, jika kau masuk Akademi Suci kamu sudah diusir dari dulu." Jawab Pak Guru yang tidak nyaman mendengar pertanyaan murid bernama Rufus.

Kota Suci Raguel memiliki beberapa sekolah dan tidak semuanya memaksakan bahwa mereka harus percaya terhadap ajaran cahaya. Meski begitu terlalu menanyakan hal-hal seperti ini bisa cukup berbahaya. Setidaknya jika ingin hidup di kota ini kau harus mengikuti aturan yang ada. Sekolah Reguler adalah sekolah bagi orang-orang biasa yang hanya mengejar pendidikan dan tidak terlalu mengharuskan murid percaya ajaran cahaya, sementara sekolah khusus mewajibkan seratus persen percaya pada ajaran cahaya.

Kemudian Pak Guru mencoba menjelaskan kepada Rufus,

"Meskipun tidak ada lagi pengguna sihir atau pemanggilan bukan berarti hal itu tidak pernah terjadi. Keberadaan ras Iblis sudah dikonfrimasi dengan adanya reruntuhan masa lalu, begitu juga catatan sejarah tentang perang besar yang memakan banyak korban jiwa.

Jadi Rufus saran saya lebih baik kamu belajar lagi dan lakukan penelitian karena dunia ini tidak terdiri dari apa yang terlihat saja."

"Baik Pak Elioth- maaf kalau pertanyaan saya keteraluan." Jawab Rufus sedikit menyesali apa yang dia katakan. Namun keraguan Rufus akan keberadaan mahkluk-mahkluk superanatural tidak hilang.

......

"Rufus, tadi di kelas kamu berani banget ngomong kaya gitu." Ucap teman Rufus yang pergi bersamanya setelah kelas selesai

"Habisnya aku penasaran sih- kenapa Iblis sama Malaikat sudah tidak ada lagi di dunia, kamu juga penasaran kan, Karin, Kota ini masih banyak misterinya ?" Tutur Rufus santai menjawab temannya Karin

"Ya ga juga sih aku kesini cuma mau belajar dan keluar dari kota ini."

"Eh- kamu mau pergi ke kota lain ?" Rufus kaget

"Ya- aku bosan, disini kuno dibanding kota besar, dan aku ingin ke kota yang lebih moderen- kamu tau kan Mihama salah satu kota besar di Benua !"

Dunia ini sudah tidak sama lagi seperti ribuan tahun yang lalu. Pada akhir perang setiap wilayah akan disebut sebagai Kota, tergantung ukurannya Kota dengan wilayah kecil akan disebut Kota kecil, begitu juga kebalikannya. Setiap kota berdiri secara independen dan boleh saja menyerang kota lain jika ada konflik atas wilayah mereka. Namun hal itu dicegah dengan perjanjian damai 1000 tahun. Pada intinya setiap kota harus memilih jalur diplomasi dan bekerja sama untung saling menutupi kelemahan masing-masing. Dan Raguel tergolong kota dengan ukuran menengah, dengan teknologi yang standar saja.

"Karin kamu serius ?" Tanya Rufus seperti mengkhawatirkan keputusan Karin.

"Kenapa ? Kamu merindukan aku ?" Tanya Balik Karin dengan meledek

"Siapa juga yang-"

"Kalau gitu ikut aku aja gimana ?" Tanya Karin cepat menghentikan omongan Rufus

"Eh kenapa aku ?"

"Kenapa apanya ? kalau mau setelah lulus ayo kita keluar dari kota ini gimana ?" Ajak Karin

"Hey Karin aku emang bilang penasaran sama sejarah kota ini, bukan berarti aku membencinya loh. Lagian rasanya aku ga bisa lepas dari kota ini begitu aja deh." Ucap Rufus menolak ajakan Karin

"Payah-" Kata Karin datar

"Kenapa ngomong kaya gitu ?" Heran Rufus tidak mengerti

Karin menghentikan langkahnya dan menatap Rufus lebih serius,

"Gak- aku salah paham ternyata, kukira kamu juga ingin pergi dari kota ini loh dan aku pengen juga kalau ada teman bareng untuk berpetualang bersama tapi ternyata-"

Dari nada bicara Karin sepertinya dia sedikit kecewa,untuk seorang perempuan mengajak laki-laki langsung untuk pergi berdua meninggalkan kota bukan hal yang mudah dan malah penting. Bagi sebagian orang ini sama saja dengan penolakan pengungkapan cinta. Namun sayangnya Rufus tidak peka dengan hal semacam ini.

"Maaf Karin aku bikin kamu marah ?" Tanya Rufus heran melihat Karin yang seserius itu

"Enggak kok- udahlah ayo ke kelas berikutnya." Ucap Karin kemudian terus berjalan dan disusul oleh Rufus.

"Iya-iya sebentar."

......

Kota Raguel, kota ini memiliki gaya bangunan campuran dengan mempertahankan bangunan masa lalu tapi juga membuat gedung-gedung untuk berbagai kebutuhan. Kota ini sudah cukup maju karena jalan raya dan pejalan kaki sudah diatur dengan rapih. Orang-orang yang hidup di Kota Raguel menggunakan transportasi umum seperti Kereta, Bus, dan Taxi. Tapi ada juga yang menggunakan mobil atau motor pribadi untuk berpergian. Kota ini terbagi atas 3 wilayah utama yaitu wilayah pemukiman, wilayah umum, dan wilayah khusus. Wilayah pemukiman adalah tempat dimana rata-rata warga tinggal dan kebanyakan warga Raguel hidup di rumah susun. Wilayah umum meliputi wilayah perkantoran, perekonomian, juga pendidikan. Wilayah ini tempat dimana sekolah dan pasar dibangun. Dan terakhir wilayah Khusus, wilayah dimana lembaga pemerintahan berada. Dan tempat dimana Gereja Besar Raguel didirikan. Ketiga wilayah tadi tidak dipisahkan dengan tembok atau penghalang apapun dan semuanya bisa diakses dengan kendaraan manapun. Tentu saja ada pengecualian jika masuk ke lembaga pemerintahan dan area terbatas, akan ada penjagaan ketat dari keamaan kota dan untuk masuk kesana memerlukan izin tertentu.

Disuatu tempat di wilayah khusus tiga orang yang sepertinya penting duduk disebuah ruangan membahas sesuatu. Salah satu dari mereka menggunakan pakaian khas Gereja Suci, dan sepertinya mereka membahas sesuatu yang sangat penting. Ketiganya duduk di sebuah kursi diantara sebuah meja bundar. Diatas meja itu ada beberapa kertas dan komputer portabel berisikan data-data. Dan orang dari Gereja Suci mulai menyampaikan sesuatu.

"Sudah 5000 tahun sejak awal dari semuanya dan sekarang kita hidup di dunia yang damai tanpa memikirkan konsekuensi dari kedamaian ini kan."

Atmosfer diruangan itu sangat berat, orang dari Gereja Suci terlihat hendak menyampaikan sesuatu yang sangat serius. Kemudian orang itu membuka sebuah file video dari komputer yang dia bawa, dan menunjukan sesuatu yang mengerikan.

"Inilah konsekuensi dari perdamaian yang kita terima, dan akhirnya kita akan membayar itu dengan darah dan nyawa kita."

Kemudian salah satu orang yang duduk disana memberanikan berbicara, dia menggunakan pakaian formal pemerintahan, dan sambil merapihkan dasinya dia mulai bicara,

"Jadi inilah saatnya kita melakukan perlawanan terkakhir ya. Tidak kusangka akan secepat ini, dunia yang sudah melupakan sejarahnya sekali lagi akan tertampar oleh sejarah itu sendiri."

Kemudian orang itu mengambil secarik kertas yang ada di meja, dan menyimak apa yang tertulis disana.

"Project Nephilim."

Mendengar itu orang yang satunya lagi, yang bersama mereka berdua dari tadi akhirnya buka suara, dia memakai pakaian tentara, dan dari pangkat di bajunya kemungkinan dia adalah seorang Jendral Besar.

"Jadi saatnya telah tiba ya, Raguel akan kembali menyelamatkan dunia ini sekali lagi. Project Nephilim akan sangat penting demi keselamatan umat manusia. Mengingat Sihir dan Holy Artes telah "punah" akan membuat situasi semakin sulit untuk melawan mereka."

"Karena itu aku sebagai Uskup Agung Gerald Anterus, anda Wali Kota Tarsus, dan Jendral Besar Joachim. Harus bekerja sama untuk menghadapi kedatangan musuh umat manusia, yang bahkan melebihi iblis di masa lalu."

Dan dengan berkumpulnya mereka, sebuah proyek bernama Nephilim dimulai. Belum ada yang tahu apa itu dan apa yang dimaksud dengan kedatangan musuh lain yang lebih berbahaya dari Iblis. Dan sampai saat semua orang tahu mungkin itu sudah terlambat.

......

Suatu tempat di Alun-Alun Kota,

"Hey Shio ayo cepat kalau tidak kita bakal terlambat." Panggil seorang perempuan ketemannya bernama Shio. Mereka terlihat sedang pergi ke sebuah tempat.

"Sabar sebentar dong kita masih punya sepuluh menit kok, filmnya ga akan ketinggalan kok." Jawab Shio dengan santai

"Tetap aja jarak bioskopnya masih diujung sana, nanti ga sempat beli tiket terus kehabisan deh." Kata perempuan ini khawatir

"Ga usah khawatir Rena, aku udah beli kok tiketnya" Jawab Shio bangga

"Kok bisa?" Heran Rena si perempuan itu

"Kamu sih ketinggalan jaman, sekarang kan ada yang namanya S-Phone. Kemarin aku beli tiketnya via R-net." Kata Shio menjelaskan sebuah teknologi yang mulai dipakai di kalangan masyarakat. R-Net adalah sebuah sistem koneksi yang menghubungkan informasi dunia, disana kita dapat mengakses berbagai macam hal, bahkan sesimpel membeli sebuah tiket bioskop.

"Wah sejak kapan teknologi secangih ini muncul !?" Kagum Rena

"Sejak- dulu kan, serius ? kamu ga tahu yang seperti ini ?" Heran Shio

"Ih jangan salahkan aku, dari kecil aku hidup di wilayah khusus sebagai anak gereja. Disana teknologi tidak dipakai sepenuhnya, bahkan hand-phone-s apalah itu saja kami tidak punya. Kalau ga salah yang kaya gitu hanya boleh dipakai petinggi aja." Tutur Rena menjelaskan kenapa dia bisa tertinggal seperti itu

"Wah kehidupan yang berat ya." Ucap Shio santai

"Ah- ga usah dibahas, ayo kita ke bioskop aku penasaran rasanya menonton film dengan layar yang sangat besar !" Ucap Rena heboh

"Ok deh ayo." Jawab Shio sambil melanjutkan perjalanan mereka

Dunia ini sudah sangat damai, tidak lagi membutuhkan bantuan apapun dan mungkin inilah tujuan LORD LIGHT sesungguhnya. Bahkan di zaman ini manusia lebih fokus untuk menghibur diri mereka dengan banyak hiburan. Bioskop sebuah hiburan dimana manusia bisa menyaksikan film yang dibuat dari berbagai Kota. S-Phone, sebuah alat komunikasi yang dapat mencakup berbagai informasi. Dan R-Net sebuah sebuah jaringan yang menghubungkan berbagai orang yang ada di dunia ini. Namun apa jadinya jika monster dari masa lalu datang kembali, apakah manusia kembali sadar betapa rapuhnya mereka ?

"Wohooo akhirnya aku menang juga !" Sorak gembira seorang pria yang menatap sebuah layar S-Phone nya.

"Oi Jake kecilkan suaramu kalau ga mau jadi pusat perhatian." Kata seseorang di sebelah Pria bernama Jake

"Kamu membosankan Carlos lagian menjadi perhatian siapa, ini toko sepi banget sampai aku bosan, ya udah main game aja." Jawab Jake enteng

"Yah namanya toko barang antik, udah ga banyak orang yang nyari barang-barang kaya gini. Kalau bukan karena bisnis keluarga mending aku cari kerja di tempat lain aja." Keluh Carlos

"Hmm- kalau kamu mau keluar dari toko boleh aja kok biar aku aja yang gantiin." Ucap Jake prihatin

"Tidak terimakasih- begini ya meski kamu Kakakku tapi kamu terlalu ceroboh dan kalau disuruh urus toko bakalan hancur deh."

"Hahah kamu beneran meremehkan aku ya, padahal santai saja loh aku bisa serius kok." Ucap Jake mencoba meyakinkan adiknya.

"Permisi." Sapa seorang pelanggan yang masuk ke toko dan membunyikan bel di pintu saat terbuka.

"Selamat datang di Toko Antik Raquel, ada yang bisa kamu bantu ?" Sapa balik Carlos kepada tamu yang datang

"Sebenarnya ada, apa kalian punya buku ini ?" Tanya tamu itu sambil menyerahkan sebuah foto dari buku yang dimaksud

"Ini kami pernah punya bukunya, tapi sayang sekali buku itu sudah terjual pada seorang kolektor beberapa hari yang lalu." Jawab Carlos

"Sayang sekali, kalau boleh apa kalian tahu nama si kolektornya ?" Tanya pelanggan yang sepertinya kecewa mendengar kabar bahwa buku yang dia cari telah terjual.

"Maaf kerahasian pelanggan tidak bisa diserahkan begitu saja." Jawab Carlos sopan, namun tamu itu memberikan sebuah tawaran,

"Kalau begitu bagaimana jika aku membayar 1000 Gol untuk nama pembeli itu !"

Mendengar itu Carlos dan Jake terkaget dan berpikir apakah buku itu memang buku yang penting. Karena mereka menjualnya tidak lebih dari 50 Fol. Gol adalah mata uang yang dipakai di setiap kota di benua ini. 1000 Gol adalah nilai yang besar. Nilai terkecil dari Gol disebut Fol yang terbuat dari koin perak. 100 Fol setara dengan 1 Gol dan harga-harga di pasaran untuk kebutuhan umum biasanya masih dibawah 100 Fol. Gol terbuat dari kertas khusus yang nilainya ditimbang dari emas atau harta sebuah kota. Karenanya mendengar 1000 Gol hanya untuk sebuah nama adalah hal yang luar biasa.

"Tapi tuan-."

Saat hendak menjawab Carlos disela oleh saudaranya, Jake, dia menganggap ini kesempatan yang patut diambil. Jake tahu betul kalau Carlos tidak akan berani mengambil resiko ini.

"Deal !" Ucap Jake semangat

"Tunggu sebentar itu melanggar-" Timpa Carlos,

"Udahlah, lagipula kita gak kasih tahu alamatnya kan. Tuan ini cuma nanya namanya aja kan." Kata Jake enteng

"Benar sekali, sepertinya Tuan yang satu ini lebih pintar mencari kesempatan." Ucap tamu itu dengan tersenyum tipis

"Oke kalau begitu serahkan dulu uangnya." Pinta Jake sementara Carlos tetap terdiam

Kemudian tamu itu memberikan sebuah bingkisan yang isinya uang kertas senilai 1000 Gol.

"Namanya ____." Ucap Jake memberitahu siapa pembeli buku yang dimaksud,

"Begitu rupanya, ini menarik sekali tidak kusangka dia yang membelinya. Kalau begitu terimakasih atas informasinya, ini benar-benar bukan kesepakatan yang buruk." Ucap tamu itu seakan dia mengetahui sesuatu setelah mendengar nama itu.

Lalu tamu itu pergi dari Toko sementara Carlos masih terlihat kesal dengan perbuatan Jake. Melihat itu tentu Jake tidak diam saja, malah dia mengajak Carlos untuk makan-makan merayakan keberhasilan ini.

Sementara itu di Alun-Alun Kota

"Shio ini yang namanya bioskop ya, besar sekali, layarnya juga besar. Kok aku malah jadi takut ya." Ucap Rena pelan saat bersama Shio di dalam Audiotorium Bioskop

Untuk Rena yang sejak lahir berada di lingkungan Gereja dia hampir tidak tahu apa-apa tentang dunia luar. Dia melihat dunia secara berbeda selama hidupnya, dia sudah terdoktrin oleh ajaran-ajaran cahaya. Dia percaya dunia luar adalah tempat yang berbahaya dan memerlukan penyelamatan. Pola pikirnya sempat sempit dan semua yang dia lakukan terbatas oleh ajaran-ajaran Gereja. Hinga suatu hari dia merasa terkekang dan memilih kabur untuk mencari tahu apa yang ada diluar kepercayaanya.

"Ga apa-apa kali, sebentar lagi filmnya dimulai jadi jangan berisik ya." Ucap Shio lembut meresponi kegelisahan Rena

Kemudian suara bell terdengar menandakan film akan segera dimulai, lampu dimatikan, dan layar bioskop melebar. Sebuah cuplikan mulai muncul disana dan semua orang akhirnya terdiam. Namun ada yang aneh sebuah perasaan tidak enak mulai muncul, Rena semakin gelisah dan mengenggam tangan Shio yang ada di sebelahnya.

"Kenapa ?"

"Tidak, ini tidak benar." Ucapan Rena semakin aneh

"Hey Rena, kamu beneran takut ? kalau gitu ga apa-apa kita pulang aja." Ucap Shio mengajak Rena pergi karena melihatnya terlalu gelisah.

Tiba-tiba layar bioskop mulai bercahaya dan itu sangat menyilaukan sampai-sampai membuat mata tidak bisa melihat apapun. Rena dan Shio terkaget dan secara refleks menutupi mata mereka dengan tangan.

"Apa ini !?"

"Ini !"

Dan saat itu juga cahaya putih menutupi seluruh badan mereka dan membuat mereka tidak sadarkan diri. Cahaya itu menarik Rena dan Shio kedalam sebuah tempat yang sangat asing. Mereka kini terbaring disebuah reruntuhan kuno dengan cahaya yang redup. Shio mulai terbangun dan membuka matanya, Shio melihat sekelilingnya dan raut wajahnya terlihat kebingungan.

"Dimana ini !?" Ucap Shio keras

Kemudian mata Shio mencari Rena yang ternyata ada di sampingnya, Shio mengguncang tubuh Rena supaya dia tersadar dari pingsannya.

"Rena bangun, bangun, kita ada dimana ?" Sahut Shio dalam kepanikan.

"Shio- AH !" Kaget Rena terbangun dari pingsannya.

Rena menatap Shio sebentar lalu berdiri dan melihat sekitar tempat mereka berada. Rena menunjukan raut muka itu lagi, muka panik yang mudah sekali dilihat. Shio tentu ikut kaget tapi mulutnya tidak berani berkata apa-apa lagi dan dia menunggu Rena yang bicara. Dalam batinnya Shio menduga kalau Rena tahu sesuatu, dan benar saja Rena sekarang terlihat lebih tenang dan mulai bicara kembali.

"Shio maafkan aku-." Ucap Rena mencurigakan

"Kenapa ? Kamu tahu sesuatu kan ?" Tanya Shio langsung pada intinya

"Iya- kamu memang peka sekali, aku tahu apa yang membawa kita kesini." Rena yang sekarang tiba-tiba merubah gaya bahasanya, sekarang dia terdengar lebih formal.

"Tiba-tiba ngomong bahasa baku gitu, jadi ini serius ya. Ya sudah bisa kasih aku penjelasan apa dan dimana ini ?" Tanya Shio yang sudah lebih tenang

"Baiklah." Ucap Rena tenang

Lalu rena menarik nafas dan mulai berkata-kata dan Shio menyimaknya dengan segala perhatian yang dia punya,

"Pertama biar aku beritahu sebelumnya, aku bukanlah Rena yang kamu kenal, dari gaya bahasa saja aku sudah berbeda kan. Jadi izinkan aku memperkenalkan namaku yang sebenarnya."

"Nama yang sebenarnya ?" Heran Shio,

"Namaku adalah Iris, dan Rena yang kamu tahu adalah kepribadian lain dari diriku, persona, imaji, bayangan, apapun sebutannya. Tapi Rena dan Iris adalah satu, kami saling terhubung dan berbagi kesadaran."

"Tunggu sebentar itu sedikit membingungkan- jadi kenapa Iris yang muncul sekarang dan dimana Rena, apa dia baik-baik saja ?"

"Rena sedang tertidur dalam diriku, tenang dia baik-baik saja,untuk kenapa aku yang muncul saat ini akan kuberitahu, dan alasannya adalah___."

"Tempat ini kan, karena kita disini jadi kamu yang muncul, Terus sekarang kita dimana ?"

"Sayangnya kita ada dalam jebakan penyihir kelas atas, dia menarik kita ke sihir tingkat S yang disebut dengan Umbra Carcerem atau Penjara Bayangan."

"Sihir, Penyihir !?" Kaget Shio tidak menyangka itu yang akan didengarnya

"Kamu pasti kaget kan kalau ternyata sihir itu tidak pernah punah seperti yang diajarkan di akademi. Tapi sayangnya semua itu hanyalah tipuan untuk sebuah alasan" Tutur Iris menjelaskan secara singkat

Mendengar perkataan itu Shio tidak habis pikir, dia dibanjiri dengan fakta yang berlawanan dengan apa yang diajarkan di akademi. Sihir memang masih ada dan dia mendapatkan buktinya langsung dengan hanya melihat sekitarnya. Iris atau Rena melihat Shio yang kesulitan mencerna itu semua, namun dia juga mengantisipasi ini akan terjadi.

"Tunggu aku masih kesulitan mencerna semuanya, katakanlah semua itu benar tapi untuk apa Akademi memalsukan informasi sepenting ini ? Tunggu jangan-jangan Gereja tahu semua ini juga kan ?"

Shio terus bertanya akan segala kemungkinan, sementara Iris hanya menatapnya saja tanpa berniat menjawabnya. Hal itu membuat Shio semakin frustasi sampai Iris berbicara,

"Shio aku akan menjawab semua pertanyaan kamu. Tapi tidak ada waktu untuk itu, jika kita terlalu lama disini kita bisa dalam bahaya. Dan bahaya yang aku maksudkan adalah kematian itu sendiri."

Mendengar pernyataan Iris membuat Shio terdiam dan mulai mengerti situasi mereka saat ini. Shio dan Iris sekarang berada dalam sebuah wilayah buatan. Dan setelah memperhatikan sekitar, area mereka berada seperti halnya kota mati yang menyisakan bangunan tanpa kehidupan. Cahaya di tempat ini sangatlah redup dan jika diibaratkan, bagaikan malam hari yang berawan sehingga bulan tidak cukup terang.

"Shio dengarkan aku, kita akan pergi dari sini dan aku berjanji. Tapi jangan jauh-jauh dariku, sekarang persiapannya sudah selesai." Ucap Iris dengan nada serius

"Baiklah, tapi persiapan apa ?"

Kemudian tanpa menggubris pertanyaan Shio, Iris mengucapkan sebuah mantra doa,

"Cahaya nan agung kami berdiri dengan penghromatan, perlindungan akan menyertai. Kegelapan malam tidak akan menyentuh kami, dan panah akan berbalik menyerang pemanah padamu kami memohon, ARMORUM FIDEI LUMINE !."

Setelah merapalkan doa, sebuah lingkaran sihir muncul dibawah kakinya. Dan dari situ cahaya mulai menyeliputi tubuh Iris. Dan tubuh Iris berubah dengan cepat, secara singkat tubuhnya kini dilapisi oleh baju zirah berwarna perak. Dan kepalanya kini terlindungi dengan sebuah helm. Rambut Iris yang asalnya pirang kini berubah jadi perak bercahaya. Dan dari tangan kanannya dia memunculkan sebuah pedang dan dari tangan kirinya sebuah perisai dengan corak seperti yang ada di Gereja Cahaya.

Shio sekarang kagum melihatnya, sekarang penampilan Iris sangat berwibawa dan bisa diandalkan, dia terlihat seperti salah satu pasukan templar masa lalu meski dia seorang perempuan. Shio sekarang jauh lebih tenang dan juga khawatir, karena jika Iris mengenakan zirah, itu artinya akan ada musuh disini.

"Iris itukah Holy Arte yang ada di buku sejarah ?" Tanya Shio kagum

"Ya bisa dibilang seperti itu, ini adalah doa untuk memakai zirah cahaya. Holy Arte ini sudah menjadi kekuatan turun temurun dalam keluargaku." Ucap Iris menjelaskan, "Sekrang ayo kita bergerak, jangan jauh-jauh dariku atau kau bisa terkena masalah." Katanya lagi memastikan.

Lalu Iris memimpin jalan sementara Shio terus mengikutinya. Mereka berjalan untuk beberapa waktu sekarang, dan Shio terlihat mulai lelah dan kehabisan nafas. Entah karena dirinya yang tidak punya stamina atau karena lingkungan mereka berada. Iris menyadari ini dan menyuruh Shio untuk beristirahat sejenak.

"Kamu sepertinya terlalu kelelahan, padahal kita hanya berjalan lurus." Khawatir Iris

"Entahlah seharusnya aku bisa lebih dari ini, saat masuk ke sini tubuhku jadi gampang cape."

"Sebentar seharusnya aku tahu ini."

"Tahu apa ?"

Kemudian Iris menyimpan pedangnya di dalam perisai yang dia bawa, dan mengarahkan tangan kanannya dengan telapak terbuka kearah kepala Shio. Dia mengucapkan sesuatu dan kemudian lingkaran sihir hijau kecil seakan memindai tubuh Shio. Iris mengangguk seakan tahu apa yang terjadi.

"Seharusnya aku sudah menyadarinya." Ucap Iris

"Menyadari apa ?" Shio khawatir

"Penjara Bayangan ini ternyata punya efek debuff pada orang-orang biasa."

"Apa maksudnya ?"

"Singkatnya jika terlalu lama berada disini energi kehidupan kita akan terus terserap, dan jika semuanya habis kita akan menjadi mayat."

Mendengar itu Shio kembali panik dan mulai berpikir dia akan mati disini, tapi dipikirannya dia bertanya kenapa Iris terlihat baik-baik saja. Sebelum mulai bertanya Iris menjelaskan sesuatu,

"Aku tahu kamu punya beberapa pertanyaan, aku baik-baik saja karena zirah ini. Sementara kamu hanya pakai baju dan jaket biasa. Maafkan aku tapi tenang saja ada solusi untuk masalah ini."

"Akhirnya sebuah kabar baik- kalau mati disini hidup kaya ga guna jadinya." Lega Shio yang menanti solusi yang dimaksud,

Iris kemudian membaca sebuah mantra doa lagi, "Levis est Gladio." Dan muncul sebuah cahaya yang membentuk sebuah pedang. Dan pedang itu diberikan kepada Shio.

"Ambilah, pegang terus pedang itu dan energi cahaya akan melindungi dirimu." , "Aku sadar aku bilang aku akan melindungi kamu, tapi sepertinya kamu juga harus melindungi diri sendiri."

"Baiklah dan tenang saja aku pernah ikut latihan berpedang dengan pamanku, meski sebatas hobi sih." Jawab Shio yang sudah mulai tenang, dan dia merasa staminanya kembali pulih, "Aku baik-baik saja ayo kita keluar dari sini Iris."

"Ya ! tentu saja, tetap di dekatku, jika ada musuh berusahalah tidak terlalu jauh dan hadapi yang bisa kamu hadapi."

Kini Shio benar-benar kagum terhadap Iris, dia adalah sosok yang bisa diandalkan, dan sangat berwibawa. Mengingat beberapa jam sebelumnya Iris adalah Rena membuat Shio tidak habis pikir. Meski begitu Shio tahu ini belum selesai sampai mereka keluar dari Penjara Bayangan si penyihir jahat.

Mereka terus berjalan dan berjalan, semakin lama mereka menyadari bangunan-bangunan di tempat itu mulai terlihat sedikit. Dan dari jarak pandang mereka, terlihat sebuah lapangan yang luas dengan sebuah obeliks di tengah lapangan itu. Iris menyuruh Shio waspada dan mempersiapkan diri jika musuh akan datang.

"Shio aku sudah merasakan energi jahat disekitar sini, jadi bersiaplah. Kita harus pergi ke obeliks itu dan sepertinya kita akan menemukan jawaban untuk keluar dari tempat terkutuk ini."

"Baiklah Iris, aku akan mengikuti mu dari belakang. Jangan khawatirkan aku dan fokus saja dengan tujan kita."

"Haha lihat siapa yang bicara, mendadak menjadi sosok yang keren. Padahal sebelumnya kamu ketakutan setengah mati."

"Hey sudahlah jangan diungkit lagi."

Sebelum mereka sampai ke lapangan munculah sebuah api hitam di hadapan mereka. Dari api itu muncul beberapa monster. Mereka berbentuk seperti manusia hanya saja terbuat dari bebatuan, mereka mempunyai satu mata merah besar dan tangan mereka selalu terkepal. Mereka membuat suara yang sangat mengerikan untuk didengar.

"Golem !" Sahut Iris

"Golem ?" Heran Shio

"Ya mereka monster panggilan kelas bawah, tapi bukan berarti kita dapat meremehkannya. Tubuh mereka sangat keras dan pukulan mereka sangat menyakitkan. Waspadalah kamu tidak mau terkena pukulan mereka !"

Kemudian salah satu golem menerjang Iris, tapi Iris dengan mudahnya menghindar dan berbalik dengan cepat, serta menebas kepala golem itu, "Shio serang bagian kepala !" perintah Iris.

"Baik !" kemudian Shio yang juga diserang berusaha menghindar, walaupun tidak semudah yang dilakukan Iris. Dan dengan sigap dia menebas kepala golem yang menyerangnya.

"Bagus !"

"Hahah aku tidak tahu aku punya kemampuan berpedang sebagus ini." Heran Shio yang merasa gerakannya lebih cepat dari biasanya,

"Ya tentu saja pedang itu membantu kamu bertarung, cukup penjelasannya ayo kita habisi mereka !"

Kemudian Iris menerjang beberapa golem didepan mereka, tebasan demi tebasan mengenai wajah para golem itu. Gerakan Iris sangat indah dan malah seperti gerakan dansa. Disisi lain Shio terus membiasakan gerakan bertarung yang diberikan pedang milik Iris, walaupun dia kena beberapa serangan tapi dia masih kuat dan terus menebas beberapa golem juga.

"Kamu tidak apa-apa ?" Tanya iris memeriksa keadaan Shio yang terluka karena terlambat menghindari serangan beberapa golem,

"Ini tidak seberapa, cuma beberapa luka gores kok." Jawab Shio berlagak kuat

"Haha- bertahanlah sedikit lagi, kita hampir sampai ke lapangan !" Semangat iris

Kemudian mereka berlari kearah lapangan yang semakin dekat, namun para golem terus bermunculan. Meskipun ini terlihat mudah bagi Iris, Shio tetaplah pemula dalam hal seperti ini. Tubuhnya tidak bisa terus menerus menerima kekuatan cahaya dari pedang Iris. Dan tentu saja Iris sadar akan hal ini. Mereka dihadang satu lusin golem dan Iris juga sudah mulai kesal, dia mengangkat pedangnya ke langit dan membaca mantra doa.

"Hukuman langit akan menimpa sang pendosa, tidak ada yang luput dari hukuman suci, aku mohon jatuhlah ke tempat ini. SODOMM GOMORRAM IGNEM !!"

Dari langit diatas para golem muncul beberapa lapis lingkaran sihir dan dari situ semburan api dasyat muncul. Semburanya mengenai semua golem yang ada dan akhirnya membakar mereka semua menjadi abu. Holy Arte itu menguras banyak tenaga Iris, dia sempat menuduk sebentar.

"Iris kamu tidak apa-apa ?" Khawatir Shio yang melihat Iris tertunduk

"Ya aku tidak apa-apa, ayo kita pergi ke obeliks itu !"

Kemudian dengan tenaga yang tersisa mereka berlari ke lapangan yang mereka tuju. Akhirnya mereka sampai dan kecurigaan iris ternyata benar, obeliks yang ada didepan mereka adalah kunci untuk keluar dari penjara bayangan ini.

"Iris kamu menemukan sesuatu ?" Tanya Shio penasaran karena tidak mengerti tulisan yang terukir di obeliks tersebut.

"Ya ini adalah inti dari sihir ini, jika kita dapat memecahkan kodenya kita dapat keluar dari penjara bayangan."

Namun sebelum sempat mencoba sebuah suara muncul dari atas obelisk itu,

"Bagus sekali, bagus sekali, kalian memang luar biasa." Ucap suara misterius diatas obeliks

Kemudian Iris dan Shio mengadahkan kepala mereka dan terlihat sesosok pria dewasa dengan pakaian formal muncul diatas mereka. Pria itu mengenakan setelan jas hitam dan dilengkapi dengan sebuah topi fedora. Sayangnya mukanya tertutp oleh sebuah topeng klasik, yang biasa dipakai di acara pesta dansa masa lalu.

Hanya mulutnya saja yang jelas terlihat. Dia tersenyum kepada Iris dan Shio, "Hahaha akhirnya kita bertemu juga." Ucapnya sopan.

"Kamu adalah penyihir yang menjebak kami kan !" Teriak Iris sembari mengarahkan ujung pedangnya kepada pria itu.

"Sudah sudah tidak perlu kasar begitu." Pria itu menggerakan tangannya dan seketika muncul sebuah monster didepan Iris dan Shio. Monster itu muncul dari bawah tanah dan menghancurkan tanah dekat obeliks. Iris mundur sambil menarik Shio yang refleknya kurang. "Jadi kita mulai saja ya."

Monster yang muncul berbeda dengan golem yang mereka lawan. Monster ini seperti binatang buas yang terbentuk dari bebatuan. Dia memiliki dua tangan dan dua kaki, mukanya seperti seekor badak bertanduk. Warna keseluruhan mosnter itu adalah hitam dengan corak emas.

"Apa itu !?" Kaget Shio yang merasakan hawa membunuh monster ini lebih besar dari golem-golem yang ia lawan sebelumnya. Dia tetap mengarahkan pedangnya namun rasa takut tetap ada dalam dirinya.

"Itu adalah Beast Monster, mereka adalah monster ciptaan para iblis di masa lalu. Dan dikatakan bahwa jutaan orang tewas melawan mahkluk itu !" Iris sangat waspada kali ini, dia megarahkan perisainya dan berdiri didepan Shio. Dia tahu energi cahayanya mulai menipis. Namun dia tidak boleh menyerah dan harus terus berjuang.

Sang pria diatas menjentikan jarinya dan seketika monster itu menerjang mereka berdua, Iris berusaha menahan terjangan itu dengan perisainya, namun itu hanya membuat dirinya terlempar beberapa meter. Kemudian Shio bertindak nekad dan mencoba menebas monster itu. Tapi itu tidak berpengaruh apa-apa, malah pedangnya menjadi patah karena saking kerasnya kulit monster itu. Shio terkena pukulan mentah dari monster itu dan ikut terlempar. Dia terluka sangat parah sampai-sampai muntah darah keluar dari perutnya.

Iris segera bangkit dan dengan sekuat tenaga menerjang monster itu, dia menebas monster itu tepat di salah satu matanya. Monster itu teriak kesakitan dan semakin marah. Iris terus berduel dengan monster itu sementara Shio hanya menyaksikannya dengan kesadarannya yang semakin pudar. Tebasan demin tebasan mengenai badan monster dan pukulan demi pukulan juga mengenai zirah Iris yang semakin lama semakin terkikis. Namun keduanya tidak berhenti saling meyerang. Iris mencoba mengarahkan mata pedangnya ke mata monster namun monster itu menyadarinya dan tangannya menghantam Iris. Tapi ternyata Iris berhasil menahannya dengan perisai yang dia bawa. Dan dengan kesempatan itu dengan segala kekuatan yang dia punya dia berhasil menusuk mata monster itu. Tapi Iris tidak berhenti disitu, dia menusuk lebih dalam dan mengucapkan mantra doa,

"HOLY FLARE !"

Pedang Iris menyemburkan api merah kedalam badan monster itu, api itu sangat panas dan membuat monster menjerit kesakitan. Monster itu berusaha menyingkirkan Iris tapi Iris terus mempertahankan posisi. Akhirnya monster itu tidak bergerak lagi dan tubuhnya meledak berkeping-keping. Iris dengan sisa tenaga yang ada mengarahkan pedangnya ke si penyihir yang dari tadi berdiri disana.

"SEKARANG GILIRAN KAMU !"

Tanpa memberi kesempatan bicara Iris melompat setinggi mungkin dan berusaha menebaskan pedangnya kepada si penyihir. Sayangnya itu tidak cukup dan dengan mudahnya penyihir itu menepis pedang Iris dengan hanya sebuah tangan kosong.

"Menyedihkan." Ucap penyihir itu,

Iris tentu kaget tapi dia menahannya, saat ini dia harus mencari cara agar bisa keluar dari tempat ini, dan jika satu-satunya cara adalah mengalahkan si penyihir, dia harus berpikir keras bagaimana mengalahkannya.

"Namaku Serpens Petram, salah satu dari 13 penyihir kegelapan." Penyihir itu tiba-tiba memperkenalkan dirinya, dan nama itu adalah nama yang tidak asing bagi Iris.

"13 Penyihir Kegelapan !?"

Wajah Iris sekarang berubah drastis, dia tidak bisa terus menyembunyikan rasa takutnya. Wajar saja karena mereka adalah kelompok penyihir di masa lalu yang bekerja sama dengan Iblis Tertua, Meggido.

"Oya-oya akhirnya kamu memandang aku dengan wajah yang tepat, benar rasa takut mu adalah keinginanku. Wahai keturunan Gerald,rasakan keputusasaan yang sebenarnya !"

Penyihir itu Serpens Petram menjentikan jarinya dan muncul 3 ekor Beast-Golem yang sebelumnya dilawan Iris. Satu saja sudah kesulitan dan kini dia harus melawan tiga ! Iris meskipun ketakutan dia tetap memperkuat kuda-kudanya, seakan sudah menerima apa yang akan terjadi. Tapi tetap yang paling membuat kesal adalah dia tidak bisa menepati janjinya.

"Shio- maafkan aku, kita mati disini." Kata Iris lembut sembari melihat Shio yang terduduk tidak sadarkan diri di ujung taman. Iris membuang perisainya, memanggil pedang di tangan kirinya. Matanya sudah bertekad dan akan terus berjuang sampai akhir. Para Beast-Golem kemudian berlari menerjang Iris dengan teriakan yang mengerikan.

"GROAAAARRRRRRR."

"MAJULAH !!!!"

Dan dengan cepat tanpa disadari Iris, dirinya sudah terlempar dan dia melayang di udara. Dia tahu ini akhirnya, dan ketika dia jatuh dia akan mati. Waktu terasa lambat bagi dirinya dan seluruh kehidupannya muncul di pikirannya. "Ini kah rasanya melihat kehidupan yang pergi dari raga ini ?" ucapnya pasrah dan memejamkan mata, menunggu takdir untuk menjemputnya.

"Kamu tidak boleh mati disini Iris, Rena."

Mendengar suara itu Iris membuka matanya dan menyadari bahwa dirinya sudah digendong oleh seseorang. Dia melihat ke arah wajah orang itu, "Shio ? Bagaimana bisa ?" Shio tiba-tiba dengan cepat menangkap Iris yang melayang, bahkan hal itu tidak disadari oleh Serpens untuk sesaat. Dengan lembut Shio menurunkan tubuh Iris, luka di tubuh Shio sudah pulih begitu saja dan energi Shio tampak berbeda.

"Hahahaha- jadi inilah rasanya punya kekuatan ya !" Kata Shio keras menatap si penyihir dengki itu

"Bagaimana mungkin !" Penyihir itu kaget dan segera menyuruh Beast-Golem untuk membunuh Shio, "Bunuh dia !"

Tapi tanpa terduga Shio mengeluarkan S-Phone miliknya, dia membuka semacam aplikasi dan dengan lantang berkata,

"DATANGLAH WAHAI MALAIKAT AGUNG YANG MAHA SUCI YANG MENCARI KEKUATAN, DATANGLAH KE TEMPAT INI ___ SHAMAEL !"

Dia mengarahkan S-Phone miliknya kelangit, dan dari situ muncul lingkaran sihir berwarna putih terang, dari situ muncul sesosok Malaikat yang konon sudah menjadi legenda. Malaikat itu berpakaian serba putih, dan memakai beberapa bagian dari baju zirah. Dia memiliki dua sayap yang membentang keatas, rambutnya berwarna emas dan terurai kebawah, dan matanya biru bagaikan lautan.

"Anak manusia panggilan kau sudah kudengar, dan aku akan membantu kau mencari kekuatan dan melawan musuh-musuhmu."

Semua yang ada disana terkejut dan gerakan mereka terhenti untuk sesaat. Menyaksikan malaikat yang muncul adalah sejarah baru karena terakhir kali manusia memanggil malaikat adalah 5000 tahun yang lalu. Serpens Petram sangat terkejut dan tidak bisa mempercayainya.

"TIDAK MUNGKIN !" , "Siapa dirimu !?"

Namun dengan santai Shio menjawab, "Aku ? aku hanyalah anak perkotaan biasa !"

Kesal dengan jawaban itu Serspens menyuruh kembali Beast-Golem menyerang setelah sempat terhenti. Namun dengan mudahnya Shamael mengalahkan mereka, ketiga Beast-Golem hancur dengan sendirinya hanya dengan sentuhan dari Shamael. Serpens mulai khawatir dan dia memunculkan tongkat sihir kecil dan mengarahkannya ke arah Shio dan Shamael berada. Dia menciptakan bola energi sihir raksasa yang sangat kuat energi magisnya. Dia menembakan bola kegelapan itu dengan kecepatan penuh, berharap ini bisa mengalahkan Shio dan Shamael.

"Pila in Exitium !"

Bola kegelapan itu dengan cepat mengarah kepada Shio, tapi dia tetap tenang dan percaya pada Shamael. Shamael kemudian berdiri tepat di depan bola itu diarahkan. Dia mengarahkan lengannya dengan telapak terbuka, dan memunculkan bola cahaya yang jauh lebih kecil.

"Manusia yang sudah tercemar Iblis sudah tidak bisa lagi diselamatkan." Ucap Shamael yang yang mendorong pelan bola cahayanya sehingga menabrak bola kegelapan milik Serpens. Bola cahaya kecil itu berbalik menyerap energi kegelapan dan menghancurkannya. Serpens menjadi panik dan menggigit bibirnya sendiri.

"Sial sial sial sial sial sial sial SIALAANN !"

Serpens sudah tidak tenang lagi dan akhirnya dia memutuskan untuk mundur,

"Baiklah kau menang kali ini Shio, tapi jangan anggap perang akan berhenti. Dirimu sudah terlibat dengan kekacauan yang akan datang dan bahkan sudah datang !"

Serpens kemudian dikelilingi beberapa lingkaran hitam dan seketika dia menghilang dari penjara bayangan ciptaannya sendiri.

"Sudah selesai." Ucap Shamael yang kemudian dirinya mulai menghilang dan masuk ke dalam S-Phone milik Shio.

"Terimakasih." Ucap Shio lembut kearah S-Phone miliknya.

Kemudian dia segera menemui Iris yang terbaring sedari tadi. Iris masih sadar dan sempat melihat Shio yang memanggil malaikat untuk bertempur. Shio sedikit mengangkat Iris di pangkuan tangannya,

"Iris sudah selesai, kita bisa pergi dari sini sekarang." Ucap Shio lembut

"Bagaimana bisa ?" Tanya Iris yang sangat penasaran

"Aku akan ceritakan nanti, sekarang kita bisa pergi dari sini, tempat ini mulai runtuh dan kita harus ke dekat obeliks itu."

Sekarang Shio yang berbalik seakan mengetahui segalanya. Tidak lama padahal dia yang kebingungan dan ketakutan, kini dia menjadi pria yang bisa diandalkan. Seperti Shio yang sekarang bukanlah Shio yang Iris atau Rena kenal. Shio menopang Iris kearah obeliks dan Shio dengan tangan yang satunya mengeluarkan S-Phone miliknya, sekali lagi membuka aplikasi yang aneh dan men-scan tulisan di obeliks itu.

"Apa itu ?" Iris heran dan memperhatikan setiap gerak gerik Shio

"Nanti saja aku jelaskan." Jawab Shio singkat

Kemudian dari aplikasi itu muncul tulisan, [EXIT DUNGEON ?] , Shio menjawabnya, "Yes."

Muncul sebuah lingkiran sihir di bawah kaki mereka, dan seketika menyorot mereka dan akhirnya mereka menghilang dari penjara bayangan itu. Mereka masuk ke tempat seperti terowongan yang penuh dengan cahaya dan angka-angka biner. Dan mereka semakin cepat melewati terowongan itu, rasanya seperti naik lift. Dan ketika sampai mereka tersadar, mereka berdiri di alun-alun kota pada sore hari. Tidak banyak orang pada saat itu dan mereka sadar bahwa mereka terjebak selama beberapa jam. Untung saja penonton bioskop lainnya tidak terbawa juga batin mereka.

Tubuh Iris kembali mengenakan pakaian kasualnya, namun dia tertidur karena kelelahan. Luka di tubuh Iris dengan ajaib menghilang. Shio membawa iris dengan cara menggendongnya dan pulang kearah rumahnya. Kejadian tadi seakan mimpi buruk yang terbawa ke dunia nyata. Shio sebenarnya tetap khawatir dan memikirkan kata-kata Serpens, meski mempunyai kekuatan ini apakah dia akan menang di pertempuran lainnya ?

Bersambung ...