Izriel cukup bersemangat dengan petualangan yang sedang menunggunya. Ia membayangkan sebuah desa terpencil yang dikelilingi hutan. Rumah-rumah kayu dengan cerobong asap yang mengepul sepanjang waktu. Atau pemandangan hutan musim dingin dengan berbagai jenis kehidupan yang sedang bertahan hidup.
Semangat Izriel sangat membara, dan ia benar-benar ingin menghabiskan waktu dengan pelayanannya yang cantik. Setidaknya itulah yang ia bayangkan sebelumnya. Ekspektasi tentang petualangan itu menghilang.
Rombongan Izriel harusnya hanya 4 orang termasuk 3 pelayannya. Namun kini menjadi 7 orang. Sebelumnya malah mungkin akan mencapai ratusan orang. Namun karena seorang gadis merajuk pada ayahnya, akhirnya rombongan itu di pangkas menjadi 7 orang dengan 3 orang tambahan.
Tiga orang tersebut adalah tuan putri dan pelayannya serta gadis kecil yang tidak bisa dipisahkan dengan Cicilia, Silvie.
Gadis dengan rambut panjang lurus dengan warna pirang keperakan. Hidungnya lancip serta bibir merahnya yang tipis. Semua itu di dukung dengan paras anggun dan mata tajam dengan bola mata berwarna biru keputihan bercahaya. Tubuhnya yang semampai dan indah adalah aset berharga lainnya. Dia adalah pelayan pribadi Cicilia, Frey
Izriel pernah melihat Frey sebelumnya. Ia adalah korban intimidasi pelayannya. Izriel cukup merasa bersalah kepada Frey.
Lalu gadis yang lain adalah permata Jandugard. Kecantikan yang tersohor di negeri utara. Selain memiliki sisi feminim sebagai putri, ia juga memiliki sedikit sifat layaknya kesatria wanita. Izriel cukup mengagumi karakter Cicilia secara menyeluruh.
Namun ia masih tidak mengerti dengan pemikiran Cicilia yang kadang kekanak-kanakan. Baru saja ia merajuk pada ayahnya karena ia harus di dampingi ratusan prajurit dalam sebuah tugas.
Izriel tidak tahu jika tugas hanya dalih agar Cicilia bisa bepergian bersama Izriel. Cicilia tak tahu setelah enam bulan berlalu, setelah perang berakhir, apa ia akan terus bisa bersama Izriel atau tidak. Jadi dalam sisa waktu itu, Cicilia ingin menghabiskan waktu yang berharga dengan orang yang tidak mungkin ia miliki.
Tugas resmi di berikan oleh Emalson pada Cicilia untuk mengantar tamu terhormat ke berbagai tempat di penjuru negeri. Tugas untuk memperkenalkan budaya pada Izriel. Dan Izriel mempercayai itu.
Di sisi lain Emalson memberikan ijin karena ada banyak kesempatan dimana Cicilia bisa membongkar identitas Izriel.
Pada siang hari yang cerah rombongan itu pergi keluar istana menggunakan kereta yang ditarik 2 kuda.
"Tuan putri, kemana tujuan awal kita?" Tanya Izriel.
"Utara. Di sana tuan muda bisa menemukan kota pelabuhan bernama Leine. Pelabuhan itu juga penghubung dengan tambang rahasia di kepulauan utara."
"Tambang rahasia?"
"Itu adalah sebuah pulau dengan gunung berapi yang terus menerus memuntahkan mineral berharga bersama lavanya. Di sanalah tempat para budak Dwarf dikirim."
"Sepertinya ini akan menarik."
Lalu mereka segera berangkat.
Cicilia melambaikan tangan pada Emalson yang semakin terlihat jauh. Perjalanan pun di mulai dengan keluar dari ibu kota yang di kelilingi tembok raksasa. Lalu saat sore menjelang mereka telah memasuki hutan. Jalan batu perkotaan telah berganti dengan jalan tanah setapak. Kereta indah itu tetap tak ternoda walau medan yang mereka lewati berlumpur.
Hujan di musim gugur membasahi bentang alam dan membuat lantai hutan sedikit berlumpur. Suara angin yang meniup pohon maple bersiul tenang diiringi suara rintik hujan yang semakin deras.
Dingin di bawa oleh angin yang bertiup membawa dedaunan berwarna musim gugur yang basah. Namun di dalam kereta mewah itu tak ada sedikitpun rasa dingin.
Semakin mereka berjalan ke utara udara akan semakin dingin.
Izriel memerintahkan untuk mencari tempat berkemah dan berhenti. Violina dan Frey yang duduk di bangku kusir merespon perintah tersebut.
Perlahan lansekap pemandangan berubah saat danau yang luas yang terlihat mereka dekati. Cahaya senja berwarna emas dan warna hutan musim gugur terpantul indah oleh air tenang danau yang luas itu.
Mereka berhenti di sebuah tanah lapang di tepi danau yang terhubung dengan simpangan jalan setapak.
Cicilia hanya bisa terkagum melihat bagaimana Violina menyiapkan tenda dan perlengkapan yang di simpan dalam penyimpanan dimensional.
"Di dalam sangat nyaman dan hangat. Hampir seakan ini bukan sebuah perkemahan." Komentar Frey.
"Tendanya juga terlihat tak terlalu besar dari luar, namun sangat luas dari dalam." Tanggap Cicilia.
"Mama, Silvie lapar." Keluh gadis kecil yang tertunduk sambil memeluk perutnya sendiri.
Wajah polos gadis kecil yang mungil itu terlihat menggemaskan dan membuat Izriel tertarik. Di tambah pakaian imut yang ia kenakan berwarna serba merah jambu. Sebuah mantel hangat dengan bulu serigala putih membuat gadis itu terlihat semakin manis.
"Frey, bisakah kau mencari bahan makanan?" Kata Cicilia.
"Saya akan berusaha. Mencari rusa akan memakan waktu dan mengolah dagingnya juga lama. Jadi saya akan mencari ikan di danau. Apa anda tidak keberatan, tuan putri?"
Sebelum Cicilia menjawab Izriel menyanggahnya.
"Itu tidak perlu. Kami sudah menyiapkan persediaan dari berbagai jenis makanan. Setidaknya itu cukup untuk 8 bulan ke depan."
"Kalau begitu saya akan mencatatnya sebagai tagihan keuangan kerajaan." Kata Cicilia.
"Itu tidak perlu. Kami mendapatkannya juga secara cuma-cuma. Di tempat kami tinggal sebelumnya ada berbagai macam sumber makanan yang tidak akan pernah habis." Kata Izriel.
Cicilia membayangkan seperti apa tempat yang Izriel tinggali.
Namun tempat itu tak akan pernah bisa dibayangkan oleh imajinasi Cicilia yang terbatas. Karena Supreme Palace adalah tempat surgawi yang tidak pernah surut oleh waktu.
"Saya sangat berterimakasih. Tolong ijinkan pelayan saya juga menikmati makanan bersama."
"Tidak perlu sungkan. Aku juga selalu makan bersama pelayan ku. Aku lebih suka makan bersama-sama." Jawab Izriel.
"Makan bersama papa~." Dengan riang Silvie memeluk kaki Izriel.
"Silvie, ingin makan apa hari ini?" Tanya Izriel dengan senyuman yang sangat jarang ia tunjukkan.
Semua orang yang melihatnya terkejut. Bahkan 3 pelayannya jadi cemburu karena tuanya hampir tak pernah tersenyum untuk mereka dengan hangat seperti itu.
"Silvie, ingin daging."
"Baiklah, papa akan memberi daging yang lezat untuk Silvie." Kata Izriel dan memerintahkan kepada Violina. "Violina, masaklah menu daging yang lezat untuk kita semua.
"Baik tuan ku." Jawab Izriel.
"Saya akan membantu." Sahut Frey yang merasa canggung karena ia seakan tidak di butuhkan sebagai pelayan.
Dengan adanya Violina yang serba bisa, Frey jadi kurang diandalkan. Selain itu, orang yang terlihat terhormat seperti Yui dan Yuki juga mengerjakan pekerjaan pelayan untuk Izriel. Itu membuat ia sangat tidak enak hati.
"Nona Violina, berikan saya perintah. Saya akan membantu sebaik mungkin." Kata Frey pada Violina.
"Heee... Jadi manusia ini ingin menjadi sorang pelayan?" Kata Violina dengan sarkastik.
Dari awal Frey memang seorang pelayan. Namun ia diperlakukan seperri seorang tamu dan itu membuat harga dirinya sebagai maid senior terluka. Ia juga ingin berguna bagi tuannya dan tamu kehormatan kerajaan.
Sayangnya ia tak bisa mengikuti aktivitas Violina yang sangat tanggap dan peka. Ia merasa ia masih kurang sebagai seorang maid. Dibandingkan dengan Violina yang sama-sama memakai pakaian maid. Namun perbedaan terletak pada kualitas. Itu tergambar dari pakaian mereka yang juga sangat berbeda kualitas bahan dasar serta keindahan bentuknya.
Pakaian maid Violina memang sangat indah, bahkan bagaikan sebuah gaun mewah. Beberapa warna cerah dipadukan dan plat platina putih terpasang seperti zirah maid. Bahkan dengan teknologi dan pengetahuan Jandugard saat ini, masih sangat mustahil bisa membuat gaun maid seindah itu.
"Nona Violina, tolong biarkan saya belajar pada anda." Frey menundukkan kepalanya dalam-dalam.
Terlihat sangat khusuk dan penuh dengan ketulusan. Izriel sangat kagum dengan keinginan kuatnya.
"Sayangnya kau tidak pantas." Jawab Violina dengan ketus.
Izriel cukup terganggu dengan jawaban Violina yang acuh sambil berbalik menghiraukan permohonan Frey yang sangat tulus. Saat Izriel ingin menegur Violina, tiba-tiba Yui menghalanginya.
Yui menggelengkan kepala dengan lembut sambil tersenyum penuh makna. Izriel tak bisa mengikuti pemikiran pelayannya yang terkesan eksentrik bagi orang lain.
Frey terlihat gelisah dan wajahnya penuh dengan kekecewaan. Matanya berkaca-kaca dan penuh dengan raut depresi dan penolakan. Izriel sangat tak tahan dengan hal tersebut namun ia mulai terkejut.
"Saya ingin menjadi seorang pelayan yang sempurna. Tolong ajari saya." Dengan penuh keteguhan hati Frey kembali memohon.
"Kau pikir mampu melakukannya, manusia?"
"Saya akan berusaha."
"Sangat naif. Lebih baik kau berhenti jadi pelayan sekarang juga."
Izriel semakin tak bisa menerima perlakuan Violina pada Frey. Namun Yui berbisik dan membuat Izriel terkejut.
"Sa- saya ingin melayani tuan saya selamanya." Kata Frey dengan sedikit nada sedih.
"Maka dengan mati sekarang juga, tujuan mu akan tercapai." Masih dengan ketus sambil mengolah bahan makanan.
Izriel masih belum bisa menerima perlakuan seperti itu.
"Sa- sa- saya ingin berguna bagi tuan saya."
"Menjadi budak adalah solusinya."
"Saya ingin memberikan segalanya pada tuan saya."
"Budak jiwa adalah solusinya."
"Saya ingin- saya... ingin....." Sambil terisak.
"Dasar bodoh. Untuk manusia seperti mu, tidak akan pernah pantas menjadi murid dewi maid seperti ku. Kehidupan mu sangat terbatas dan fana. Kau tak akan pernah bisa menerima ajaran ku. Lalu kau yang sekarang bukanlah seorang maid."
Izriel pernah melihat ini sebelumnya. Penampilan Violina saat masih berada di Supreme Palace.
Sebuah cahaya bundar bersinar dibelakang kepalanya. Seharusnya karena membelakangi cahaya yang cerah, wajahnya tak bisa dilihat karena silau. Namun wajahnya sendiri memancarkan cahaya yang lebih indah dari cahaya halo di belakang kepalanya. Seperti itulah yang dilihat manusia biasa.
Bagi Izriel, Violina hanya sedang memancarkan sedikit aura ilahi dan sedikit bertambah cantik mempesona.
Frey yang melihat hal tersebut seakan tercerahkan dan melihat sisi lain dari pribadi Violina. Ia sekarang mengerti mengapa Violina seakan tak mampu ia jangkau. Ia jadi merasa lancang dan sombong.
"Kalau begitu... Setidaknya... Jadikanlah saya seorang maid."
Violina yang sedari tadi hanya acuh tiba-tiba tersenyum.
"Sebutkan nama mu wahai manusia!"
"F- Frey."
"Angkat kepala mu Frey! Pelajaran pertama seorang maid. Harus selalu tampil bahagia di depan tuan mu."
Violina masih tegas dengan senyum lembut tak acuhnya. Suaranya yang mendayu namun tegas membuat siapapun kebingungan. Lalu untuk pertama kalinya Violina menyebutkan nama seseorang.
Izriel benar-benar tak tau apa maksud dari drama di depannya. Namun ia bisa melihat sisi lain dari Violina yang selama ini selalu terlihat tenang dan anggun. Ia juga merasa sulit mengartikan ekspresi Violina yang selama ini yang selalu menampilkan senyum samar lembut di bibirnya. Hingga Izriel sulit membedakan emosi di wajahnya. Namun Selain melayani tuanya, Izriel bisa melihat senyum tulus dari wajah Violina.
Pada akhirnya Violina menerima permintaan Frey setelah menguji tujuan dan keteguhan hati Frey. Mereka tampak rukun dan Violina yang cukup rasis akhirnya terlihat menghargai Frey.
Izriel melihat orang yang lainnya.
Cicilia terlihat terkejut. Matanya terbelalak sambil melihat Violina. Sedangkan si kecil Silvie terlihat sangat kagum dan antusias melihat Violina.
Izriel menepuk dahinya, namun dalam hati. Ia harus siap dengan rentetan pertanyaan dari Cicilia dan Silvie seakan memiliki mainan baru.
Lagi pula Izriel tak pernah ingin menyembunyikan apapun. Saat ditanya nanti ia akan menjawab apa adanya, karena ia juga butuh bertanya pada orang lain untuk menjawab hubungannya dengan para pelayannya yang sangat setia.
Izriel segera beranjak sambil berekspresi pasrah, namun dalam hati. Ia mengeluh pada dirinya sendiri sambil memasuki tenda dan membantu Yui dan Yuki menyiapkan ruang dalam tenda.
Setelah itu, seperti sebelumnya ia berkemah. Ia hanya akan duduk sambil dilayani oleh pelayannya. Apapun kebutuhannya disediakan oleh pelayannya.
Silvie yang manja beranjak dari pangkuan Cicilia menuju Izriel. Ia dengan manja memeluk tubuh Izriel sambil menggosokkan tubuhnya agar terasa hangat. Izriel menaruh buku yang ia baca dan membalas Silvie dengan pelukan lembut.
"Papa~"
Semua orang trenyuh dengan nada panggilan Silvie yang penuh rindu dan manja.
Izriel tersenyum sambil matanya berkaca-kaca. Ia tak berani menanyakan keberadaan keluarga asli Silvie pada Cicilia. Dan ia juga secara bersamaan mengingat adik perempuannya yang manja. Ia mengingat kehidupan sebelumnya.
Silvie tersenyum melihat wajah Izriel. Izriel juga membalas dengan senyuman yang menawan. Senyum itu membuat semua wanita yang melihatnya merasa sangat kagum karena selama ini Izriel selalu berekspresi dingin. Mereka, para wanita bisa merasakan sebuah kehangatan dan kasih sayang yang dalam dari senyum indah nan mahal itu.
Silvie kecil terus memeluk Izriel hingga ia tertidur pulas.
Selama satu minggu perjalanan darat yang lambat, rombongan Izriel menikmati setiap waktunya yang berharga. Pagi, siang, sore, dan malam mereka lalui bersama dengan sedikit canggung. Namun perkembangan hubungan Frey dan Violina menjadi semakin harmonis.
Sikap Frey yang kaku dan serius sangat cocok degan Violina. Mereka juga bertukar beberapa cerita satu sama lain. Dan di dalam cerita-cerita yang disebutkan Violina, membuat Cicilia yang juga mendengarkannya menjadi semakin curiga.
"Tuan muda, sepertinya kita akan segera sampai di Kota Leine." Kata Cicilia pada Izriel.
"Hmm, aku tak sabar ingin segera melihatnya."
"Saya tidak bisa memastikan apa anda akan menyukainya. Namun menurut saya, pemandangan kota Leine adalah salah satu yang terbaik di Jandugard."
Izriel hanya mengangguk.
Kereta yang mereka naiki berjalan perlahan di jalanan terjal dan berkelok melintasi pegunungan. Udaranya juga semakin dingin. Bahkan di musim gugur, salju telah turun beberapa kali membuat jalanan menjadi sedikit licin. Namun itu bukan masalah bagi kereta kuda dari Supreme Palace.
"Tuan muda, ada beberapa hal yang mengganjal semenjak saya bertemu anda. Jika diperbolehkan, saya ingin bertanya sesuatu kepada anda."
"Katakanlah, putri Cicilia. Kita akan terus bersama dalam perjalanan ini. Akan lebih baik jika kamu tidak menahan rasa sungkan yang berlebihan." Kata Izriel.
Karena Izriel sendiri tak ingin berpergian dengan orang yang tidak merasa nyaman bersamanya.
"Saya penasaran dengan identitas anda selama ini. Namun saya tak berani menanyakan hal yang membuat saya terkesan curiga terhadap penyelamat saya. Sebelumnya saya berpikir jika anda adalah pahlawan yang diutus oleh dewa. Namun karena perjalanan ini saya semakin meragukan hal tersebut."
"Aku juga menunggu mu menanyakan hal itu. Aku sendiri juga ragu jika kau bertanya tentang identitas ku. Namun Yui mungkin bisa menjelaskannya."
Cicilia menoleh ke pelayan Izriel yang duduk di sebelah Izriel.
"Manusia, aku harap kau tidak merubah sikap mu kepada tuan ku setelah kau mengetahui kebenaran akan kami. Karena tuan ku sepertinya sangat menghargai manusia seperti kalian."
Cicilia sedikit ragu, namun ia berani menjawabnya.
"Nona Yui tak perlu khawatir. Dari awal saya sudah merasakan hal yang luar biasa dari anda, Nona Yuki, dan Nona Violina. Saya tak ingin mendustakan kebaikan anda dan tuan muda Izriel selama ini. Saya berjanji."
Yui pun tersenyum sedikit memancarkan hawa aneh yang superioritas. Yuki yang duduk degan tenang di sebelah Cicilia juga memancarkan aura yang sama.
"Aku tak bisa menyebutkan identitas tuan ku, kecuali beliau sendiri yang mengatakannya. Namun dengan menyebutkan identitas kami sebagai pelayannya mungkin cukup menjawab rasa penasaran mu."
Cicilia yang memandangi Yui tiba-tiba terbelalak terkejut. Ia sudah mengalami ini saat Violina melepas sedikit aura ilahi nya. Namun kali ini semakin nyata. Dan menjawab beberapa pertanyaan Cicilia.
Yang sedang ia lihat adalah mata bersinar Yui. Bola mata Yui yang berwarna kuning bersinar terang. Mata hewan buas yang seakan mampu melihat kedalam pikiran Cicilia. Mata itu seakan menyelimuti dunia dengan merahnya. Mata yang seakan-akan mampu melihat apapun tanpa halangan. Mata yang penuh dengan kekuatan, keagungan, kekejaman. Namun itu juga mata yang penuh dengan kesetiaan, kecemburuan, cinta, dan kasih sayang. Mata yang sifatnya penuh misteri dan maha kuasa.
Lalu telinga panjang berwarna hitam muncul di kepala Yui. Ia lalu berdiri di dalam gerbong kereta dan ekor-ekor yang berjumlah sembilan keluar dari belakang tubuhnya.
"Maka berbahagialah dirimu wahai manusia. Akulah yang selama ini tinggal di puncak gunung Orlimbus untuk menunggu kedatangan tuan ku. Akulah yang selama ini kalian kira sebagai musuh dewa."
Sebuah legenda yang diceritakan secara turun temurun dari mulut ke mulut dan yang selau terniang di kepala setiap manusia sejak kecil melintas di pikiran Cicilia.
***