Langit tak selamanya biru. Adakalanya berawan hitam yang kemudian turun hujan, namun setelahnya akan muncul pelangi nan menawan. Begitu pula kehidupan. Kalaupun kesedihan sering melanda bukan berarti kebahagiaan itu tiada. Tuhan tidak sejahat itu. Ia begitu adil dengan menyediakan baik dan buruk secara berdampingan. Ya, kamu tinggal memilih dan memperjuangkannya. Nanti jam lima datanglah ke tepi pantai itu, akan ada hadiah menarik disana!
Kalimat - kalimat itu terus mengiang ditelinga wanita cantik yang tengah memeluk lutut dengan dagu di atasnya. Matanya memandang lekat hamparan langit bersemburat jingga yang syarat keindahannya. Sesekali mata indah itu memejam, seakan menyesap setiap energi yang tengah dipancarkan Sang Senja kemudian terbuka lagi dengan menghembuskan nafas yang sedikit berat.
Ia mengingat kembali sosok pria yang tak sengaja ditemuinya saat makan tadi. Pria itu tiba - tiba duduk di kursi yang ada di depannya kemudian tanpa permisi mengoceh panjang lebar tentang langit dan kehidupan. Entah apa maksud perkataan pria ini, yang jelas suaranya terdengar lembut tapi tegas. Dan lagi tanpa permisi ia pergi meninggalkan si wanita yang masih terbengong. Baru setelah mendengar tawa pecah dari pria yang sudah menjauh itu ia tersadar.
"Brengsek!" Umpatnya.
Ia menghirup udara dalam - dalam dan menghembuskannya dengan kasar. Ia melihat ke sekeliling, suasana pantai kali ini sangat sepi karena memang belum musim liburan. Sekali lagi ia menyapukan tatapannya pada pesona alam yang mulai menggelap sebelum akhirnya beranjak dari dan melangkahkan kakinya kembali ke tempat ia menginap.
Ia tak tahu, tak jauh dari ia duduk ada sepasang mata yang menatapnya sejak ia duduk di tepian pantai. Senyumnya tak berhenti merekah melihat tingkah wanita yang menurutnya sangat menggemaskan itu.