webnovel

Langit dan Bumi: First love never die

Volume satu sudah TAMAT sampai bab 24 saja GRATIS!!! Langit adalah pemuda impian setiap gadis remaja masa kini. Tampan, orangtuanya yang berada, senyumannya yang mempesona, dan tingkahnya yang bisa dibilang baik, siapa tak tahu Langit ? sementara Bumi dengan kehidupan ekonomi keluarga yang sulit, kedua orangtuanya pun memutuskan menjadi tenaga kerja di luar negeri dan meninggalkan Bumi bersama kedua adiknya yang lain dengan situasi yang sulit..

Ayun_8947 · 青春言情
分數不夠
276 Chs

Langkah ringan Langit

Bumi membawa berapa kotak jajanan dan membukanya di dalam kelas, semua teman temannya segera menyerbu dan mengosongkan kotak ukuran sedang itu

" ah sudah habiss.. besok bawa yang banyak dong sayoong " keluh Miya membuat Bumi membuat senyuman kecil di bibirnya

" besok aku bawa yang banyak ya " ujar Bumi mencoba mengobati kekecewaan Miya, gadis itu segera mengangguk

" bagaimana orangtua mu, apa mereka memberi kabar ? " lanjut Miya bertanya pada sobat sebangkunya itu, Bumi menggeleng pelan, tangannya sibuk merapihkan meja mereka, dia harus membereskan dagangamnya sebelum guru memasuki ruang kelas, gadis itu telihat cekatan, ini adalah pekerjaan rutinnya untuk tambahan uang di rumah

" ayah ku bilang mau membantu biaya sekolah mu, tapi bagaimana dengan kedua adik mu ? " Bumi menatap wajah Miya sebentar lalu melanjutkan mengelap mejanya membuang sisa sisa remah makanan, dia baru saja menghabiskan sekotak donat yang dibuat oleh tetangganya untuk di jual di sekolah

" ayah ku mau menanggung mu, apa kau mau tinggal di rumah ku ? " Miya mencoba meminta perhatian Bumi yang masih saja sibuk

Bumi menyelesaikan juga pekerjaannya, dia sekarang bisa duduk di kursi dengans edikit lebih tenang, sekali lagi matanya menatap wajah Miya dia menggeleng berlahan

" terimakasih Miya, sampaikan pada orangtuamu juga, tapi aku tidak bisa meninggalkan Mars dan Pluto " balas Bumi membuat Miya mengangguk angguk pelan, mereka berusaha saling mengerti

" aku ngerti sih " ucap Miya kemudian, dia mengukir senyuman tipis dan Bumi membalasnya

" terimakasih Miya " balas Bumi juga dengan senyuman

Miya mengulurkan amplop cokelat pada genggaman tangan Bumi, membuat temannya itu tercengang bingung

" Miyaa… " suara Bumi jelas menolak

" ambilah Bumii.. itu dari ayahku " pinta Miya

" tapi keluargamu sudah terlalu baik pada ku " jawab Bumi merasa tak enak, telapak tangan Miya menepuk pundak temannya pelan, raut wajahnya berusaha meyakinkan

" kau butuh itu, simpanlah " pinta Miya tanpa mau ada intrupsi lagi

" terimakasih Miya, aku harus membalasmu suatu saat nanti " ujar Bumi tak tahu harus bagaimana lagi menghadapi kebaikan hati sahabatnya itu, bukan sekali dua kali bahkan sudah beberapa kali orang tua Miya membantu Bumi, dia bahkan juga pernah mengirimkan sekarton mie instan dan perlengkapan isi dapur, semua kebaikan itu semakin banyak saja Bumi terima

" hari ini ikut aku ke toko roti yuk ! " ajak Miya sebelum wali kelas bergabung dan memulai kelas, Bumi mengangguk setuju, keduanya mulai duduk rapi dan siap mendengarkan materi pelajaran

***

Langit melirik jam tangannya dan menunjukkan waktu yang tepat untuk bel berbunyi tanda istirahat kedua di mulai, Edo melambaikan tangan dari balik jendela dan Langit tahu itu

" kau mau kemana ? " tanya Gaza pada Langit, melihat wajah penuh tanya Gaza Langit menggeleng pelan

" tidak ko, biar saja Edo " balas Langit dengan wajah cuek, tapi jelas lambaian Edo tak bisa sepenuhnya di cueki

" kau pergi saja biar aku yang atasi nanti " balas Gaza mendapatkan wajah melongo Langit, wajah apa itu ? bukannya sudah biasa Langit membolos dan dilindungi oleh Gaza atau yang lainnya, selalu ada alasan baik untuk kenakalan Langit

" tidak tidak.. aku tak mau kau dapat masalah " tolak Langit tak enak

" memangnya kau mau kemana ? " sekarang Layla ikut bergabung di meja mereka, gadis cantik dengan rambut curly pendek sebahu itu mengerling ingin tahu

" biasa.. " balas Langit dengan wajah datar

" aahh ikut dong ! " pinta Layla membuat Gaza tercengang

" jangaan.. lagipula kau kan perempuan " jawab Langit melirik ragu ke arah Gaza

" ish kau selalu saja menolak kalau aku ikut, kau menghabiskan waktu dengan cewek cewek di luar sana kan ! " tuding Layla kesal karena permintaannya tak di turuti, Langit terkekeh melihat wajah Layla yang cemberut

" hahaa.. bukan bukan, kami mau main game online ko ", jawab Langit bohong, jelas mereka akan pergi karaoke dan mungkin juga bermain game online

" ish main game mulu, ogah ah " pada akhirnya Layla menyerah sendiri, menemani laki laki bermain game online tanpa kenal waktu itu sangat melelahkan itulah mengapa Layla urung tertarik

" Gaza makan yuk ! " Layla berganti ke arah Gaza, gadis itu segera menarik lengan Gaza, Langit melongo dan tersenyum senang, Gaza menyempatkan diri menoleh dan mgangkat tangannya , jari telunjuk dan jempolnya bertemu membentuk huruf O

Itu artinya sudah oke jika Langit akan cabut kali ini, seperti biasa Gaza akan menjadi bantalan empuk alasan dirinya, Gaza memang empuk badannya berisi dengan kulitnya yang putih, sepertinya Layla juga kerasan dengan bersender di lengan empuk milik Gaza

Langit, Edo dan seorang lainnya memanjat tembok belakang sekolah, mereka tahu betul hanya di sana saja bagian teraman dari gedung mewah ini, dindingnya yang mepet rumah kecil milik penjaga sekolah membuat bagian sini tak bisa di pasangi kawat tajam, kalau sudah berdiri di atas tembok keempatnya kompak menaiki genteng rumah penjaga sekolah, mereka berlari cepat membuat suara gaduh dan ada juga genteng yang retak, kenakalan khas anak remaja, mereka tertawa senang melakukan tingkah konyol seperti itu

BRUUKK !!

Ketiganya melompat turun dan berhambur berlari, mereka membuka paksa kancing kemeja rapi mereka, menarik keluar kemeja dari selipan celana, membiarkan katun putih itu tertiup angin dan mengekspose kaos polos di dada mereka, ya mereka selalu memakai kaos di dalamnya, mereka sudah selalu seperti itu

Edo membuka kedua tangannya dan menarik tas di ujung tangannya, pemuda itu menarik nafas dalam seolah menghirup nafas kebebasan, dia menikmati semilir angin

" kenapa sih sekolah kita fullday, enakan sekolah SMA biasa, masih bisa nongkrong " protes Edo diterima baik oleh teman temannya

Dua orang lagi meraih saku tas nya, keduanya sibuk mengelap dengan kapas dan mengisi ulang cairan penuh rasa di sana, keduanya mulai bersiap menarik dalam ujung benda kecil itu dan menghembuskan asap tebal ke udara, dia menikmati seruputan vape di tangannya

Langit berjalan santai di belakang, dia sesekali menoleh ke kiri dan ke kanan dan menebar senyum manisnya, kedua tangannya menyelip di saku, langkahnya tenang dan santai, bahunya satu menopang tali tas, kemejanya terbuka penuh memperlihatkan kaos putihnya, pemuda itu menggantung jaket diantara tali tasnya, dengan begitu saja dia menawan, beberapa orang yang dibagi senyumnya selalu menyapa ramah

" yuukk.. anak yang lain udah di sana " seru Edo melangkah lebih cepat yang lain pun ikut menyusul dengan wajah riang, begitupun Langit namanya secerah langit siang ini, dia menyukai waktu bermain main seperti ini

* tolong bantu vote, like dan komen ya !

baca juga : aku kamu dan masa itu dan Bukan salah jodoh