Lintasan balap malam itu diterangi oleh lampu-lampu besar, menciptakan suasana dramatis. Lana berdiri di dekat mobilnya, jantungnya berdegup kencang. Bukan hanya karena tantangan yang diberikan Victor, tetapi juga karena percakapan terakhirnya dengan Adrian.
Adrian mendekat, berdiri di sampingnya. Wajahnya yang biasanya tenang kini menunjukkan kekhawatiran. "Lana, aku tahu kau kuat. Tapi balapan ini... Victor tidak akan bermain adil."
Lana menatap Adrian, mencoba mencari ketulusan di matanya. "Aku tahu risikonya. Tapi aku tidak bisa mundur. Ini bukan hanya tentang aku. Ini tentang semua orang yang sudah percaya padaku."
Adrian menghela napas. "Kau keras kepala, Lana. Tapi itu yang membuatku... kagum padamu."
Lana terdiam, matanya membelalak sedikit. "Adrian..."
Adrian tersenyum kecil, tetapi ada kesedihan di matanya. "Aku tidak tahu apakah ini waktu yang tepat, tapi aku ingin kau tahu sesuatu. Sejak pertama kali aku melihatmu di lintasan, aku tahu kau berbeda. Kau bukan hanya pembalap berbakat, kau juga seseorang yang berjuang untuk sesuatu yang lebih besar. Itu membuatku ingin melindungimu."
---
Momen yang Terhenti
Lana merasakan dadanya hangat, tapi dia juga bingung. Di tengah semua kekacauan ini, perasaannya mulai bercampur aduk.
"Aku tidak tahu harus berkata apa," katanya pelan. "Tapi aku... aku menghargai semua yang kau lakukan untukku."
Adrian mengangguk. "Kau tidak perlu menjawab sekarang. Fokuslah pada balapan ini. Aku akan ada di sini, mendukungmu."
Namun, sebelum mereka bisa melanjutkan percakapan, Rai muncul dengan wajah serius. "Lana, kita harus bicara."
Adrian melangkah mundur, memberi ruang. "Aku akan menunggu di tribun."
---
Ketegangan Antara Sahabat
Rai menatap Lana dengan tajam. "Apa yang kau lakukan? Kau benar-benar percaya pada Adrian? Dia bagian dari semua ini!"
Lana menggeleng. "Aku tahu dia terlibat, tapi aku juga tahu dia mencoba membantu."
Rai mengepalkan tangannya. "Kau terlalu naif, Lana. Aku tidak ingin melihatmu terluka. Kalau kau kalah malam ini, semuanya akan berakhir."
"Justru karena itu aku harus bertarung," jawab Lana tegas. "Aku tidak bisa terus hidup dalam ketakutan. Aku harus melawan, Rai."
Rai terdiam, lalu menghela napas panjang. "Baiklah. Kalau itu keputusanmu, aku akan mendukungmu. Tapi berjanjilah satu hal."
"Apa itu?"
"Kalau kau merasa ada sesuatu yang salah, jangan ragu untuk mundur. Hidupmu lebih penting daripada kemenangan."
Lana mengangguk. "Aku janji."
---
Balapan Dimulai
Saat balapan dimulai, suasana di lintasan terasa tegang. Lana duduk di belakang kemudi, mendengarkan suara mesin mobilnya. Di belakangnya, Victor dan anak buahnya bersiap dengan mobil-mobil mereka yang terlihat jauh lebih canggih.
Adrian berbicara melalui radio komunikasi. "Lana, ingat rencananya. Jangan terlalu agresif di awal. Tunggu mereka membuat kesalahan."
"Dimengerti," jawab Lana.
Balapan dimulai dengan suara keras mesin yang bergemuruh. Lana meluncur ke depan, mencoba mempertahankan posisinya di tengah. Victor, seperti yang diharapkan, langsung mengambil alih posisi terdepan.
Namun, di lap kedua, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Salah satu mobil Victor mencoba menabrak Lana dari samping, memaksanya keluar jalur.
"Lana, hati-hati!" teriak Adrian melalui radio.
Dengan refleks cepat, Lana berhasil menghindar dan kembali ke lintasan. Tapi dia kehilangan beberapa posisi, membuatnya tertinggal jauh di belakang.
---
Kejutan di Lintasan
Saat balapan semakin intens, Lana mulai menunjukkan keahliannya. Dengan manuver tajam dan keberanian, dia berhasil melewati beberapa mobil dan mendekati posisi Victor.
Di lap terakhir, Victor mencoba trik kotor lainnya dengan menaburkan cairan licin di lintasan. Tapi Lana, yang sudah mengantisipasi, berhasil menghindar dengan sempurna.
Penonton bersorak, terkejut dengan keberanian dan keterampilan Lana. Bahkan Victor terlihat mulai panik.
Di tikungan terakhir, Lana melihat celah kecil dan mengambil risiko besar. Dia meluncur dengan kecepatan penuh, melewati Victor di detik terakhir dan menyentuh garis finish lebih dulu.
---
Penonton meledak dalam sorakan. Tapi sebelum Lana bisa merayakan kemenangannya, dia melihat sesuatu yang membuatnya terkejut.
Victor berjalan mendekat, wajahnya penuh senyum licik. "Kau pikir ini sudah selesai? Ini baru permulaan, Lana."
Lana merasa tubuhnya menegang. Di kejauhan, dia melihat Adrian berbicara dengan seseorang yang mencurigakan.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" pikir Lana, perasaan cemas kembali menghantuinya.
(Bersambung ke Bab 43)
"Undian dan maklum balas anda sangat penting! Ia membantu kami memperbaiki dan mengembangkan jalan cerita. Terima kasih atas sokongan anda!"