webnovel

Bab 19: Kebenaran yang Tersembunyi

Langit di kota itu tampak mendung, seolah menggambarkan suasana hati Lana yang penuh gejolak. Kekalahan dari Axel masih menghantui pikirannya, tetapi ada sesuatu yang lebih mengganggu: tatapan Axel saat menyebutkan bahwa ini baru permulaan. Kata-katanya terngiang di telinga Lana, seperti petunjuk akan sesuatu yang lebih besar dari sekadar balapan.

---

Pengakuan dari Rai

Setelah balapan selesai, tim kembali ke garasi untuk mengevaluasi hasil. Saat semua orang sibuk, Rai tampak gelisah. Dia mondar-mandir tanpa henti, wajahnya penuh keraguan.

Lana, yang memperhatikan hal itu, menghampirinya. "Rai, ada yang ingin kau katakan?"

Rai terdiam beberapa saat, lalu menghela napas panjang. "Lana, aku harus memberitahumu sesuatu. Ini tentang Axel dan... kecelakaan ibumu."

Mata Lana membelalak. "Apa maksudmu? Apa hubungannya Axel dengan ibuku?"

Rai menunduk. "Axel bukan hanya pembalap, dia juga tangan kanan mafia besar yang selama ini mengincarmu. Ibumu dulu adalah pembalap yang berusaha membongkar operasi ilegal mereka. Kecelakaan itu... bukan kebetulan. Axel mungkin tidak melakukannya sendiri, tetapi dia terlibat."

Kata-kata itu menghantam Lana seperti palu godam. "Dan kau tahu tentang ini sejak kapan?"

"Sejak aku pertama kali bergabung dengan timmu," Rai mengaku dengan suara penuh rasa bersalah. "Aku diutus oleh salah satu orang kepercayaan ibumu untuk melindungimu, tetapi aku takut mengatakan yang sebenarnya. Axel tahu aku berada di pihakmu, itulah sebabnya dia selalu mencoba menjatuhkan kita."

Lana mundur beberapa langkah, mencoba mencerna informasi itu. Pengkhianatan yang dirasakannya bercampur dengan rasa syukur karena Rai setidaknya ada di sisinya. "Kau seharusnya memberitahuku lebih awal," katanya dengan suara bergetar.

"Aku tahu," Rai menjawab. "Dan aku akan menebus kesalahanku. Kita akan mengungkap kebenaran ini bersama."

---

Pesan Rahasia dari Kai

Di tengah kekacauan itu, Lana menerima pesan dari Kai. Isinya singkat tetapi mengandung informasi penting:

"Lana, aku menemukan sesuatu yang mungkin bisa membantumu. Bertemu di tempat lama."

Lana langsung tahu maksudnya. Tempat lama itu adalah gudang tua tempat dia pertama kali belajar mengemudi bersama bapaknya. Ketika dia tiba di sana, Kai sudah menunggunya dengan ekspresi serius.

"Aku menemukan file lama milik ibumu," kata Kai sambil menyerahkan sebuah flash drive. "Di dalamnya ada bukti bahwa Axel dan geng mafianya terlibat dalam sabotase lintasan di balapan terakhir ibumu."

Lana membuka file itu menggunakan laptopnya. Ada foto, video, dan dokumen yang menunjukkan hubungan Axel dengan organisasi mafia. Tetapi yang paling mengejutkan adalah video ibunya sendiri.

Di video itu, ibunya berkata:

"Lana, jika kau menemukan ini, itu berarti aku gagal menghentikan mereka. Tapi aku tahu kau lebih kuat dariku. Jangan biarkan mereka menghancurkan impianmu, dan jangan takut untuk melawan kegelapan yang ada di lintasan."

Air mata mengalir di pipi Lana saat mendengar suara ibunya lagi.

---

Rencana Rahasia Axel

Sementara itu, Axel kembali ke markas mafianya, berbicara dengan bos besar yang disebut sebagai "Tuan Nero."

"Dia mulai mencurigai kita," kata Axel sambil menyalakan rokok. "Lana semakin dekat dengan kebenaran."

Nero tersenyum dingin. "Kalau begitu, kita akan memberinya pelajaran di balapan berikutnya. Pastikan dia tidak pernah mencapai garis finis."

Axel mengangguk. "Pertandingan tingkat internasional akan menjadi panggung yang sempurna untuk menghancurkannya, secara fisik dan mental."

---

Kehilangan Dukungan Media

Keesokan harinya, berita besar muncul di media. Sebuah rekaman video palsu yang menampilkan Lana berkolaborasi dengan mafia disebarkan secara luas. Akibatnya, sponsor-sponsor besar menarik dukungan mereka, dan reputasi Lana kembali hancur.

"Apa ini?!" teriak Vera sambil melemparkan koran ke meja.

"Itu pasti kerja Axel," kata Aria marah.

Lana duduk diam, mencoba menenangkan pikirannya. Dia tahu ini adalah bagian dari rencana mereka untuk menjatuhkannya.

"Kita tidak punya pilihan," kata Lana akhirnya. "Kita harus menemukan bukti nyata untuk melawan mereka. Jika tidak, aku tidak akan bisa kembali ke lintasan."

---

Plot Twist: Pengkhianatan di Tim

Namun, di tengah kekacauan itu, sebuah fakta mengejutkan muncul. Vera, mekanik yang selama ini dipercaya Lana, ternyata memiliki hubungan rahasia dengan Axel.

Lana menemukan bukti ini secara tidak sengaja ketika dia memeriksa kamera keamanan di garasi mereka. Di salah satu rekaman, Vera terlihat berbicara dengan Axel di tempat parkir.

"Jadi, kau bekerja untuk mereka?" Lana menuntut penjelasan.

Vera terlihat panik tetapi akhirnya mengakui. "Aku tidak punya pilihan, Lana. Mereka mengancam keluargaku. Tapi aku bersumpah, aku tidak pernah ingin menyakitimu. Aku hanya memberi mereka informasi kecil, tidak lebih."

"Kecil atau besar, kau mengkhianatiku," jawab Lana dengan suara dingin.

Vera menangis. "Aku bersalah, tapi aku ingin memperbaiki semuanya. Beri aku kesempatan untuk menebus kesalahanku."

Setelah mempertimbangkan dengan berat hati, Lana memutuskan untuk memberi Vera satu kesempatan terakhir.

---

Konfrontasi dengan Axel

Di akhir bab, Lana menghadapi Axel secara langsung di sebuah acara pers.

"Kau pikir aku akan mundur?" tanya Lana dengan tegas.

Axel tersenyum sinis. "Tidak. Aku tahu kau terlalu keras kepala untuk itu. Tapi aku ingin kau tahu bahwa di balapan berikutnya, aku akan memastikan kau menyesali keputusanmu untuk melawanku."

Lana menatapnya dengan mata penuh tekad. "Aku tidak akan pernah menyerah. Aku tidak hanya melawanmu untuk balapan, tetapi juga untuk kebenaran."

Axel hanya tertawa, tetapi ada sesuatu di matanya yang menunjukkan bahwa dia mulai merasa terancam oleh keberanian Lana.

---

Menuju Balapan Internasional

Bab ini diakhiri dengan Lana dan timnya mempersiapkan diri untuk balapan internasional. Mereka tahu bahwa tantangan yang akan datang jauh lebih besar dari apa yang pernah mereka hadapi sebelumnya, tetapi semangat Lana tetap menyala.

Sambil menatap lintasan di kejauhan, Lana berkata pada dirinya sendiri, "Aku tidak akan kalah. Tidak sekarang, tidak pernah."

---