Nina PoV
Gue menyetel lagu Ada Band yang Haruskah Ku Mati dengan volume yang agak besar. Entah, setelah putus beberapa jam yang lalu, malah lagu ini yang mewakili perasaan gue sekarang. Pintu terketuk. Gue yakin pasti Mama, soalnya, dari beberapa novel yang gue baca, kalau pemeran utamanya lagi nangis bombay macam begini, pasti Mamanya yang akan nenangin ditambah kata-kata bijaknya.
“Masuk,” ucap gue di sela tangisan.
“Yaampun, Nin! Lo ngabisin jatah tissue sebulan kalau gini caranya.”
Ternyata Abang gue, untungnya tadi cuma tebak-tebakan buah manggis, bukan masuk penilaian bahasa Indonesia. Abang duduk di pinggir tempat tidur gue. Gue menghormatinya dengan cara ikut duduk di sampingnya. Gue menyandarkan kepala di pundaknya. Kakak terbaik, musuh terbesar, dan teman tersabar dalam suka dan duka, iyalah, gue kan punya saudara dia doang.
“Kok lagunya ini sih? Matiin! Nih gue setelin yang lebih pas,” kata Abang.
在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者