webnovel

Siapa yang Salah?

"Guys, aku udah punya rencana untuk liburan kita nanti."ucap Risa kepada ke tiga temannya.

"Masih lama Risa."protes Sekar, sudah hampir empat bulan mereka berada di lingkungan baru mereka ini, dan mereka juga sudah bisa beradaptasi dengan baik.

"Kita harus merencanakan hal ini jauh-jauh hari, supaya bisa terwujud."ucap Risa tidak mau diprotes.

"Memangnya apa yang sudah kamu rencanakan?"tanya Kalila kepada Risa.

"Berhubung Kalila dan Irfan udah balikan lagi, aku mau kita liburan bareng-bareng sama pasangan kita, biar ramai. Lagian kan cowok gampang buat berbaurnya dan kita juga sudah saling kenal."ucap Risa.

"Wah asyik tuh kayaknya, kita bisa bikin pesta kita sendiri."ucap Sekar yang setuju dengan usulan Risa itu.

"Tapi kasian Rizel, dia kan masih jomblo."ucap Sekar sembari melirik ke arah Rizel.

"Enggak masalah kok Zel, anggap aja kita liburan bersama seperti jaman kita sekolah dulu."ucap Risa meyakinkan Rizel.

"Atau kalau kamu mau, aku bisa nyariin kamu pasangan, atau kamu nyari sendiri yang penting ada pasangan untuk liburan nanti."ucap Risa lagi.

"Enggak nyaman juga buat Rizel, kalau dia doang yang sendirian, ntar yang ada kalian malah mengabaikannya dan sibuk sama pacar masing-masing."ucap Kalila tidak setuju, tentu saja itu hanya akan membuat Rizel merasa tidak nyaman jika mereka pergi bersama. Lagian Kalila juga enggak yakin kalau mereka akan bermain bersama, yang ada mereka hanya akan menghabiskan lebih banyak waktu bersama pasangan mereka masing-masing.

"Kalau kalian memang mau liburan yang seperti itu, enggak apa-apa aku enggak ikut, daripada aku menyaksikan orang yang pacaran, yang dunia bagai milik berdua itu."akhirnya Rizel berbicara setelah sedari tadi hanya mendengarkan saja.

"Enggak asyik kan kalau gitu, maunya kita sama-sama."ucap Kalila. Kalila juga menyukai rencana Risa itu tapi rasanya sangat aneh meninggalkan salah satu dari mereka di saat mereka sering menghabiskan waktu bersama-sama.

"Iya lo, lebih baik jika kita melakukannya bersama-sama."ucap Sekar menimpali.

"Itu memang lebih baik, tapi sebaiknya kalian aja yang pergi."jawab Rizel yang tidak ingin menjadi halangan bagi ketiga temannya itu, apalagi mereka terlihat sangat bersemangat dan antusias tentang hal itu. Rizel juga tidak yakin kalau dia akan mendapatkan seseorang hanya dalam waktu yang tersisa, mengingat bagaimana keadaannya saat ini.

Bukan Rizel tidak ingin jatuh cinta lagi, tapi Rizel juga tidak tahu kalau hatinya akan menjadi mati rasa seperti ini. Semua orang yang mencoba mendekatinya tidak mampu membuat Rizel merasa nyaman. Jangankan untuk menyukai mereka atau jatuh cinta kepada mereka, membalas pesannya saja Rizel tidak bersemangat sehingga ia sering mengabaikan pesan-pesan yang datang dan akhirnya mereka menghilang begitu saja.

Saat ini Rizel tidak berani mengharapkan sesuatu yang besar, karena ia juga tidak mengerti apa yang mau dirinya sendiri. Rizel hanya ingin seseorang yang membuatnya ingin cepat-cepat membalas pesan orang tersebut, atau orang yang selalu ia tunggu untuk menghubunginya. Rizel tidak berharap ia untuk jatuh cinta dengan cepat karena itu terlalu sulit untuknya. Rizel seakan mati rasa terhadap sebuah hubungan romantis meski terkadang di dalam hatinya ia juga ingin jatuh cinta lagi.

"Berhubung kita bertiga udah ada jadi misi kita saat ini adalah untuk mencarikan Rizel pasangan."ucap Risa yang sebenarnya sedikit kesal dengan Rizel yang tak mau mencoba itu.

"Lagian bukankah harusnya kamu mengikuti yang mayoritas, ini cuma kamu doang lo, masak iya rencananya gagal gara-gara kamu."Risa berbicara dengan manis tapi perkataannya menusuk ke hati Rizel. Risa mengatakannya dengan ekspresi lembutnya dengan senyuman manisnya, tapi bagi Rizel itu tidak terdengar ramah sama sekali.

"Gimana aku mengikutinya, kalau keadaannya gini. Enggak bisa dipaksakan juga."ucap Rizel yang sedikit kesal dengan Risa, namun jelas ia berusaha untuk menutupinya. Rizel hanya tidak mau keadaan menjadi canggung karena perdebatan mereka ini.

"Makanya kamu harus mencarinya segera, kita juga bisa bantuin kok, asal kamunya mau usaha."jawab Risa yang ingin mencarikan pasangan untuk Rizel.

"Atau kita bisa minta Irfan untuk mengenalkan temannya kepada kamu, itu mah gampang kalau kamunya mau."ucap Risa meyakinkan Rizel.

"Aku udah usaha kok,"jawab Rizel yang tidak bisa menyembunyikan kekesalannya.

"Usaha dari mana?"tanya Risa meremehkan Rizel, jelas bagi Risa ia tidak melihat Rizel berusaha sama sekali.

"Aku berusaha kok, lagian aku kan enggak harus menunjukkan kepada orang lain usaha yang aku lakukan."jawab Rizel yang tak mau membiarkan Risa bersikap seenaknya kepada dirinya, lagian ucapan Risa juga telah menyakiti Rizel dan membuat Rizel tidak nyaman. Lagian menurut Rizel jomblo ataupun tidak, itu bukanlah sesuatu hal yang harus diributkan.

Rizel hanya berpikir bahwa Risa tidak mengerti tentangnya sama sekali, padahal ia harusnya mengetahui dan mengerti keadaan Rizel saat ini. Rizel juga tidak pernah menutupi tentang perasaannya yang mati rasa itu kepada Risa, hanya saja ia memang tidak pernah berbicara tentang laki-laki, yang membuat Risa berpikir bahwa Rizel sebenarnya takut terhadap laki-laki atau semacam memiliki trauma.

"Berusaha apanya, kalau kamu memang berusaha harusnya kamu memperhatikan penampilan kamu. Kamu mulai menggunakan make up dan jadi cewek sebenarnya."ucap Risa yang juga kesal karena Rizel terus mengajaknya berdebat.

Jika Rizel dan Sekar suka berdebat dalam konteks bercanda yang blak-blakan, tapi jika dengan Rizel dan Risa, itu seperti dua orang yang tidak pernah memiliki satu pemikiran yang sama. Mereka selalu berdebat tentang banyak hal, dan bersikeras dengan pendapat mereka masing-masing dan harus ada yang melerai sebelum hal itu semakin parah. Tapi anehnya sampai detik ini mereka masih berteman.

"Terus aku apa sekarang, cewek jadi-jadian."ucap Rizel sarkas, jelas ia merasa terhina mendengar ucapan Risa itu. Apalagi Risa mengkritik penampilannya, hanya karena tidak sesuai dengan apa yang diinginkan Risa. Rizel juga tidak bisa menerima kritikan itu, karena itu adalah pilihan dia, kenyamanan dia, dan tidak ada yang benar dan salah tentang penampilannya, hanya perbedaan minat saja yang membuat mereka berbeda, menurut Rizel itu bukan masalah besar.

"Rizel itu udah usaha lo, usaha dengan Do'a."kali ini Sekar mencoba menengahi perdebatan dua orang yang semakin memanas itu. Sekar sudah melihat ekspresi Rizel berubah, meskipun Risa masih dengan ekspresi tersenyumnya tapi menurut Sekar senyuman Risa itu menyebalkan saat ini. Meskipun bukan dia yang dikritik tapi ia juga sakit hati jika penampilannya menentukan keaslian gender yang kamu miliki, kamu perempuan sebenarnya atau tidak.

"Iya lo, usaha yang paling baik itu berdoa. Kamu enggak tahu apa kekuatan Doa itu luar binasa."Kalila ikut menimpali untuk mencairkan suasana.

"Kenapa luar binasa, luar biasa kali."jawab Risa yang tersenyum mendengarkan ucapan Kalila itu. Tapi Rizel sudah terlanjur kesal, jadi ia hanya diam saja dengan wajah yang ditekuk. Rizel memang sedikit sulit mengontrol dirinya, ekspresinya sulit untuk berbohong meski ia berusaha untuk menutupinya.