"Kak...?"
"Tenanglah." Ares memegang tangan Riku, lalu menariknya dan mengarahkannya untuk berdiri di belakangnya.
"Apa seperti ini?! Sambutan terhadap calon komandan kalian?!"
Para prajurit itu saling menatap satu sama lain. Mereka sama sekali tidak mengerti apa maksud dari perkataanya.
"Kenapa, kalian tidak tahu? Apa Raja Agung tidak memberitahu kalian? Wajar saja itu terjadi, karena kalian bukanlah siapa-siapa dan hanya prajurit biasa."
Ares memberanikan dirinya untuk bersikap sedikit angkuh, agar dirinya terlihat hebat dan kuat di hadapan para prajurit tersebut.
Riku mencoba menarik-narik kecil baju Ares, dan memberinya tanda untuk tidak memancing amarah dari para prajurit tersebut.
Meski saat itu Ares berakting cukup bagus, namun tetap saja dia tidak mampu menutupi rasa takutnya dari Riku.
Riku dapat mengetahuinya dari tangan Ares yang tidak berhenti gemetar saat menggenggamnya.
Salah satu penjaga merasa geram dan hendak maju untuk menyerang Ares, namun penjaga yang lain menghentikannya.
"Bukankah mereka penyusup yang kemarin?"
"Hey, sudah kubilang kan. Aku ini bukan penyusup! Jadi jaga ucapan mu, ya!"
"Ada yang tidak beres." Bisik penjaga lain.
"Kau! Kenapa kembali lagi kesini?"
"Aku memiliki kesepakatan dengan Raja Agung. Jadi lebih baik, kalian segera mengantarkan ku padanya."
Kegelisahan terlihat jelas dalam raut wajah Riku saat itu.
"Sepertinya kemarin telah terjadi sesuatu, lebih baik kita antarkan saja."
"Kau benar."
Salah satu prajurit memberikan tanda kepada yang lainya untuk memasukan kembali senjata mereka, dan merekapun melakukannya.
"Baiklah, jika kau memang tamu Sang Raja Agung, kami minta maaf atas kelancangan kami. Tapi jika bukan, kami akan memotong seluruh bagian tubuhmu."
"Eh, minta maaf macam apa itu."
Para penjaga kastil pun mengantarkannya untuk menemui Sang Raja Agung.
"Kak, besar sekali!"
"Ini...?" Saat itu Ares melihat ada sesuatu yang berbeda.
Kastil tersebut terlihat lebih bersih dari sebelumnya, bahkan sangat bersih. Dan nampaknya seseorang dengan jumlah yang sangat banyak telah membersihkannya.
Tidak ada satupun debu yang tercium atau terlihat di sepanjang ruangan yang mereka lalui.
Udara dari dalam kastil tersebut terasa lebih segar, bahkan sesekali tercium aroma wewangian yang sangat menyegarkan nafas.
Meski dari luar terlihat seperti kastil berhantu, namun ternyata dari dalamnya sangatlah luar biasa.
Segala unsur kemewahan yang selalu menjadi ekspektasi, kini telah menjelma menjadi sebuah eksistensi yang nyata. Dan semua hal itu membuat Riku sangat takjub melihatnya.
"Ah, mereka datang." Scarra berlari menuju kursi singgasananya.
Saat itu Scarra hanya sendiri, dan sedang tidak ditemani oleh yang lainnya.
Kemudian salah satu penjaga masuk dan menghadap. "My Lord, seseorang bernama Ares mengaku telah membuat kesepakatan dengan Anda. Dan dia ingin bertemu dengan Anda."
"Ah... Sudah datang rupanya. Ya sudah, bawa orang itu masuk!" Ucap Scarra dengan suara yang dibesar-besarkan agar terlihat gagah.
"Baik, My Lord!"
Kemudian penjaga tersebut pergi dan menjemput Ares yang saat itu berada diluar ruangan.
Ares berjalan dan seketika langsung bersujud. "My Lord!"
Dan apa yang dilakukan Ares saat itu, Riku langsung menirunya.
"Jadi kau kembali rupanya."
"Tentu saja, My Lord. Orang bodoh mana yang sanggup menolak tawaran hebat ini."
"Hahahaha...." Scarra tertawa untuk memperlihatkan sisi kesombongan seorang penguasa.
"Nampaknya memberinya sebuah potion adalah hal yang tepat."
Scarra kemudian memberi tanda kepada para penjaga untuk segera pergi meninggalkan ruangan tersebut, dan merekapun melakukannya.
"Ketahuilah, ini adalah pilihan terbaik untukmu."
"Tentu saja, My Lord."
Saat itu Riku hanya bisa menunduk dengan perasaan khawatir di dalam hatinya.
"Jadi kau membawanya, ya."
"I-Iya... Saya tidak bisa meninggalkannya, Saya harap Anda memakluminya."
"Tentu saja. Gadis, angkat kepalamu dan sebutkan namamu!"
Riku terlihat sangat gugup, tangannya gemetar, hatinya pun berdebar dan dia tidak tahu harus berbuat apa.
Meski tanda-tanda tersebut mirip dengan gejala jatuh cinta, namun kenyataanya tidak demikian. Tanda tersebut lebih mengacu kepada rasa takut yang berlebihan, yang saat itu sedang Riku rasakan.
"Riku! Apa yang kamu lalukan? Cepat sebutkan namamu!"
Riku kemudian memberanikan dirinya untuk mengangkat kepalanya.
"Na-Namaku Riku, M-My Lord...."
Rambut putih yang panjang terurai dengan rapih, kulit putih dan bersih terlihat dibalik pakaiannya, bibir yang tipis serta lembut dengan warna merah muda yang merupakan warna alaminya, membuat wanita ini terlihat sangat cantik.
Meski menggunakan pakaian yang sederhana dan bahkan terlihat lusuh, namun hal itu tidak lantas menutupi kecantikan alaminya.
Dan segala bentuk keanggunan seorang wanita tergambar seluruhnya pada sosok diri Riku.
"Eh, ini beneran apa hanya perasaanku saja? Dia benar-benar terlihat mirip sekali dengan Yuki."
Scarra menjadi tidak fokus dan sedikit teringat kepada Yuki, namun dia berusaha mengaburkannya.
"Baiklah, dengarkan baik-baik! Aku akan menjelaskan sesuatu pada kalian, dan penjelasan ini tidak akan diulang!" Teriak Scarra.
Kemudian Scarra menjelaskan apa-apa yang akan dia berikan kepada mereka.
Mereka tidak perlu lagi mengkhawatirkan makanan, tempat tinggal maupun perlengkapan. Scarra benar-benar akan menjamin kelangsungan hidup mereka.
Scarra juga berjanji bahwa dirinya akan membuat mereka menjadi lebih kuat, dan menjadikannya sebagai salah satu komandan pasukannya.
Namun sebagai gantinya, mereka berdua harus mengabdikan dirinya untuk melayani Scarra selamanya.
Mereka harus patuh dan melaksanakan segala perintahnya tanpa mempertanyakannya.
Mendengar penjelasan tersebut, Riku menjadi merasa semakin khawatir. Dia sangat takut apabila Sang Raja nantinya akan memberikan sebuah perintah, yang memaksanya untuk melakukan suatu hal yang tidak-tidak.
Namun entah apa yang mempengaruhi pikiran Ares saat itu, sehingga membuatnya merasa sangat yakin.
Ares sangat yakin bahwa Scarra adalah Raja yang terhormat, dan Raja yang terhormat tidak mungkin melakukan hal yang biadab.
Ares pun mencoba meyakinkan Riku. "Dengar, jika dia ingin melakukan apa yang kamu khawatirkan, mungkin dari tadi dia sudah melakukannya.
Kata-Kata dari Ares menyadarkannya. Dia akhirnya berpasrah diri dan mengikuti segala keputusan yang akan diambil Kakaknya.
"Baiklah, dengan begini kalian telah menjadi bagian dari anggota keluarga kerajaan XStrike. Sekarang ikut aku! Aku akan memperkenalkan kalian dengan yang lainnya.
Kemudian Scarra pun membawa mereka menuju ruangan rahasia miliknya.
Di dalam ruangan itu, Maggie dan Cezar sedang melakukan riset dan mempelajari suatu hal dengan buku-bukunya.
"Masuklah!" Seru Scarra.
Bagaimana bisa ada sebuah ruangan dengan pintu yang menyatu dengan dindingnya. Setidaknya itulah yang ada dipikirkan Ares saat pertama kali melihat pintu ruang rahasia dibuka.
"Yuki...?!" Teriak Maggie dari kejauhan.
"Hahaha... Aku kira hanya Aku yang berfikir seperti itu!" Sahut Scarra.
"Eh, kenapa bisa? Dia mirip sekali dengan Yuki!"
Maggie menghampirinya lalu mencubit-cubit pipinya. Kemudian dia juga memutarinya dan memperhatikannya dengan seksama.
"Eehhh... Warna rambutnya sama, bahkan Tingginya juga sama!"
"MMM... Oppainya juga sama." Scarra melirik ke arah payudara milik Riku.
Wajah Riku memerah, dan dia menjadi salah tingkah saat Maggie mencubit dan memeriksa tubuhnya.
"Kau mirip sekali! Siapa namamu?" Sapa Maggie.
"Ri-Riku... Eh, Anu...?"
"Kak, Maggie! Kamu boleh panggil aku Kakak saja." Memotong pembicaraan.
"Baiklah, K-Kak...."
"Kakak...? So dewasa banget dia pake pengen di panggil Kakak segala." Scarra tertawa kecil.
"Ayo Riku, Ikut aku!" Maggie menarik tangannya. "Eh, tangan kamu dingin sekali!"
Kemudian Maggie menyalakan tempat perapian yang ada di dalam ruangan tersebut.
"Kemarilah, hangatkan tubuhmu!"
"Ya." Riku berjalan ke arah Maggie dengan rasa sedikit tidak percaya.
Riku tidak menyangka bahwa dirinya akan diterima dan diperlakukan seperti ini oleh anggota keluarga kerajaan.
Maggie dan Riku duduk bersama di depan perapian. "Riku, apa kamu suka membaca?"
"MMM..." Dengan wajah yang manis, Riku menganggukkan kepalanya.
"Benarkah? Buku seperti apa yang kamu baca?"
Maggie mengambil beberapa buku dari tempatnya, lalu menunjukannya satu persatu kepada Riku.
"Apa kamu suka buku ini?" Riku menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis. "Bukan? Kalau ini?" Riku masih menggelengkan kepalanya. "Ah, apa tentang sejarah? Sihir? Atau mungkin Memasak?"
"Sebenarnya... Yang Aku suka hanyalah buku dongeng. Karena waktu Aku kecil, ibuku sering membacakannya. Hehehe..."
Scarra mengamati Maggie dan Riku dari kejauhan, dia tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Yang jelas, dari kejauhan wajah mereka terlihat berseri-seri dan bahkan sesekali tertawa bersama.
Kemudian Scarra beranjak pergi dan mengajak Ares untuk membahas rencananya lebih lanjut.
"Cezar! Ikutlah denganku. Boys time!"
"Siap, Boss!"
Bersambung.