Kesedihan
Melani tidak tahu sudah berapa lama ia berlari dengan cepat, rasa lelah pada kakinya tidak begitu ia rasakan. Karena rasa pedihnya, sudah mengalahkannya.
Dengan napas yang tersengal, Melani sudah tiba didepan ruang penanganan khusus. Pintu tingkap besar itu, masih tertutup rapat. "Apa yang terjadi? Ayah…" gumam Melani dengan perasaan sedih.
Tenaga Melani sepertinya sudah terkuras habis, kedua kakinya sudah mulai terasa lelah dengan kedut yang mulai ia rasakan. Sehingga membuat Melani bersandar pada sisi dinding, dan setelahnya denga segera tubuhnya merosot dengan cepat.
"Hk… hk…" Ucap Melani dengan isak tangisnya, lalu ia mengeluarkan ponsel yang berasal dari dalam sakunya. "Aku harus menghubungi Kak Rangga, tidak… aku harus menghubungi Fanny… Tidak… sepertinya bunda… Achh… sialan… disaat seperti ini aku tidak bisa berpikir dengan benar."
在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者