webnovel

Prolog

Sofia, seorang manager di sebuah perusahaan ternama. Dia berusia tiga puluh lima tahun dan masih lajang bukan karena tidak ada yang mengejarnya tapi karena dia tidak percaya pada cinta. Dia trauma pada masa kecilnya. Orang tuanya bercerai ketika dia masih kecil. Sofia dan ibunya diperlakukan tidak manusiawi oleh ayahnya setelah perceraian itu dan dia tidak diakui sebagai anak oleh ayahnya. Dia dan ibunya hidup dalam kemiskinan tanpa bantuan keuangan dari ayahnya padahal ayahnya adalah orang yang sangat kaya. Untungnya Sofia selalu mendapat bea siswa selama pendidikannya karean dia pandai, dia di rekrut perusahaan tempatnya bekerja dua belas tahun yang lalu dan kerja kerasnya mengantarnya menjadi seorang manager.

Sofia bukanlah manager yang biasa, dia seorang yang bertangan dingin dimana keputusan yang dia ambil selalu memberi keuntungan untuk perusahaan. Wajahnya yang cantik terlihat dingin dan mengerikan karena dia jarang sekali tersenyum. Hampir sebagian besar karyawan tak menyukai nya terutama yang berada di bawah kepemimpinannya karena dia orang yang keras dan tidak mentolerir kesalahan, Sofia bukannya tidak tahu kalau di belakangnya anak buahnya menyebutnya "perempuan tua", nenek sihir,perawan tua dan segudang sebutan lainnya. Sofia tak pernah merisaukan hal-hal seperti itu karena baginya itu bukan hal penting.

Aksa adalah anak pemilik perusahaan tempat Sofia bekerja, dia berusia dua puluh tujuh tahun, Aksa bertubuh tinggi dan tampan, dia mempunyai banyak penggemar teutama para gadis yang sangat mengidolakannya. Sebenarnya Aksa lebih suka menjadi model seperti yang dijalanimya selama ini tapi ayahnya memaksanya untuk mengelola salah satu perusahaan yang dimilikinya.

***

Hari ini adalah hari pertama Aksa memulai kehidupannya sebagai direktur, saat dia datang para staf berdiri menyambutnya dan tersenyum dengan hormat kepadanya. Bisik-bisik para karyawan perempuan memenuhi telinganya karena mereka mengenalinya sebagai model yang terkenal dan juga karena mereka mengagumi wajah tampannya. Aksa berjalan dengan jumawa menuju ruangannya, saat melewati sebuah ruangan dia melihat seorang perempuan terlihat serius di depan laptopnya dari pintu ruangan yang sedikit terbuka. Aksa penasaran siapa perempuan yang berani mengacuhkannya itu.

"Itu ibu Sofia, manajer pemasaran kita, Orangnya memang serius dan jarang dan seorang work aholic, perusahaan sangat beruntung mempunyai karyawan seperti dia", jelas asistennya Devan.

"Setelah ini, kumpulkan semua pimpinan perusahaan termasuk para manajer, aku mau tahu program kerja dari masing-masing divisi," katanya pada Devan saat dia telah berada di ruangannya. Dia duduk di kursinya dan memainkan jarinya di atas meja,"Jam sepuluh!"

"Baik. Tuan." Devan mengangguk dan undur diri dari hadapan Aksa.

Di dalam ruangannya Sofia masih sibuk membuat kalkulasi untuk promosi penjualan produk terbaru mereka 'Arabelle'. perusahaan berencana untuk melakukan launching Arabelle bulan depan. Arabelle adalah rangkaian produk kecantikan wajah mulai dari pembersih, penyegar, bedak, lipstik, foundation dan produk-produk lainnya yangh menyasar kelas atas. Sofia yakin Arabelle bisa diterima masyarakat berdasar riset pasar yang sudah dilakukan.

Sofia tersenyum kecil saat dia telah menyelesaikan perhitungannya. Wajahnya kembali menjadi dingin saat aiphone di mejanya berbunyi. Dia hanya mengatakan 'ya' saat orang di ujung sana mengabarkan agar jam sepuluh berkumpul di ruang meeting untuk bertemu dengan direkur yang baru dengan membawa program kerjanya. Sofia memandang jam tangan mewah di tangannya kemudian menyiapkan beberapa dokumen yang akan dibawanya ke ruang meeting. Masih ada satu jam lagi sebelum datang ke sana, Sofia memutuskan untuk mengecek beberapa dokumen pemasaran yang perlu ditanda tanganinya.

Ruangan masih sepi saat Sofia memasuki aula, jam di dinding masih menunjukkan angka jam sepuluh kurang sepuluh menit. Sofia adalah seorang yang tepat waktu, dia sangat membenci orang yang datang terlambat. Menjelang jam sepuluh semua sudah berkumpul Aska di aula. Ayah Aska juga hadir tak lama kemudian bersama para direksi menunggu sang direktur baru.

Sepuluh menit lewat dari jam sepuluh tapi sang direktur belum juga kelihatan batang hidungnya. Sofia mulai gelisah sementara para manajer yang lain tampak asyik mengobrol satu sama lain. Sofia duduk menyendiri sedikit terpisah dari karyawan yang lain dan itu adalah pemandangan yang biasa.

Aksa yang sedang memainkan game di laptopnya terkejut saat Devan masuk dan mengabarkan semua sudah hadir di aula dan menunggu Aksa.