"Dimana Alexa? Bagaimana keadaan nya sekarang", tanya Nathan yang panik saat melihat Jason yang sedang diam menunggu di depan bagian Psikologi.
"Ada apa dengan Alexa? Kenapa kamu kelihatan panik sekarang padahal saat dia demam kamu terlihat biasa saja?", tanya Nathan sambil mencengkram badan Jason.
"Jason bicara, aku makin tidak tenang kalau kamu tidak mau bicara", teriak Nathan lagi.
"Lebih baik tuan diam sekarang. Ini semua sebenarnya salah tuan juga jadi sebaiknya tuan pikirkan lagi tentang pernikahan kalian", ujar Jason dengan erangan menahan emosi. Dengan kasar dia tepis tangan Nathan yang mencengkram tubuhnya.
"Apa maksudmu? Siapa kamu berhak berkata seperti itu?", herdik Nathan.
"Trauma Alexa tidak akan muncul kembali kalau kamu tidak memaksanya untuk hamil", teriak Jason.
"Tuan tuan tolong tenang. Ini rumah sakit", ujar seorang perawat yang berjalan melintas di dekat mereka.
"Trauma.... Trauma apa?", tanya Nathan pelan.
"Trauma melihat orang yang melahirkan", ujar Jason hampir tidak terdengar.
"Apa maksudmu?", tanya Nathan. Jason lalu duduk di kursi tunggu begitu pula Nathan duduk di samping Jason dengan muka penasaran.
"Sewaktu kamu memaksa dia menikah dulu, saya mengira dia sudah melupakan traumanya makanya saya membiarkan kamu menikahi dia. Kalau saya tau seperti ini jadinya, saya akan tarik dia untuk menjauhi kamu dan tidak akan membiarkan kamu menikahi dia", geram Jason.
"Apa hak kamu ha? Siapa kamu bagi Alexa? Kamu hanya kacungnya saja", ujar Nathan kesal.
Nathan begitu tersinggung mendengar perkataan Jason yang sebenarnya tidak setuju dia dan Alexa menikah.
"Atas kewajiban yang diberikan alm Indra Pratama sebelum beliau menutup mata untuk selamanya. Atas dasar saya satu-satunya wali Alexa secara hukum maka saya berhak untuk bisa mencegah Alexa menikahi kamu. Itu hak istimewa yang diberikan alm kepada saya yang berkekuatan hukum", herdik Jason.
"Kenapa kamu mau mencegah kami menikah kalau kamu tau seperti sekarang keadaannya. Alexa bahagia hidup bersamaku", ujar Nathan makin kesal.
"Dia memang bahagia sampai kamu mengungkit untuk meminta anak darinya. Kamu ngga tau kan kenapa Alexa tidak mengunci pintunya kalau tidur di rumah saya? Itu karena dia teringat kembali traumanya dimasa itu dan saya satu-satunya suara yang bisa mengembalikan kesadarannya", ujar Jason keras.
"Katakan padaku apa trauma Alexa? Kenapa dia tidak bahagia saat harus memiliki anak? ", tanya Nathan tidak mengerti.
"Alexa trauma melihat darah persalinan. Ibunya meninggal saat melahirkan adiknya. Itu terjadi di depan mata nya, darah persalinan ibunya banyak tergenang di depan Alexa saat kami mendapatkan dia di rumah saat itu. Alexa sempat membantu ibunya namun ibu dan adiknya tidak tertolong lagi dan itu menjadi trauma Alexa. Saat itu ia baru berumur 10 tahun", ucap Jason bagaikan petir di siang bolong bagi Nathan yang mendengarkan nya.
"Apa kamu bilang? Alexa mengalami itu semua? Astaga apa yang telah aku lakukan? Aku menyakiti wanita terpenting dalam hidupku", ujar Nathan sambil meremas rambutnya sendiri terkulai duduk disamping Jason.
"Itulah kenapa Alexa tidak mau hamil karena melahirkan membuatnya mengingat ibunya lagi. Kejadian hari ini pun membuat dia mengingat hal itu lagi. Ada karyawati kami yang tiba-tiba air ketuban nya pecah di depan Alexa membuat dia kembali mengingat kejadian itu. Alexa langsung tidak sadarkan diri. Saya tidak tahu apakah Alexa akan menutup dirinya lagi kali ini", ujar Jason pelan.
"Jason masuklah, Alexa sudah sadar. Dia sepertinya menutup dirinya lagi. Kamu panggilan dia lagi Jason", ujar dokter psikologi pribadi Alexa, dr Indria. Jason langsung bangun dan masuk ke ruangan demikian juga Nathan.
"Kamu siapa? tolong biar Jason saja yang masuk", cegar dr Indria pada Nathan.
"Tak apa dokter, dia suami Alexa. Biar dia yang coba tarik Alexa lagi biar kesadaran nya kembali pulih", ujar Jason.
Dr Indria memberi jalan kepada Nathan dan Nathan langsung masuk lalu duduk di samping tempat tidur Alexa. Alexa tampak duduk tapi pandangan nya kosong.
"Sayang ini aku. Maafkan aku sayang, ini salahku. Aku janji ngga akan mengungkit soal anak lagi sayang. Alexa aku mencintaimu, kembalilah sayang", ujar Nathan lembut sambil tetap menggenggam tangan Alexa.
Tak ada reaksi apapun dari Alexa. Pandangan nya tetap kosong. Jason juga mendekati Alexa memegang tangan yang satu lagi.
"Ale aku disini. Aku Jason Ale. Ale kembalilah jangan seperti ini lagi Ale", ujar Jason lembut.
Masih tak ada reaksi. Alexa hanya diam saja tanpa reaksi apapun. Tiba-tiba Jason berdiri dan menampar pipi Alexa. Nathan kaget melihat Jason seperti itu.
"Ale jangan menjadi seperti ini lagi. Kamu bukan anak lemah, kematian ibu dan adik mu bukan kesalahan mu. Ale kembali hadapi semua jangan sembunyi lagi. Ale aku akan selalu pegang janjiku padamu dan pada ayahmu. Aku selalu ada untukmu. Jangan sembunyi lagi. Aku ada disini Ale", teriak Jason.
" Aaaaahhh.... Aahhhh.... Aaahhhh", Alexa menjerit.
Jason langsung menarik Alexa kedalam pelukan nya dan Alexa langsung menangis dalam pelukan Jason.
"Jason.... itu banyak darah Jason.... Ibu Jason.... darah itu dan itu banyak sekali Jason", teriak Alexa disela tangis nya.
"Tuan Nathan tolong peluk Ale, dia butuh kamu juga", ujar Jason melepaskan pelukannya.
Nathan langsung serta merta memeluk Alexa dan Alexa sempat berontak namun saat melihat Nathan, ia memeluk Nathan erat.
"Maafkan aku sayang. Aku ngga akan memaksa kamu lagi. Maafkan aku", ucap Nathan.
"Nathan aku ngga bisa untuk punya anak. Aku ngga mau hamil Nathan. Aku ngga bisa... Maafkan aku", ujar Alexa dalam isak tangis nya.
"Iya sayang. Aku ngga akan memaksa kamu untuk hamil lagi. Ngga sayang. Kita cukup berdua aja. Aku pasti akan selalu membahagiakan kamu sayang. Aku mencintaimu", ujar Nathan lembut.
Tak lama Alexa terkulai lemas dan Nathan menoleh ke samping, dia melihat dr Indria seperti menyuntikkan obat penenang dalam infus Alexa.
"Biar dia istirahat dulu, kesadarannya sudah kembali jadi biar dia istirahat dulu", ujar dr Indria sambil mengatur tetesan infus Alexa.
Nathan meletakkan tubuh Alexa kembali di tempat tidur dan menyelimuti Alexa.
"Terima kasih sudah membantu menyadarkan Alexa tuan", ujar Jason pelan.
"Tak perlu berterimakasih. Itu kewajiban aku suaminya menjaga Alexa. Tadi kamu memanggil dia dengan Ale?", tanya Nathan.
"Ale itu panggilan Alexa dari ibunya. Sejak ibunya meninggal, Alexa tidak mau dipanggil Ale lagi. Jadi kami tidak pernah panggil dia dengan panggilan itu lagi", ujar Jason.
"Kamu memang pantas disebut kakak Alexa", ujar Nathan memeluk Jason.
"Tuan bisa tinggalkan Alexa, biar saya yang jaga dia", ujar Jason.
"Seorang suami selalu ada di dekat istrinya jadi aku akan jaga istriku. Kamu kembalilah, tolong bantu Alexa dengan urusan kantornya. Tinggalkan Alexa padaku", ujar Nathan.
"Baiklah, saya pergi. Titip adik saya. Ada pekerjaan yang harus saya urus hari ini", ujar Jason.
Di depan pintu kamar, dia kembali menoleh melihat ke arah Alexa dan kemudian dia keluar kamar bermaksud kembali ke kantornya untuk kembali bekerja.
Nathan menjaga istrinya, duduk disamping tempat tidur dengan selalu menggenggam erat tangan Alexa yang tertidur nyenyak.