"Kamu mual-mual lagi?"Nyonya Diana menghampiri Arini yang tidak sengaja mendengar Arini mual-mual di dapur.
"Maaf nyonya. Akhir-akhir ini saya mual-mual terus."Arini berterus terang kepada Nyonya Diana siapa tahu Nyonya Diana tahu apa masalah yang tengah dialaminya.
"Masak dia ya hamil."batin Nyonya Diana sambil menatap Arini dengan cemas. Sudah dua kali ini Nyonya Diana menciduk Arini mual-mual lagi. Dulu saat Nyonya Diana hamil juga sering-sering mual seperti Arini. Dan mual itu tanda-tanda orang hamil. Dalam hati Nyonya Diana tidak percaya dan ragu kalau Arini tengah hamil. Tapi kalau dilihat-lihat ciri-ciri orang hamil itu mirip seperti yang dialami Arini sekarang.
"Apa kamu sering mual-mual seperti ini?"Nyonya Diana menatap Arini dengan serius. Dia berusaha memastikan lagi.
"Ya nyonya saya juga bingung kenapa saya sering mual seperti ini."kata Arini sambil menatap Nyonya Diana. Sepertinya Nyonya Diana tahu akan permasalahan yang tengah dihadapinya itu.
"Apa kamu telat datang bulan?"Nyonya Diana mulai terlihat panic saat bertanya.
"Bulan kemarin memang saya belum Nyonya. Dan bulan ini juga belum."Arini mengingat-ingat kapan terakhir dia datang bulan,
"Astaga. Mana mungkin."Nyonya Diana langsung menutup mulutnya. Dia menduga tanda-tanda yang dialami Arini memang mengarah kesitu. Arini bingung dengan apa yang sedang ada dipikiran majikannya itu. Kenapa bisa mencecarnya dengan beberapa pertanyaan aneh itu.
Nyonya Diana langsung menarik tangan Arini menuju kamar tamu yang ada di depan. Arini hanya bisa menurut saja walaupun dikepalanya dia juga tidak tahu apa yang akan dilakukan kepadanya. Setibanya di dalam kamar, Nyonya Diana menyuruh Arini untuk tetap duduk diam di atas kasur itu. Sedangkan Nyonya Diana keluar kamar dan langsung menutup pintunya. Arini hanya bisa mengernyitkan alisnya pertanda semakin bingung dengan apa yang dilakukan oleh majikannya itu.
Setelah beberapa menit menunggu Nyonya Diana yang tak kunjung masuk, tiba-tiba pintunya terbuka dan muncullah seorang dokter perempuan masuk ke dalam kamar lalu diikuti Nyonya Diana dari belakang. Seketika Arini langsung berdiri dari kasur empuknya. Kemudian dokter tersebut menyuruh Arini untuk berbaring di kasur sedangkan Nyonya Diana menunggu diluar. Arini ingin bertanya kepada dokter tersebut tapi berhubung dokter tadi sudah menyuruhnya tidur jadi pertanyaannya sementara dipendamnya dulu. Mungkin setelah dokter memeriksanya dia akan mengajukan pertanyaannya.
Setelah memeriksa Arini dokter tersebut langsung keluar menghampiri Nyonya Diana dan meninggalkan Arini yang masih berbaring di kasur.. Arini semakin tambah bingung dibuatnya. Bukannya Dokter tersebut memberitahukannya mengenai penyakitn yang ada ditubuhnya. Karena akhir-akhir ini dia sering mual-mual.
"Dokter Nia, gimana keadaannya? Apa dia hamil?"Dokter baru menutup pintu kamar tamu sektika Nyonya Diana menghampiri Dokter Nia.
"Ya dia tengah hamil muda bu. Dan usia kandungnnya baru satu bulan"jawab dokter tersebut dengan santai.
"Astaga Arini."Nyonya Diana tidak menyangka kalau Arini sampai hamil. Soalnya selama ini Arini dianggapnya sebagai anak yang baik-baik dan tidak pernah pergi keluar jalan-jalan dengan cowok.
"Memangnya dia sudah menikah ya bu? Soalnya kalau dilihat-lihat wajahnnya masih imut-imut gitu kayak masih anak-anak yang baru lulus SMA."Dokter Nia agak terkejut saat hasil pemeriksaannya menyatakan kalau anak yang didalam itu tengah hamil muda. Memang kalau dilihat dari wajah Arini menunjukkan muka-muka polos dan terlihat imut kayak anak baru lulus SMA. Dan kenyataannya memang benar kalau Arini baru lulus SMA.
"Apa kondisi kandungannya sekarang baik-baik saja?"Nyonya Diana mengalihkan pertanyaan dokter Nia. Seperti yang diketahui kalau Arini baru saja lulus SMA dan belum menikah.
"Baik-baik saja kok. Cuma pesan saya, dia jangan sampai kecapekan."pesan Dokter Nia kepada Nyonya Diana.
"Ya sudah kalau gitu dok, makasih ya."Nyonya Diana tidak mau berlama-lama berbicara dengan dokter pribadinya. Dia tidak ingin masalah Arini atau lebih tepatnya aib Arini diketahu orang lain selain dirinya sendiri.
Setelah dokter pribadinya pulang, Nyonya Diana cepat-cepat masuk ke kamar Arini. Dia sudah menyimpan beberapa pertanyaan yang akan diajukan kepada Arini. Perasaan kaget, bingung, tidak percaya menjadi satu pada diri Nyonya Diana. Orang yang selalu disayangnya dan diperhatikannya karena masih terlihat kayak anak-anak dan sudah dianggapnya sebagai anak sendiri tiba-tiba membuat kabar yang mengejutkan.
Arini melihat kehadiran Nyonya Diana dengan raut muka tidak biasa seperti hendak marah kepadanya. Padahal kalau dipikir-pikir selama ini dia tidak pernah berbuat kesalahan lantas kenapa majikannya terlihat marah seperti itu. Arini membenarkan posisinya menjadi duduk yang awalnya tiduran di kasur.
"Saya nggak menyangka kalau kamu bertindak sejauh ini? Apa yang membuatmu harus seperti ini?"Nyonya Diana tiba-tiba mendekatinya dan menatap matanya dengan serius.
"Nyo���nya kenapa?Apa yang nyonya maksud. Saya nggak paham."tanya Arini dengan keheranan.
"Ini yang membuatku tidak percaya kalau kamu bisa hamil. Kamu terlihat polos. Terus saya juga nggak pernah lihat kamu bermesraan dengan cowok kenapa kamu sampai hamil. Bukankah kamu belum menikah?"ungkap Nyonya Diana. Mendengar perkataan Nyonya Diana barusan serasa jantungnya lepas dari posisinya. Hidupnya seperti sudah berhenti dan tidak berlanjut.
"Apa maksud nyonya? Hamil?"Arini mengulangi perkataan majikannya lagi. Dia masih tidak percaya kalau dirinya dianggap hamil..
"Ya kamu tengah hamil sekarang."Nyonya Diana mengulangi lagi perkataannya biar Arini bisa mendengarnya dengan jelas. Seketika mulut, hati dan jantung Arini terkunci tidak bisa apa-apa selain merasakan pukulan palu godam besar yang mengenai tubuhnya. Pukulannya bisa dia rasakan hingga sampi tulang-tulangnya. Ditambah lagi nafasnya terasa sesak dan dadanya seperti dililit tali yang begitu panjang hingga membuatnya seperti berhenti bernafas.
"Siapa yang menghamili kamu? Siapa Arini?"Arini masih diam saja karena masih syok dengan apa yang baru didengarnya. Sedangkan Nyonya Diana masih mempunyai beberapa pertanyaanya yang akan dilayangkan kepada Arini.
Arini masih terdiam seribu bahasa. Apa yang selama ini ditakutkannya benar-benar terjadi padanya. Disaat dia sudah benar-benar pulih dari keterpurukan dan kehancurannya kemarin setelah Panji merenggut mahkotanya yang sangat berharga yang selalu dijaganya itu kini timbul masalah baru yang membuatya kembali harus terpuruk ke dalam jurang yang paling dalam. Dan kini semakin lengkaplah kehancuran yang dialaminya.
Nyonya Diana tidak pernah berbohong kepadanya selama ini. Jadi apa yang dibilang majikannya barusan pasti benarlah apa adanya. Walaupun dalah hatinya masih tidak percaya akan ucapan Nyonya Diana barusan. Pandangan Arini kini mulai kabur dan pikirannya serasa tidak bisa digunakannya untuk berpikir dan mencerna apa yang baru saja terjadi padanya, Ingin rasanya dia membantah perkataan majikannya itu tapi rasanya dia sudah tidak memiliki daya lagi.
Tiba-tiba pandangannya buram dan berakhir dengan gelap. Dia sudah tidak sadarkan diri atau pingsan. Nyonya Diana melihatnya langsung panic. Kemudian Arini langsung direbahkan di atas kasur.
"Arini bangunlah."Nyonya Diana mengoleskan minyak kayu putih ke jari telunjuknya lalu di dekatkan ke hidurng Arini.
"Arini kamu baik-baik saja kan."Nyonya Diana terus mendekatkan jari-jarinya di dekat hidung Arini. Tapi tetap saja Arini masih belum sadarkan diri.
Nyonya Diana menunggu Arini hingga sadar dan bangun dari pingsannya. Dia tahu kalau Arini baik-baik saja tapi sekarang mungkin jiwanya tengah terguncang karena kehamilannya itu yang sangat mengejutkannya.
Nyonya Diana kini hanya bisa menunggu Arini sampai bangun dengan mondar mandir di samping kasur Arini. Tatapannya yang terus tertuju kearah Arini dan pikirannya yang terus memikirkan ketidak percayaannya Arini memang hamil. Sedangkan perasaannya masih diselimuti dengan rasa bingung, heran, kasihan, khawatir menjadi satu. Itu wajar dialaminya karena Arini sudah dianggap seperti anaknya sendiri walaupun kenyataannya Arini adalah pembantu di rumahnya.