Saga yang melihat Stella ketakutan, menyeringai, kemudian berkata, "Jadi, apa kau mau menjadi wanitaku?"
"Tidak…" jawab Stella dengan cepat.
Saga sudah menjadi lebih tidak saat saat mendengar jawaban Stella, lalu segera berkata, "Baiklah, maka aku terpaksa melakukan ini. "
Kemudian, Saga mengambil sebuah batang besi yang diletakkan di sudut ruangan, lalu mengambil batang besi dan memukul kaki wanita itu dengan keras. Stella dapat mendengar suara tulang yang remuk dengan jelas, dan wanita itu bahkan tidak bisa berteriak kesakitan karena sudah sangking lemas tubuhnya.
Dia kemarin, hanya dapat menguping, kali ini dia dapat melihat adegan berdarah dan brutal secara langsung, membuat Stella ketakutan dan tubuhnya lemas.
Saga sangat puas dengan reaksi Stella. Dia meletakkan batangan besi yang berlumuran darah itu, berjalan menuju Stella, dan berkata dengan penuh penekanan, "Stella. Jangan coba-coba membohongiku. Jika tidak, kau akan berakhir sepertinya, mengerti?"
Stella yang mengerti maksud Saga, menjadi sangat ketakutan jika pria itu mengetahui hubungan di antara mereka. Maka, Saga sudah pasti akan melakukan sesuatu yang sama kejamnya padanya seperti wanita di depannya.
Namun, dia menjadi yakin akan bercerai dengan Saag saat sudah mengetahui sifat kejam pria itu.
Juga, jika Saga tahu jika dirinya adalah Dera, pria itu pasti akan langsung ....
Stella langsung menggeleng-gelengkan kepalanya saat memikirkan nasibnya nanti.
Tiba-tiba ponsel Stella berbunyi, dan dia langsung mengeluarkan ponsel dari tasnya. Saat melihat nama si penelpon, dia kembali gugup.
Ayah Saga! Bagaimana ini? Angkat atau tidak?! batin Stella takut.
"Siapa yang menelepon? tanya Saga.
Stella yang terkejut, menjatuhkan ponselnya.
Sedangkan, Saga yang melihat ekspresi Stella yang ketakutan, langsung membungkuk dan berniat mengambil ponsel yang dijatuhkan wanita itu.
Melihat hal ini, Stella ketakutan hubungan mereka akan terungkap jika Saga tahu Frans, ayahnya, yang menelepon dirinya.
Oleh karena itu, Stella langsung memeluk pinggang Saga untuk menahannya mengambil ponselnya.
Saga berhenti saat merasakan pelukan Stella. Dia kemudian memegang kedua tangan Stella dan berkata dengan sedikit bercanda, "Kenapa memelukku, Stella?"
Stella pura-pura batuk, kemudian berujar, "Ada banyak darah di sini, dan aku merasa tidak nyaman mencium aromanya. Bisakah kau mengantarku keluar dari sini?"
Saga melepaskan pelukannya dan berbalik menghadapnya,dan memandangnya dengan curiga, "Apa kau benar-benar tidak nyaman di sini?"
Stella menjadi panik dan mencoba untuk mempertahankan ekspresi tenang di wajahnya, lalu tersenyum. "Iya, aku tidak nyaman di sini."
"Benarkah?" tanyanya Saga lagi yang terlihat masih curiga padanya.
Stella segara mengangguk.
"Baiklah, aku akan mengantarkanmu keluar dari sini" ujar Saga, kemudian berjalan, namun berhenti kembali dan berbalik, memandangnya dengan ekspresi aneh.
Melihat ini, Stella mengepalkan kedua tangannya dan bertanya dengan gugup, "K-kenapa? A-apa yang kau inginkan?"
"Cium aku" jawan Saga.
Stella tersentak kaget dan memelototinya, dan menjadi kesal. "Apa tidak ada pilihan lain?"
"Tidak" jawab Saga.
Stella melirik ponselnya di bawah, yang masih berbunyi, kemudian berkata, "Jika aku menciummu, kau akan segera membawaku pergi dari sini, kan?"
Saga mengangguk dan menatapnya dengan tenang. Ekspresi aneh diwajah Saga membuat Stella menjadi tidak nyaman.
Dia menggigit bawah bibirnya dan menarik napas dalam-dalam, kemudian menghembuskannya.
Agar Saga tidak terus memperhatikan ponselnya di bawah, Stella berjinjit dan dengan cepat mencium pipi Saga. "Sudah?"
"Ya." Saga merasa puas saat Stella menurut untuk menciumnya dan dia masih ingin merasakan bibir lembut wanita itu di pipinya. Namun, dia tidak bisa memaksa Stella kembali menciumnya karena Saga tahu wanita itu akan menolaknya dan membencinya.
Stella kemudian buru-buru membungkuk dan mengambil ponselnya, dan dengan sengaja menderingkan nada dering ponselnya, kemudian kembali berhadapan dengan Saga.
Setelah itu, mereka berdua pergi dari ruangan bawah tanah.
Setelah keluar, Stella kembali mengingat janjinya makan malam dengan Frans.
Jadi, dia bertanya kepada Saga, "Galang, apa kau masih ada sesuatu yang ingin dibicarakan denganku? Jika tidak, aku akan pergi dulu karena aku ada urusan lain."
Saat hendak menjawabnya, ponsel Saga berbunyi dan dia segera menjawabnya, lalu menutup kembali teleponnya saat selesai berbicara.
"Ada sesuatu di perusahaan yang perlu aku tangani, dan kita akan bertemu kembali lain hari" ujar Saga.
Stella hanya bisa mengangguk dan dia melihat Saga masuk ke dalam mobilnya dan pergi.
Setelah Saga pergi, Stella segera mengeluarkan ponselnya lagi dari tasnya.
Saat melihat beberapa panggilan tak terjawab dari Ayah Saga, dia segera meneleponnya balik, "Ayah, ada apa?"
"Tidak ada apa-apa, hanya ingin mengingatkanmu tentang makan malam kita nanti" jawab Frans. Jangan lupa, ya. " Stella mendengar itu, menghela napas lega karena mengira mengira ada sesuatu yang penting tadinya, namun Frans hanya mengingatkan tentang makan malam.
"Ayah, jangan khawatir, aku akan datang tepat waktu" ujar Stella.
Tiba-tiba, dia kembali mengingat Saga dan segera bertanya, "Ayah, apa Saga juga akan datang untuk makan malam nanti?"
Jika Saga akan kembali malam ini, maka dirinya bisa berada dalam masalah.
Pria itu kejam dan jika Saga tahu Stella itu Dera, Saga benar-benar akan membunuhnya. Oleh karena itu, dia harus berhati-hati dan menyembunyikan identitasnya dari Saga.
Sedangkan, saat mendengar nada khawatir Stella. Frans merasa bersalah karena telah membohongi Stella, kemudian berkata, "Dera, kau tahu sendiri Saga sibuk bekerja, jadi mungkin dia tidak bisa datang untuk makan malam."
Mendengar itu, Stella menjadi lebih tenang.
"Ayah, akan segera ke sana" ujar Stella.
"Bagus, bagus ..." kata Frans dengan antusias.
Menurutnya, Dera lebih peduli padanya daripada Saga yang hanya bisa membuatnya marah.
Setelah mengucapkan salam, Frans segera menutup teleponnya.
Kemudian, dia segera Saga dan berencana untuk mengingatkannya lagi agar datang makan malam dan memanfaatkan kesempatan itu untuk meminta maaf pada Dera.
Di sisi lain, Saga yang baru saja kembali dari kantornya, mendapat telepon ayahnya.
"Jangan lupa apa yang aku katakan padamu terakhir kali. Hari ini, Dera akan datang untuk makan malam, dan kau juga harus datang. Manfaatkan kesempatan ini untuk membujuk Dera" ujar ayahnya langsung usai dia mengangkat teleponnya.
Saat Saga memikirkan akan bertemu dengan Dera, dia menjadi kesal dan segera berkata "Aku sibuk."
Frans yang mendengar itu, tidak peduli apa Saga sibuk atau tidak, baginya yang paling penting saat ini adalah membujuk Dera. Dia kemudian mengancam Saga, "Jika kau tidak aku marah, maka kau harus datang ke sini sebelum jam enam sore. Ya, itu saja."
Setelah berbicara, dia menutup teleponnya tanpa menunggu balasan Saga.
Sedangkan Saga menjadi sangat kesal.
Dia berpikir jika Dera masih sama seperti tiga tahun lalu, masih membujuk ayahnya agara Saga menurut padanya.
Lihat saja, Dera! Berapa lama pria tua itu masih bisa melindungimu dan membelamu! batinnya.
__________
Saat sampai di rumah ayah Saga, pria itu dan asistennya, Heri, menyambutnya dan terlihat sangat senang saat Stella datang.
Frans memperhatikan Stella lekat-lekat, dan berkata, "Belum beberapa hari sejak aku bertemu denganmu terakhir kali, kenapa tubuhmu bertambah kurus? Apa kau kesulitan dalam pekerjaanmu? Tidak malah jika kau merasa kesulitan dan jika benar-benar merasa bosan, Ayah akan memberikanmu modal untuk memulai bisnismu sendiri, Dera."
Stella sedikit tercengang mendengar perkataannya. Dia tidak tahu jika dirinya terlihat kurusan.
Dia kemudian segera menjawab, "Tidak perlu, Ayah. Aku sangat menyukai pekerjaanku saat ini dan aku juga tidak sedang ingin memulai bisnismu sendiri."
Ayah Saga menghela napasnya dan membalas, "Baiklah, aku juga tidak bisa memaksamu. Jangan bekerja terlalu keras. Jika pekerjaan ini sulit, kau bisa mengatakannya padaku."
Lalu, mereka mengobrol sebentar. Namun, Stella kembali mencium aroma darah di tubuhnya.
Aroma itu semakin kuat yang membuatnya merasa tidak nyaman. Dia juga kembali mengingat kondisi wanita yang tergantung di bawah tanah tadi.
Stella yang menjadi lebih pusing, berkata, "Ayah, aku tidak bisa tidur nyenyak tadi malam. Aku ingin istirahat sebentar."
"Oke, kalau begitu pergilah istirahat di kamar. Aku akan memanggilmu nanti saat sudah waktunya makan malam" ujar Frans.
Stella mengangguk dan segera bangkit, kemudian berjalan ke arah tangga, menuju kamar di lantai atas.
Setelah sampai di kamar, Stella langsung masuk ke kamar mandi yang ada di sana dan melepas pakaian yang sepertinya terciprat darah dan merasa lega saat sudah melepaskannya.
________
Di sisi lain, Saga yang sampai di beranda rumah segera disambut oleh Heri.
Pria itu segera berkata, "Tuan Saga, Tuan Frans sedang mengurus sesuatu di ruang kerjanya. Tuan Frans ingin Anda menunggunya di perpustakaan. Dia berkata ingin membicarakan sesuatu dengan Anda."
Saga mengangguk dan tidak berkata apa-apa, langsung masuk ke dalam rumah, kemudian menaiki tangga dan menuju perpustakaan di lantai atas.