Ini adalah kisah ku, Syarah Fadilah nama panjang ku, umurku 19 tahun, aku adalah seorang mahasiswa di salah satu sekolah ilmu pendidikan di kota ku, aku tinggal di sebuah kota yang indah nan asri, sawah yang membentang sejauh mata memandang, gunung yang indah berjejer bak permata hijau yang selalu memanjakan siapapun yang melihatnya.
Hai angin apa kabar kau di hari ini? , semoga baik dan akan selalu baik, karena disini aku tengah bahagia bahkan aku sangat bahagia, aku yang tengah merasakan kegelisahan luar biasa akibat guncangan gemuruh suara tetangga yang selalu nyinyir bak kilat yang selalu menyambar tak pandang bulu yang selalu membuatku dilema setiap yang di dzoliminya, akhirnya aku menemukan jalan keluarnya.
Kau tau apa yang membuat aku bahagia? Alhamdulillah atas berkat dan karunianya yang maha kuasa, akhirnya aku di terima mengajar di sebuah sekolah menengah kejuruan di luar kota yang artinya aku tidak akan mendengar lagi semua nyinyiran orang orang itu "yeyyy...."
akhirnya aku terbebas dari belenggu yang selalu menyakiti ku, akhirnya aku bisa pergi dari sini, trimakasih trimakasih ya Allah" itu yang selalu aku impikan dan selalu ku minta dalam setiap do'a di seperempat malam terakhir ku.
Semoga saja setelah ini aku akan mendapat bahagia, bahkan harapan ku keindahan akan selalu berpihak pada ku itu yang aku impikan selama ini.
***
Hari ini akhirnya waktu yang ku tunggu tunggu tiba, aku telah berkemas dari tadi malam, waktu pun telah menunjukan jam 04:00 aku telah bersiap sejak pagi pagi sekali dan selesai sholat subuh aku akan berangkat menuju terminal bus menuju ke Bandung dan dilanjutkan ke Indramayu tempatku bekerja nanti, sembari ku menunggu adzan tiba aku memainkan ponselku dan menghubungi sahabatku Reina yang telah lebih dulu mengajar disana.
"assalamualaikum Rei"
"waalaikumsalam, iya Syar kapan kamu berangkat?"
"pagi ini setelah sholat"
"oh iya... pokoknya setelah di Bandung langsung nyari bus Indramayu ya... nanti kalo udh Bandung hubungi aku"
"oke... Bu bos laksanakan"
" pokoknya harus hubungi... jangan enggak..."
" iya bawelll..."
"bukannya bawel, aku takut kamu nyasar... kamu kan baru pertama kali pergi keluar kota, dan ini sendiri, aku takut kamu kenapa kenapa"
"iya... becanda Rei insyaallah aku nggk akan kenapa-kenapa kok... tenang aja aku sudah besar nggk akan terjadi apa apa"
" semoga Allah melindungi kamu ya... inget handphone, dompet jangan di simpan di tas harus di simpan disaku depan, jambret dan copet di kota besar itu ganas kamu harus banyak dzikir dan tetap waspada ya"
"iya siap Bu bos...aku denger petuah kamu kok, trimakasih ya... udah adzan aku mau sholat dulu ya, habis itu mau langsung berangkat".
"oh iya .... hati hati ya... jangan lupa nanti hubungi aku ya"
"iya siap... assalamualaikum"
"waalaikumsalam"
aku pun mengakhiri percakapan itu, setelah selesai sholat aku di antar ayah ku menuju ke terminal bus, ayah yang membonceng ku dengan motor bebeknya begitu sangat pelan melaju, seakan tidak ingin berpisah dengan anak semata wayangnya, sebenarnya begitu sangat berat bagi ku meninggal kan ayah sendiri, karena sejak lama ibu ku telah meninggalkan kami, ibuku meninggal ketika melahirkan ku, aku tak pernah di belai oleh tangan seorang ibu namun bagi ku ibuku adalah ayah ku, karena dia adalah sosok yang sangat menyayangi ku, dia membesarkan ku seorang diri, dia menjalankan tugasnya sebagai seorang ayah dan mencari nafkah namun di sisi lain dia pula menjalankan tugasnya sebagai seorang ibu, dari mulai mengajari ku membaca, menulis, mengaji, bahkan dari aku bayi dia yang mengurus ku sembari di bantu adik perempuan nya, namun kini bibi telah menikah. Sejak aku usia 8 tahun aku telah banyak belajar dari ayah mulai dari membereskan rumah, mencuci piring, mencuci baju walau masih kotor, memasak walau kadang ke asinan atau ke manisan, ayah tak pernah marah padaku, dia selalu memuji semua yang aku lakukan, itu yang membuat aku kagum dan sangat menyayangi nya dan satu lagi dia adalah laki laki yang sangat setia bahkan hingga sekarang 19 tahun kepergian ibu ku, dia adalah pria favorit ku aku selalu bermimpi agar kelak aku saat mendapatkan seorang suami setia sepertinya.
Tak terasa ternyata jarak begitu sangat pendek hingga ban motor pun telah sampai di tempat tujuan.
"ayah... ara berangkat ya"
kutatap dalam wajah sawo matang yang sudah mulai berkerut, air mata terlihat berlinang di matanya, dia tak mengatakan apapun, ketika ku sodorkan tangan ku tiba tiba dia memeluk ku begitu erat, masih teringat di benak ku hembusan angin dari mulutnya itu tengiang di telinga ku.
" Ra... ayah sangat menyayangi mu, hari ini kamu akan tinggalkan ayah... ayah tak menyangka kamu akan tega meninggalkan ayah sendiri, ayah selalu berharap kamu akan selalu berada di sisi ayah Ra... ayah nggk tau ayah bisa tidak hidup tanpa kamu... ayah takut nak... kamu bakalan pulang lagi kan nak?"
" sudah yah.. jangan ngomong begitu... Ara nggk tega mendengarnya... ini semua Ara lakukan demi cita cita ayah.... ara ingin ayah bahagia.... ara ingin bantu ayah... ara saya Ng ayah... ayah jangan khawatir Ara bisa jaga diri nanti Ara pulang jadi sarjana dan jadi guru PNS seperti cita cita ayah"
ayah ku pun melepaskan pelukannya dan mengecup keningku sebagai salam perpisahan, sangat berat rasanya kaki ini meninggalkan laki laki yang begitu dekat dengan ku, namun demi merealitakan cita citanya aku pun terpaksa harus melangkahkan kaki pergi dari dekapan nya yang selama ini meng hangatkan ku dan memberi kenyamanan itu.
akhirnya buspun melaju dengan air mata yang tak terbendung lagi dia melepaskan ku dengan penuh rasa yang tak bisa di ucapkan, tak terasa air mata ku pun terurai dan tak terbendung, maafkan aku Ayah....
***
akhirnya aku pun sampai di Indramayu tepatnya di desa kandang hawur, Reina yang telah menunggu ku di pinggir jalan Pantura melambaikan tangannya, dan aku pun turun dari bus.
"Syarah..."
teriaknya antusias, sontak akupun memeluknya.
" Reina.... aku kangen banget"
"sama.... kamu baik baik aja? gimana perjalanan mu?"
aku pun menceritakan pengalaman perjalanan pertama ku ini, hingga tak terasa akupun spasi di mes tempat aku mengajar, dan dia mengenalkan satu persatu pengajar yang ada di Mess itu, aku juga di ajak berkeliling menyusuri tiap ruangan yang ada disana, sungguh luas sampai aku tak mengingat satu persatu ringan itu, hari pun sudah mulai gelap aku yang sudah merasa lebah akhirnya istirahat dan menyiapkan mental untuk perkenalan besok. Akhirnya hari pertama ku berawal dengan sempurna dan bahagia, aku memulai awal itu dengan bismillah dan semuanya tidak ada kendala.
Hingga tak terasa sudah satu Minggu aku mengajar di sini, dan hari ini aku tengah di sibukkan dengan kegiatan reuni Akbar dari siswa yang telah lulus di sekolah jurusan kelautan ini, aku tak menyangka akan terlibat dengan acara sebesar ini dan aku di tugaskan sebagai MC, ini adalah pengalaman pertama ku awalnya aku benar benar ragu tapi Reina terus memberi ku semangat agar aku percaya diri.
"asli Rei.... aku nggk pede"
"jangan ngomong gitu Ra... apa yang kamu fikir itu yang akan terjadi, coba kamu mikirnya bisa...bisa... bisa, aku yakin kamu pasti bisa, kamu inget alam bawah sadar kita yang menentukan apa yang bisa kita lakukan itu, jadi sugesti nya harus positif, toh waktu SMA aja kamu biasa kan jadi MC?"
"Iya... tapi itu dulu kan"
"ya iya... dulu waktu SMA aja bisa, masa udah jadi guru SMA nggk bisa heheheh..."