webnovel

Kita Pindah Rumah Saja (2)

編輯: Wave Literature

Liburan musim dingin kali ini, keluarga Shen Mochen dan keluarga Taozi harus dengan teliti memilih sebuah keputusan. Hingga mereka memutuskan untuk membeli satu unit rumah di bagian tenggara daerah terpencil itu. Tidak jauh dari pintu rumah itu terdapat koridor yang dipenuhi dengan bunga-bunga cantik menggantung di atasnya. Lalu, ketika berjalan sedikit ke arah utara, mereka akan menemui taman cantik dengan jembatan kecil dan air mancur indah di tengah tamannya.

Setelah rumah tersebut dibeli, mereka pun mulai sibuk mendekorasi. He Yue dan Ibu Taozi bersemangat untuk merenovasi rumah baru mereka. Kedua perempuan itu setiap hari bertemu untuk membicarakan apa yang harus direnovasi. Dari interior rumah itu, bahan apa yang harus mereka gunakan, dan bentuk rumah seperti apa yang bagus. Lalu, mereka berdua kembali ke rumahnya masing-masing untuk membicarakannya dengan suaminya. Kedua pria dewasa itu mendengar penjelasan istrinya dengan sabar dan menerima pendapat istri mereka. 

Kegiatan renovasi rumah itu berlangsung selama setengah tahun lamanya, hingga liburan musim panas kelulusan Shen Mochen. Setelah nilai ujian kelulusannya keluar, Shen Mochen diterima di SMP nomor 1 di kota itu dengan lancar.

Untuk merayakan kelulusan ujian penting pertama yang dilakukan Shen Mochen, kedua keluarga tersebut memutuskan untuk sama-sama pindah rumah. Hanya saja, dia yang menjadi aktor penting dalam perayaan ini justru sama sekali tidak menunjukkan ekspresi senang apapun.

Ayolah! batin mereka semua ketika melihat ekspresi Shen Mochen.

Urusan pindah rumah ini entah itu cepat atau lambat sama sekali tidak ada bagusnya. Ditambah lagi, alasan Shen Mochen yang diterima di SMP ternama, hal itu semakin membuat dirinya sengsara.

Sejak awal, proses renovasi ini terus dipantau oleh He Yue dan Ibu Taozi, dan yang lainnya harus pergi bekerja dan sekolah. Karena itu, bahkan para pekerja yang bekerja untuk mereka pun juga sedikit tidak senang. Ketika menunggu hingga pindah ke rumah baru mereka, Taozi baru menyadari kalau ibunya membuat sebuah pintu ditembok ruang tamu kedua ruangan tamu mereka. 

Dengan begitu, bagian dalam kedua rumah keluarga ini tersambung. Mudahnya, orang lain yang melihat dari luar benar-benar mengira kalau itu adalah dua rumah yang berbeda. Namun setelah mereka masuk, mereka baru menyadari kalau sejak awal itu hanyalah satu rumah. Dan balkon di lantai atas yang awalnya terpisah oleh tembok, seketika dirobohkan dan langsung dijadikan menjadi satu balkon yang luas.

"Bagaimana?" tanya Ibu Taozi kepada ayah Taozi. Ekspresinya sangat percaya diri sembari menunggu pujian atas kepintarannya.

Ayah Taozi berjalan kesana-kemari ketika menyusuri balkon tersebut. Raut wajahnya ternyata tidak seperti apa yang Ibu Taozi inginkan. Raut wajahnya merah padam saat berjalan ke arah Ibu Taozi, "Kamu merubah balkonnya? Kalau begitu Shen Mochen bisa dengan bebas langsung masuk ke rumahku?" tanyanya.

"Iya dong! Taozi juga bisa mencari Chen Chen kapanpun dan dimanapun," jawab Ibu Taozi dengan senyum percaya dirinya.

"Taozi ini sudah remaja. Kalau tiba-tiba anak laki-laki itu berbuat tidak senonoh pada Taozi bagaimana?!" tanya ayah Taozi yang sangat gelisah ketika mengetahui hal ini. Seharusnya, sejak awal dia tahu kalau rumahnya akan direnovasi seperti ini, semua ini adalah kesalahannya. Seharusnya, sejak awal dia tidak memberikan semua tugas renovasi itu kepada Ibu Taozi. 

"Cukup! Taozi itu masih berusia 10 tahun, bahkan dia belum pubertas. Tidak senonoh apanya?! Kalau Shen Mochen berani melakukannya, lebih baik aku memberikan margaku kepadamu. Kamu belum pernah lihat apa, sejak kapan Shen Mochen pernah membalas ciuman Taozi ketika dia tiap kali berusaha keras untuk mencium Shen Mochen?" tanya ibu Taozi.

Namun, ayah Taozi hanya menggoyangkan kepalanya dan menyanggah, "Eh eh, sudah cukup! Itu sangat terlambat kalau kita membicarakan hal ini setelah Taozi pubertas."

"Ya sudah, kamu beli saja batu dan semen sendiri, lalu batasi balkon ini!" jawab Ibu Taozi dengan kesal. Lalu, dia meninggalkan suaminya dan berjalan ke rumah Shen Mochen. 

Meskipun ayah Taozi masih kecewa dan marah, tapi apa yang baru saja dia katakan hanyalah asal bicara. Dia hanya ingin mengungkapkan apa yang dia rasakan. Kalaupun jika dia serius untuk membeli semen untuk membangun pembatas diantara balkon itu, dia juga tidak bisa melakukannya...