Xiao Zhan merasakan kedua matanya sangat panas.
Perlahan setetes air mata mengalir di pipi. Untungnya Mary dan Fida tidak sedang berada di sana. Jika mereka ada di sana, mungkin Xiao Zhan akan merasa sangat malu.
"Eum ... kalau begitu, a-aku akan tidur duluan," pamit Xiao Zhan kemudian bergegas menuju kamar.
Lebih sakit dari sikap dingin ataupun bekal yang tidak pernah disentuh oleh pria itu. Hari ini terasa jauh lebih menyakitkan. Entah apa salahnya sehingga Yibo selalu bersikap seperti ini. Tidakkah pria itu bisa membuka hati?
Xiao Zhan tahu pasti bahwa pernikahan mereka memang berlandaskan bisnis. Namun, dia tidak menyangka bahwa suaminya benar-benar seperti patung es.
Malam itu, Xiao Zhan berbaring menyamping di ranjangnya. Ranjang besar itu terasa dingin dan sepi tanpa kehadiran sang suami. Kemudian setetes air mata kembali jatuh. Xiao Zhan menangis, meluapkan segala kekesalan dan kesedihannya.
Ceklek ...
在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者