Keesokan harinya, Jeni masuk kentor seperti biasanya. Dia juga bekerja dengan baik. Walau disebut-sebut sebagai calon istri Wili, tetap saja Jeni menjalankan tugasnya dengan baik. Jeni tak mau besar kepala. Dia sudah kenal dan mencintai Wili sedari dulu, bahkan saat Wili belum menjadi apa-apa, belum menjadi CEO seperti sekarang. Jeni telah mencintai Wili apa adanya, bahkan saat tak memiliki apa-apa. Dia juga tak mau mengulangi kesalahannya yang dahulu, yang terpaksa menggadaikan harga diri hanya karena kebutuhan ekonomi.
Jeni juga sudah bertekad di dalam hatinya tak akan mengecewakan almarhum mamahnya. Dia akan terus berjuang dengan cintanya pada Wili. Walau pun sampai saat ini, Jeni masih merasa aneh dengan sikap Wili yang tak seperti dulu. Tak sehangat dulu, tak konyol dulu. Jeni berpikir kalau sikap Wili seperti itu memang karena dirinya sendiri yang telah menorehkan luka kepadanya dahulu.
在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者