webnovel

Bab38. Terpaksa Mengaku

Bian mengetuk pintu rumah Diandra, rumah yang diakui Diandra sebagai rumah temannya, Bian sudah menunggu Diandra di rumah sewa itu, tapi tak kunjung datang dan bahkan balasan pesan pun tidak ada.

Bian sudah peringatkan tentang itu, tapi Diandra tidak memperdulikannya, jadi biarkan saja sekarang Bian kembali menemuinya di rumah itu.

Maya membuka pintu dan terdiam menatap Bian, fikirannya mulai menerka jika itu adalah Bian, lalu bagaimana karena sekarang Bian sudah ada di rumah itu.

"Mana, Diandra?"

Maya mengangkat sebelah alisnya, tidak mungkin Maya memanggil Diandra, Diana masih ada bersama Diandra, dan pasti akan mengikuti Diandra jika pergi darinya.

"Mana, Diandra?" ulang Bian.

Maya berpaling sesaat, dan tersenyum pada Bian.

"Kenapa, mana wanita itu?"

"Diandra, di dalam, dia lagi makan."

"Jam segini masih makan, jam makan malam sudah lewat."

Maya mengangguk perlahan, lalu apa yang harus dikatakannya, tidak mungkin jika Maya mengatakan jika Diandra sedang bersama Diana.

"Kenapa diam saja, pertanyaan ku terlalu sulit untuk kamu jawab?"

"Tidak, hanya saja Diandra memang masih makan, dan kalau kamu tidak percaya maka aku tidak tahu harus jawab apa lagi."

Bian mengangguk, baiklah Bian terima jawabannya, tapi meski begitu Bian tidak akan pergi dari sana sebelum bertemu dengan Diandra.

"Boleh aku masuk?"

"Hah ...."

Maya menggaruk kepalanya yang tak gatal, kenapa harus bertanya seperti itu, kenapa tidak pergi saja bukankah dia mengatakan menunggu Diandra di rumah sewa itu.

"Oke, lebih kamu saja yang keluar?"

"Maksudnya?"

Bian tak menjawab dan menarik Maya untuk keluar, Bian lantas menutup pintu dan membawa Maya duduk di teras.

"Kamu siapa sih?" tanya Maya.

"Aku Bian, mana mungkin Diandra tidak cerita tentang aku."

"Tapi ada urusan apa kesini, dan ini bukan jam Kantor?"

"Aku kesini, karena Diandra yang tidak menemui aku, aku sudah katakan kalau akan kembali jika Diandra tidak menemui aku."

Maya diam, tentu saja Maya tahu dan ingat itu, tapi bagaimana caranya Diandra pergi jika Diana belum juga tidur.

"Rumah siapa ini?"

Maya menoleh tanpa menjawab, kenapa Maya merasa takut untuk menjawab bohong pada Bian.

"Ibu itu, Ibu siapa?"

Maya masih tetap diam, apa yang harus dikatakannya, Maya tidak boleh jujur tapi terlalu takut untuk berbohong.

"Pendengaran kamu yang kurang, atau kosakata kamu yang kurang, kamu tidak mengerti dengan pertanyaan ku?"

Maya berpaling, apa Maya panggilkan Diandra saja sekarang, lidahnya terasa kelu dan sulit untuk berkata.

"Jawab," ucap Bian menarik tangan Maya.

Maya kaget dengan tarikan itu, keduanya bertahan dalam tatapan satu sama lain.

"Katakan, jangan buat aku curiga, atau memang benar Diandra memiliki niat lain dengan mendekati aku sekarang."

Maya menggeleng dan berusaha menarik tangannya, tenaga Bian sepertinya terlalu kuat saat ini.

"Jawab."

"Aku tidak tahu."

"Siapa kamu, di rumah ini?"

Maya menelan ludahnya dengan susah payah, kapan Diandra akan keluar, apa Diandra tidak merasa heran dengan Maya yang pergi begitu lama.

"Jawab, apa harus aku marah sama kamu?"

Maya menggeleng, Maya hanya membantu Diandra menjaga Diana saja, Maya tidak ingin dilibatkan dalam permasalahan mereka berdua.

"Jawab."

Maya menunduk, nada bicara Bian sudah tidak biasa lagi sekarang, pasti semakin lama suaranya akan semakin keras dan sudah pasti Diana akan bisa mendengarnya juga.

"Ja ...."

"Iya Iya," ucap Maya memotong kalimat Bian.

"Biar aku panggilkan, Diandra."

"Tidak perlu, aku perlu jawaban kamu sekarang, jadi katakan, siapa kamu di rumah ini, siapa Ibu itu dan rumah siapa ini?"

Maya menghela nafasnya, perasaannya seperti akan menghadapi kematian saja, Maya takut dengan tatapan Bian saat ini.

"Masih diam?"

Bian mengeratkan genggamannya di tangan Maya, membuat wanita itu meringis kesakitan, kini rasa takutnya semakin kuat menekannya.

"Katakan, kalau kamu berani berbohong, kamu akan dapatkan akibatnya."

"Rumah ini, rumah ...."

"Maya."

Keduanya menoleh bersamaan, Maya langsung menarik tangannya dan menjauh dari Bian.

Bian tersenyum dan mengangguk, kakinya terayun mendekati Diandra di sana.

"Kamu disini?" tanya Diandra.

"Seperti yang kamu lihat, apa yang kamu lakukan, sampai tidak sempat untuk sekedar membalas pesan ku?"

Diandra melirik Maya di sana, dan berisyarat agar Maya masuk saja, Maya mengangguk dan berjalan melewati keduanya, tapi lagi-lagi Bian menahan tangan Maya.

Dua wanita itu saling lirik, tangan Maya terasa dingin dalam genggaman Bian, jelas sudah pasti ada yang ditutupi oleh dua wanita itu.

"Tidak ada yang masuk, kalian berdua harus tetap disini."

"Maya harus menjaga Ibunya di dalam."

"Apa benar seperti itu?"

Diandra diam, apa pun keadaannya Diandra harus bisa bersikap setenang mungkin, Bian pasti bisa percaya padanya.

"Kamu mau ketemu aku kan, ya sudah biarkan saja Maya pergi."

"Tapi sekarang, aku juga butuh Maya untuk ada disini."

"Untuk apa?"

Bian melirik Maya yang seketika itu menunduk, Bian tidak bisa memganggap biasa sikap Maya yang seperti itu.

"Kenapa kamu menunduk, kamu belum menjawab pertanyaan aku, jawab paling tidak satu pertanyaan saja."

"Sudahlah Bian, mau tanya apa sih, kamu tanya sama aku saja."

"Kamu diam."

Diandra mengernyit dan diam, Diandra melirik dua orang itu bergantian, apa yang sudah mereka bicarakan sejak tadi.

"Jawab, Maya."

"Aku ...."

Maya kembali diam, apa yang harus dikatakannya sekarang.

"Ini ada apa sih?" tanya Diandra.

"Siapa wanita ini, siapa Ibu itu, dan rumah siapa ini?"

"Ini rumah Maya, itu Ibunya Maya, kenapa sih kok maksa gitu?"

"Jangan berani macam-macam sama aku, Diandra."

"Macam-macam apa?"

"Siapa mereka berdua?"

"Ini Maya, dan di dalam ada Ibu ...."

"Diandra, Diandra jangan dekati mereka, mereka jahat."

Kalimat Diana berhasil menghentikan kalimat Diandra, ketiganya saling lirik satu sama lain.

"Apa maksudnya?" tanya Bian.

"Diandra, kamu harus sama Ibu disini, mereka jahat, kamu tidak boleh pergi, Diandra."

Diana mulai histeris di dalam sana, Maya dengan cepat menarik tangannya dan masuk dengan menutup pintunya rapat.

"Maya," panggil Bian.

"Bian, cukup."

Diandra menahan Bian yang hendak menyusul Maya, Bian menoleh dan mengangguk.

"Jelaskan, aku tidak pernah terima dibohongi."

Diandra diam, kalau Diandra tidak langsung menemui Diana, keadaan akan semakin kacau.

"Oke, ini rumah aku, dan Ibu adalah Ibu aku, Maya hanya orang yang aku bayar untuk mengurusi Ibu aku."

"Jadi kamu membohongi aku selama ini?"

"Tidak, aku hanya ...."

"Diam!"

Diandra Diam, tidak keras tapi jelas jika Bian berniat membentaknya.

"Aku percaya sama kamu, aku mengabaikan perkataan buruk Agista tentang kamu, tapi ini kenyataannya?"

"Bian."

"Diam, silahkan masuk."

Bian berlalu begitu saja tanpa peduli sedikit pun dengan panggilan Diandra.