Selama dua hari terakhir, Hei Xian fokus melatih teknik bela diri. MEski begitu, hasilnya tidak seperti yang ia bayangkan. Hambatan, tepatnya kecacatan yang tubuh Hei Xian miliki terlampau sulit untuk diperbaiki hanya dalam beberapa hari.
"Sialan, progres yang dipenuhi omong kosong. Ini seperti diminta berlari sejauh sepuluh kilometer, namun progres ku baru berjalan sebesar dua puluh centimeter."
Hei Xian menyeka keringat di dahinya, tubuhnya masih sedikit gemetar akibat latihannya barusan. Ia tahu, jika terus melanjutkan teknik ini tanpa bantuan apapun, ia hanya akan membuang-buang waktu. Selain itu tubuh mudanya mungkin tidak mampu bertahan dalam waktu lama.
"Kurasa akan lebih baik jika aku jadikan permasalahan seni bela diri ini sebagai kegiatan sampingan dulu. Sekarang aku fokus melatih fisik agar bisa menggunakan dua gift ku dengan efisien. Jika aku fokus ke bela diri yang progresnya lambat ini, serta menelantarkan pelatihan fisik, aku bisa-bisa dimakan saudaraku yang lain."
Hei Xian fokus melatih fisiknya di ruangannya. Melakukan push up, sit up di pagi hingga sore hari. Ketika malam telah tiba, semua orang sudah terlelap, Hei Xian berlatih di luar, tepatnya berkeliling kediaman sembari berlari. Membentuk stamina yang menjadi kelemahan terbesarnya saat ini.
Meski ia memiliki latihan dan waktu yang tepat untuk berlatih, hambatan lainnya muncul. Hei Xian, meski tidak diganggu oleh pelayan beberapa hari ini, tapi ia tidak memiliki makanan yang layak.
"Bagaimana aku bisa berharap memiliki fisik yang cukup jika makanan hewan ternak saja jauh lebih bernutrisi?"
Ia melihat ke arah semangkuk sup dengan satu potong kecil wortel, dengan kuah rasa bawang dan nasi dingin. Di sebelahnya ada sayur kangkung yang kelihatannya terbuat dari kangkung yang sudah layu. Hei Xian menatap keluar jendela kecil pondoknya, melihat area luas milik Keluarga Hei.
Gudang penyimpanan, dapur besar, dan area pelatihan adalah tempat-tempat yang kaya akan sumber daya. Namun, setiap tempat itu dijaga dengan ketat, bukan untuk melindungi dari orang luar, tetapi karena status Hei Xian sebagai anak yang tidak dianggap.
"Selain pondokku tinggal sekarang, aku memberikan keluarga dan rumah ini secara keseluruhan rating bintang 2. Terutama untuk pelayannya, di rumah ini, bahkan para pelayan pun memperlakukanku seperti debu di bawah sepatu mereka." gerutu Hei Xian.
"Aku butuh makanan yang layak serta ramuan yang bisa mempercepat pemulihan dan memperkuat tubuhku." lanjutnya sambil menatap ke luar.
Dalam benaknya, Hei Xian memikirkan cara yang bisa ia lakukan untuk memenuhi kebutuhannya. Setidaknya sampai ia bisa menggunakan beberapa kemampuan lamanya hingga ke tingkat layak. Hei Xian menyadari bahwa ia harus mendapatkan sumber daya dengan caranya sendiri. Berpura-pura meminta atau berharap diberi adalah sia-sia.
"Tapi... aku selalu suka permainan ini. Apa salahnya mencuri atau merebut paksa sesuatu yang seharusnya sudah jadi hakku?" ia tersenyum tipis.
Berdasarkan pengamatannya, ada setidaknya tiga tempat yang bisa dijadikan target. Gudang penyimpanan yang menyimpan ramuan kuat, pil pemulihan, dan barang berharga lainnya. Lalu ada juga daput besar yang memiliki ramuan herbal sederhana. Kemudian yang terakhir adalah lapangan pelatihan. Tempat yang biasa digunakan untuk berlatih para ahli beladiri keluarga atau saudaranya yang lain. Beberapa orang terkadang meninggalkan botol pil atau obatan di lapangan.
"Hm… masing-masing tempat punya risikonya. Tapi aku tidak peduli, aku hanya perlu apa pun yang bisa mempercepat latihanku. Hanya saja gudang terlalu sulit disusupi, apalagi kakak ke-3 adalah penjaga gudang. Lapangan... itu seperti aku mengemis dan mengais remahan yang terjatuh. Rasanya membuatku kesal. Kalau begitu, hanya dapur yang tersisa. Disana tidak dijaga ketat meski dipenuhi oleh pelayan yang gemar bergosip." Hei Xian memutuskan.
Hei Xian memutuskan untuk menyelinap ke dapur besar. Tempat itu selalu sibuk dengan pelayan yang memasak untuk keluarga besar dan para tamu, tetapi juga menyimpan berbagai bahan herbal sederhana yang bisa berguna untuk pemulihan tubuh.
Ia melangkah keluar dari pondoknya, menyusuri jalan kecil menuju dapur besar. Ia memilih waktu yang tepat—kesibukan mulai berkurang karena makanan malam telah selesai disajikan. Dapur besar terletak di belakang aula utama. Bangunannya terbuka, dengan aroma rempah-rempah dan asap kayu yang memenuhi udara. Rak-rak kayu di dinding penuh dengan botol dan kantong kecil berisi berbagai bahan herbal.Dari balik dinding batu dapur, terdengar suara beberapa pelayan yang sedang bercakap-cakap.
"Kau dengar apa yang tuan muda "sampah" itu lakukan beberapa hari yang lalu? Dia menghancurkan pintu gudang! Bocah itu benar-benar gila." kata pelayan.
"Dia hanya bermain peran, aku yakin. Bagaimanapun, dia tetap lah anak dari pelayan rendahan yang mencoba mengambil kesempatan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."
Hei Xian hanya tersenyum mendengar ejekan itu.
"Mereka mengira aku masih bocah yang bisa diinjak? Mari kita lihat wajah mereka saat aku muncul."
Hei Xian menarik napas panjang, melangkah keluar dari bayangan dan memasuki dapur besar dengan langkah santai, namun aura kegilaannya mulai merayap keluar. Para pelayan yang tadinya sibuk membereskan meja dan menyapu lantai, segera memperhatikannya.
"Kenapa dia disini? Bukannya dia hanya tinggal di pondoknya?"
Ketika Hei Xian melangkah masuk, ia tidak berbicara langsung. Ia mengambil pisau dapur dari meja terdekat, memutar-mutar bilahnya di tangan seolah itu mainan, sambil melangkah lebih dalam ke dapur. Tatapannya tidak langsung ke arah siapapun, tetapi cukup untuk membuat pelayan merasa tak nyaman.
[Edge Dancer]
[Status: Activated]
"Ah… suasana di sini menyenangkan. Bau herbal, rempah-rempah, dan… apa ini? Kecemasan? Ketakutan? Jangan khawatir, aku hanya ingin… berbicara." Hei Xian meringis
Ia berhenti di tengah ruangan, memainkan pisau itu dengan jari-jarinya, seolah memikirkan sesuatu. Beberapa pelayan mulai gelisah, saling bertukar pandang, tidak yakin apa yang harus dilakukan.
"Tuan muda, Anda tidak diperbolehkan berada di sini. Kepala dapur akan marah jika… jika…"
Hei Xian tersenyum tipis, lalu menatap langsung ke arah pelayan yang berbicara. Senyuman itu tidak ramah, tetapi penuh dengan kegilaan yang menyala di matanya. Seperti sebuah api terpancar dari tatapannya.
"Marah? Oh, aku rasa aku tidak peduli. Sebaliknya, mungkin aku yang akan marah. Dulu mungkin aku tidak seperti ini. Tapi... saat aku marah, aku suka membuat sesuatu… berantakan."
Ia melangkah maju, memukul ringan meja dengan sisi pisau, cukup untuk membuat suara keras yang menggema di dapur.
"Jadi, apa kita akan berbicara dengan baik-baik? Atau aku harus menemukan cara lain untuk membuat kalian meninggalkan tempat ini?" Hei Xian menarik pisaunya dan menghampiri salah satu pelayan dengan tatapan menusuk.
Para pelayan saling pandang dengan wajah pucat. Mereka tahu Hei Xian dianggap sebagai lelucon oleh keluarga utama, tetapi saat ini, di depan mereka, ia terlihat seperti seseorang yang tidak boleh dianggap remeh.
"Ka-kami hanya pelayan, Tuan Muda! Kami akan pergi…!"
Dengan cepat, mereka meninggalkan dapur, satu per satu melarikan diri keluar pintu belakang. Hei Xian tertawa kecil, meletakkan pisau di meja, lalu mulai memeriksa rak herbal. Ia mengambil beberapa herbal yang menurutnya ia butuhkan. AKar ginseng yang dapat meningkatkan stamina dan daya tahannya. Daun harum Qi yang membantunya mengisi dan mempermudahnya mengalirkan QI. Lalu serbuk karang kecil yang dapat digunakan sebagai pengurang rasa sakit.
"Lihat? Anak baik seperti aku hanya ingin mengambil sedikit herbal. Tidak perlu ada kekacauan… untuk saat ini." Hei Xian berbicara ke sekitarnya, seakan-akan ada orang di ruangan itu.
"Ini cukup untuk tahap awal. Tidak sekuat pil energi, tapi aku bisa membuatnya bekerja."
Setelah mengantongi bahan-bahan itu, Hei Xian meninggalkan dapur dengan santai, seolah tidak terjadi apa-apa. Namun, ia tahu ini hanya awal dari rencananya yang lebih besar. Menggunakan sedikit air panas yang ia panaskan di tungku kecil, Hei Xian meracik herbal menjadi ramuan sederhana. Aromanya tidak terlalu kuat, tetapi cukup untuk membuatnya yakin ramuan ini akan berguna. Setelah selesai, ia meneguk ramuan itu perlahan, membiarkan rasa pahitnya mengalir di tenggorokannya.
"Pahit, ya. Tapi dibanding hidupku, ini hanya sebutir debu. Sekarang… kembali bekerja."
Hei Xian mulai berlatih lagi setelah mengkonsumsi ramuan. Ginseng yang ia konsumsi memberikan bantuan tambahan dalam memperkuat fisik dan staminanya. Seakan-akan ginseng di dunianya saat ini memiliki efek yang jauh lebih kuat dari ginseng yang biasa ia gunakan untuk mengobati flu di dunia lamanya.
Setelah selesai berlatih fisik, Hei Xian mencoba memperbaiki meridiannya yang tersumbat. Ia melakukan hal yang sama seperti sebelumnya. Duduk bersila di tengah pondok, memfokuskan pikirannya seperti sebelumnya. Namun, kali ini, tubuhnya terasa lebih kuat, efek herbal mulai bekerja memperkuat stamina dan mengurangi rasa sakit.
Rasa sakit kembali menjalar, seperti api yang membakar bagian dalam tubuhnya. Namun, kali ini, ia bertahan lebih lama daripada sebelumnya, mendorong Qi lebih dalam hingga meridian yang tersumbat mulai terasa longgar.
"Ini... apakah bisa dikatakan progres?"
Meski dengan usaha baru ditambah ramuan herbal, Hei Xian masih menyadari jika jalannya masih panjang untuk memperbaiki meridiannya yang tersumbat. Setelah berjam-jam latihan intensif, ia menyadari jika latihan ini tidak hanya menyakitkan secara fisik. Tetapi juga menguras mental akibat frustasi. Untuk melanjutkan, ia membutuhkan lebih banyak bahan atau bahkan dukungan, meskipun kecil.
Hei Xian menarik napas panjang, membiarkan tubuhnya yang kelelahan berbaring di lantai kayu pondok kecilnya. Matanya menatap langit-langit sederhana, cahaya matahari senja yang masuk melalui jendela kecil memberikan sedikit kehangatan di ruangan yang dingin.
"Aku harus menyeimbangkan ini. Kalau aku terus memaksakan tubuhku, aku hanya akan jatuh ke lubang yang lebih dalam lagi."
Namun, tanpa sadar, Hei Xian tersenyum tipis—senyum itu penuh dengan kegilaan yang ia tidak sadari masih ada di dalam dirinya. Dia merasa puas dengan kemajuan kecil yang ia capai, tetapi di dalam hatinya, keinginan untuk terus mendorong batas masih mengintip, seperti api kecil yang menunggu angin untuk membesar.
"Gila? Tidak, aku lebih dari itu. Aku adalah anak baik yang hanya mencoba… membuat dunia ini sedikit lebih menarik."
Hei Xian memutuskan untuk memanfaatkan waktu malam ini untuk memulihkan diri. Herbal yang ia minum sebelumnya masih bekerja di tubuhnya, mempercepat pemulihan dan mengurangi rasa sakit dari latihan meridian. Ia meregangkan tubuhnya di tempat tidur keras, membiarkan pikiran-pikirannya melayang.
Di luar pondok, suara malam mulai menggema. Angin dingin membawa aroma tanah dan dedaunan, sementara cahaya rembulan mulai menyinari halaman kecil keluarga Hei.
Namun, ketenangan ini bukan tanpa gangguan. Dari kejauhan, Hei Xian mendengar suara langkah kaki yang mendekat. Suara itu berat dan kasar, seperti seseorang yang tidak ingin menyembunyikan kehadirannya.
"Siapa ini? Ah, apakah salah satu bajingan itu ingin bermain-main?"