webnovel

Nasihat dari Pak Arthur

Keadaan masih tetap sepi seperti biasanya. Tidak ada satu orang pun yang terlihat di jalanan dan tidak ada satu orang pun yang terdengar suara gaduhnya bagaimana.

Mungkin jika ada orang yang tidak tahu tentang desa itu, mereka pasti akan menganggapnya bahwa desa yang tengah dihuni oleh Albert adalah desa mati. Karena emang keadaannya yang selalu sepi dengan kondisi tiap rumah yang selalu memperlihatkan suasana mencekam tak karuan.

Kini Kevin sudah berusaha untuk mulai terbiasa dengan keadaan sepi itu. Dia yang ceria dan selalu berusaha menciptakan kegaduhan di rumahnya, kini harus bisa menerima fakta bahwa keberadaannya di rumah Albert adalah tantangan tersendiri bagi dirinya sendiri untuk bisa melakukan semua itu dengan baik.

Ada banyak hal sebenarnya yang telah dilakukan oleh Kevin untuk bisa membiasakan semua itu. Tanpa terkecuali, dia harus bisa melakukannya tanpa menyalahi aturan yang berlaku di sana.

Malam ini masih terasa begitu berbeda.

Balutan luka yang ada di pelipisnya cukup membuat Kevin merasa, kalau keberadaannya yang terlalu lama di sana akan menimbulkan sesuatu yang tidak baik dan bahaya yang mungkin saja akan mengancam nyawanya sendiri.

Sebesar mungkin dia tidak banyak melakukan hal-hal menyimpang atau aneh di tempat itu. Namun kerap kali ketika dirinya sedang terdiam, Kevin merasakan sesuatu yang tidak adil karena ketika dia tidak banyak melakukan hal pun dirinya akan tetap diganggu.

"Kau masih diberi kesempatan untuk bisa melawan semua itu. Jika keberadaanmu di sini akan mengancam nyawamu, maka sebaiknya menurutku, kau harus bisa balik melawan semua hal-hal buruk itu. Aku yakin mereka mengincarmu karena kau memiliki suatu hal yang tidak dimiliki oleh manusia-manusia lain. Jadi gunakanlah sesuatu hal itu untuk bisa melawan mereka, bukan malah menjadikannya sebagai kerugian untuk dirimu sendiri," begitu ujar Jane sesaat sebelum dia menghilang entah ke mana.

Kali ini, Kevin hanya bisa terdiam di kasurnya sambil terus memperhatikan Albert dan Pak Arthur yang sedang tertidur pulas. Matanya seolah berenergi dan tidak lagi berniat untuk memejamkan mata.

Ingin sekali berusaha menggerakkan kaki, namun kepalanya enggan mendukung hal itu. Kevin masih merasakan rasa pusing yang luar biasa. Atas kepalanya seperti dibebankan oleh sesuatu yang sangat berat namun dia tidak bisa melihatnya.

Aneh sekali. bahkan untuk berusaha mengingat-ingat kejadian apa yang telah dilaluinya sampai sepedih itu, Kevin sendiri tidak sanggup karena semakin dia berpikir terlalu keras, maka kepalanya akan semakin sakit tak karuan.

Kevin yakin jika hal itu bukanlah sesuatu yang baik bagi dirinya. Sudah ada beberapa orang yang berusaha memperingati dirinya, namun tetap saja dia tidak bisa melakukan semua itu karena dia juga masih harus menyelesaikan tugasnya di sana, untuk tetap menemani Albert apa pun itu alasannya.

Kali ini Kevin tidak tahu harus berbuat apa. Dia hanya memasrahkan dirinya sendiri kepada Tuhan, karena dia yakin bahwa Tuhan akan selalu menjaganya dalam kondisi apa pun.

Dia selalu ingat ucapan mamanya untuk selalu mendekatkan diri kepada Tuhan. Karena ketika kita menganggap bahwa Tuhan akan selalu bersama kita, maka Tuhan pun pasti akan membantu kita meski seberat apa pun masalah itu.

Keadaannya kali ini telah membuat Kevin tak tahu harus menganggapnya sebagai sebuah ujian ataukah kenyataan yang memang harus dia hadapi. Ada banyak rasa menyesal, namun dia sendiri merasa percuma untuk terus menyesalkan hal yang telah terjadi.

Sudah terlalu lama juga dia berada di sini. Dan tentu, keadaannya sekarang bukan lagi menjadi ajang penyesalan karena sekuat apa pun kita melakukan hal itu, kita tidak akan bisa dengan mudah untuk keluar dari sana.

Hanya keajaiban Tuhanlah yang mampu membawa Kevin keluar dari jalur menyakitkan itu. Dia yakin bahwa Tuhan akan selalu ada bersamanya dan pasti akan menolongnya suatu saat nanti.

Tak hanya dirinya saja. Dia juga ingin semua orang di sana yang terjerat dengan kasus yang sama seperti dirinya pun, ikut keluar dari permasalahan yang tak tahu ujung akhirnya seperti apa.

"Sejak kapan kau bangun?" ucapan itu sedikit membuat Kevin tersentak. Dia baru sadar kalau Pak Arthur sudah bangun.

Lelaki itu berdiri kemudian duduk di samping kasur Kevin. Dengan raut perhatian, dia mengelus kepala Kevin seolah memastikan bahwa anak itu baik-baik saja.

"Ah. Sudah dari tadi," jawab Kevin sambil tersenyum.

"Mengapa kau tak membangunkanku?"

Kevin menggelengkan kepalanya, "Aku tak tega jika harus membangunkan orang yang sedang tertidur lelap. Apalagi dia," Kevin menunjuk Albert yang masih tetap tidur dalam posisi yang sama dan tak bergerak sedikit pun dari tadi.

Pak Arthur dan Kevin tertawa kecil.

"Aku memang kasihan sekali dengan dia," seru Pak Arthur, "Sejak kau belum sadar tadi, Albert terus saja khawatir karena dia merasa kurang perhatian dalam menjagamu. Kejadian itu memang terjadi begitu cepat dan tidak bisa kita hindari oleh siapapun. Bahkan aku sendiri jengah dan tak menyadari bahwa akan ada hal yang membuat kau sampai seperti ini."

Kevin mengerutkan kening, "Memangnya, apa yang telah terjadi kepadaku sebelumnya pak? Apa kau bisa menjelaskan semuanya kepadaku?"

Pak Arthur mengalungkan tangannya ke pundak Kevin. Dia seolah tahu bahwa anak itu pasti akan menanyakan pertanyaan seperti ini, "Aku rasa kau tak perlu tahu untuk itu. Melihat kau baik-baik saja, kita semua sudah sangat bersyukur dan akan terus berupaya untuk saling menjaga. Kok masih diberi kesempatan oleh Tuhan, Kevin. Jadi aku rasa kau tidak perlu tahu untuk semua hal yang telah terjadi ini."

"Tapi mengapa? Aku menanyakan pertanyaan yang sama kepada Jane pun, dia menjawab sama seperti kau."

"Oh jadi kau sudah berteman dekat dengan dia?"

Kevin terdiam sebentar, "Tidak sedekat itu. Tapi ya dia sering datang dan mengajakku ngobrol."

"Apa yang Jane katakan itu benar. Kau seharusnya tidak perlu tahu untuk beberapa hari ini. Aku juga tahu kau pasti sangat penasaran untuk itu. Tapi aku harap kau bisa bersabar sedikit saja, sampai nanti semua keadaan pulih. Entah itu dari keadaanmu atau keadaan yang sedang aku rasakan saat ini. Nanti setelah itu aku pasti akan menceritakannya kepada kau. Kau jangan khawatir."

Pria itu seketika mengerti apa yang diucapkan oleh Pak Arthur. Dia juga tidak mau memaksanya terlalu jauh karena mungkin, apa yang menjadi keputusannya saat ini tentu ada alasan-alasan tertentu mengapa beliau harus melakukannya.

Benar kata Pak Arthur. Dia harus bersabar agar semuanya bisa terjawabkan dengan mudah.

"Setelah ini, ingat pesanku tentang satu hal, Kevin!"

Kevin melirik ke arahnya, "Apa?"

"Untuk ke depannya kau jangan lagi sendirian di satu tempat," Pak Arthur mengucapkan hal itu dengan lugas seolah memang benar-benar mengingatkan Kevin untuk melakukannya, "Usahakan kau jangan sendirian entah itu di kamar, di luar atau di manapun. Setidaknya kau harus tetap menjaga Albert agar sosok-sosok seperti itu tidak dengan mudah menyerupai temanmu ketika kau sedang sendiri."

...