"Hah...hah.." Alina menepuk dadanya yang rasa sesaknya tidak lagi tertahankan. Keringat dingin sudah memenuhi pelipis hingga punggung nya. Bayang-bayang ia terkurung dalam lemari kecil, pengap, gelap serta celah udara yang kecil. Menghantuinya lagi, membuat ia kembali larut dalam perasaan sesak karena kehabisan oksigen.
"H-ha...h-haaa..h"
"Alina bertahan-"
Bruk!
Ujung dasi yang di pegang wanita itu itu jatuh mencium lantai. Zayyad tercenung. Tangannya yang perlahan bergetar juga telah menjatuhkan ujung dasi yang di pegang nya.
'Dia tidak akan mati kan?' batin Zayyad sembari memandang Alina yang sudah jatuh tak sadarkan diri lagi. Keadaannya pun jauh lebih buruk dari sebelumnya.
Zayyad perlahan membungkuk, mengulurkan tangannya kebawah. Meletakkan dua jarinya tepat di depan hidung wanita itu. "Ia masih bernafas" Tapi itu sangat pelan. Sangat halus. Dan samar-samar.
Zayyad mulai panik. Bagaimana jika terlambat sedikit lagi-
Ting!
Pintu lift terbuka.
"Pak, anda baik-baik saja?" Bakri sangat mengkhawatirkan bos nya itu. Bos nya terkurung cukup lama di lift bersama seorang wanita, syukurlah tidak pingsan. Jika tidak, situasi akan sangat memburuk.
"Saya baik-baik saja!" Zayyad merasa sangat lega melihat pintu lift terbuka. Ia baru saja menyuruh Bakri untuk-
"Cepat angkat-"
Melihat segerombolan orang datang dengan kamera dan peralatan untuk meliput lainnya. Kata-kata selanjutnya yang ingin Zayyad katakan tertelan begitu saja.
"Pak, seseorang sudah merencanakan semua ini!" Bakri yang gagal mengendalikan situasi, melaporkan hal itu pada bosnya dengan menyesal. Ia merasa sangat bersalah, karena semua ini juga terjadi karena kelalaiannya dalam menangani situasi.
"Pak Zayyad, izinkan kami untuk meliput anda dan istri anda"
"Jadi pernikahan anda itu bukan settingan seperti yang dikabarkan rumor?"
"Bisakah kami memastikan kebenaran pernikahan anda dengan meliput istri anda sekarang?"
Beberapa cahaya yang menyilaukan menembak wajah Zayyad yang kini terlihat suram. Ribuan pertanyaan datang memborbardir dirinya tanpa henti. Orang-orang didepannya itu terus melontarkan pertanyaan berlomba-lomba dan tak sabaran. Mengepalkan tangannya, rahang Zayyad kaku menahan emosi. Suasana wajahnya gelap. Seseorang yang melihatnya, jelas tau kalau perasaan pria itu sangat buruk.
Tapi lautan orang didepan sana seakan tak menyadarinya, atau mungkin pura-pura tidak menyadari nya?
"Pak seseorang yang tak sadarkan diri itu apakah istri anda?
"Pak kenapa anda membiarkan istri anda begitu saja dan tidak mengangkatnya?"
"Pak apakah benar pernikahan anda hanyalah settingan untuk menutupi fakta ketidaknormalan anda?"
Mendengar rentetan pertanyaan yang terus tak berujung, telinga Zayyad mulai memanas. Kedua tangannya yang terkepal, mengeras, menggali jauh kedalam daging hingga buku jarinya memutih.
"Kalian semua bisa diam!"
Itu terdengar sangat dingin dan menekan.
Tapi para wartawan mengacuhkan nya dan terus saja bertanya.
"Pak tolong katakan yang sebenarnya pada kami apakah anda ini memiliki jenis ketakutan khusus terhadap wanita?"
"Pak kami mohon keterangan yang sebenarnya dari anda"
"DIAMM!"
Akhirnya Zayyad kehilangan kesabaran dan berteriak. Urat-urat sekitar pelipis dan lehernya menyembul keluar, menegaskan betapa marahnya ia. Tatapan matanya seperti ingin menelan semua orang. Dan nafasnya menggebu karena amarah.
Semua orang tercengang. keadaan hening seketika. Lautan manusia didepan sana perlahan mundur. Jelas mereka terkejut dan merasa takut dengan respon Zayyad yang diluar dugaan mereka. Karena sejauh ini mereka mengenal pribadi Zayyad yang selalu berkepala dingin dan tenang dalam setiap situasi.
Bakri pun ikut tercengang di tempat. Selama ia bekerja pada Zayyad, itu adalah kali pertama ia melihat pria itu kehilangan kendalinya dan begitu marah.
Itu sungguh sangat menyeramkan!
"Bakri!" Zayyad mulai melepas jas putih miliknya.
"I-iya pak!" Jawab Bakri gelagapan.
"Kerahkan semua anggota keamanan untuk menutup rapat semua pintu gedung perusahaan sekarang juga. Saya ingin semua, bahkan lobang tikus sekalipun"
Itu terdengar sedikit lelucon di penghujung kalimatnya. Tapi tak ada satupun orang yang berani tertawa.
"Dan tidak ada satu orang pun yang dapat keluar selangkah kaki pun dari sini tanpa seizin saya! Jika kamu gagal menangani hal ini, saya tidak ragu memecat kamu"
Mendengar kata 'memecat' tubuh Bakri menggigil dan berkeringat dingin. Itu adalah kali pertama ia mendengar nya dari bibir Zayyad. Kedua lututnya seketika melemah seakan hendak ambruk ke lantai.
Sedangkan para wartawan yang mendengar pernyataan tidak di izinkan meninggal kan perusahaan, membuat mereka semua menjadi gugup dan takut.
"Baik pak!"
"Dan apapun yang terjadi pada istri saya hari ini-" Zayyad menyembunyikan kepala Alina dengan jas putih miliknya.
Ia melempar pandang ke semua orang dengan tatapan dingin yang menusuk serta bibir merah keunguan nya berkedut, tersenyum bengis.
"Saya akan menuntut seseorang atau siapapun itu untuk bertanggung jawab. Jika itu tidak di temukan, jangan bermimpi untuk keluar dari sini"
Zayyad menyelipkan kedua tangannya kebawah tubuh Alina, mengumpulkan seluruh keberanian nya untuk mengangkat wanita itu. Tapi aroma mawar yang kuat, membuat nyalinya menciut. Ia nyaris hampir gagal mengangkat nya.
'Tahan...'
'Tahan sebentar saja..'
Zayyad menahan nafasnya. Keringat dingin sudah memenuhi pelipis hingga sekujur punggungnya. Ia pun berusaha keras membayangkan kalau Alina yang kurus dan ringan itu adalah seorang bocah kecil. Setelah berhasil mengangkat nya, ia pun bergerak cepat membawa Alina pergi ke ruangan nya.
Sesampai di ruangan nya, ia terus membaringkan Alina di atas ranjang yang ada dalam bilik kecil.
Bilik kecil yang berada dalam ruangan nya itu biasa ia gunakan untuk beristirahat jika tubuhnya kurang sehat. Terkadang saat ia fokus bekerja, maag nya kambuh. Ia yang tidak cukup kuat pulang ke vila, sering beristirahat di sana.
Zayyad mengambil kembali jas nya yang ia gunakan untuk menutupi Alina.
"Maaf! Aku tidak mengira akan selama itu!" Ia menghela nafas berat. Punggung tangannya bergerak mengusap keringat yang ada di sekitar pelipisnya. Ia merasa sangat lega karena berhasil membawa Alina pergi. Dan entah bagaimana kedua tangannya bergetar. Aku sungguh mengangkat seorang wanita hari ini?
'Ini adalah kali pertama aku bertahan cukup lama di dekat seorang wanita...'
Zayyad meletakkan dua jarinya di hidung Alina, merasakan hembusan nafasnya yang perlahan mulai stabil kembali.
"Syukurlah!" Ia menghela nafas lega dan tercenung sesaat.
'Dan Ini adalah kali pertama aku mengkhawatirkan seorang wanita...'
Ia sungguh tidak tau semua hal ini adalah keajaiban, keberuntungan atau mungkin kemajuan?
___