Saat sedang menyetir suara ponsel Cantika pun berbunyi. Cantika pun menjawabnya dengan mengunakan earphone karena ia sedang berada di jalanan yang macet.
"Halo," jawab Cantika masih fokus menyetir.
"Halo, Sayang," ucap seseorang dari balik telpon.
"Leonar," panggil Cantika sambil tersenyum.
"Bagaimana kabarmu?"
"Baik."
"Aku ingin bertemu?"
"Aku sedang menyetir? Di mana lokasimu? Biar Aku yang ke sana?"
"Baik, Aku sedang berada di Kafe Bunga."
"Baiklah, sebentar lagi Aku sampai! Aku sudah dekat dengan Kafe itu."
"Aku tunggu!"
"Baik."
Leonar pun menutup ponselnya dan mulai melihat sekitar. Ia baru saja selesai meating dengan klien. Entah kenapa ia berpikir untuk bertemu dengan Cantika. Hampir sebulan keduanya tak bertemu. Setelah mengurus Valdi. Tapi, ia mendapatkan kabar Valdi kabur dari penjara.
Mendengar kabar itu Leonar khawatir pada Cantika. Laki-laki itu pun melihat sekitar. Seseorang baru masuk dan mulai melambaikan tangannya ke arah Leonar. Seketika laki-laki itu pun tersenyum dan berangkat bangun untuk menyambut kedatangannya.
Setelah sampai meja Keduanya pun saling merangkul dan saling mengecup pipi. Cantika pun duduk dihadapan Leonar yang terus saja melihat ke arahnya. Cantika pun tersenyum.
"Ya, ampun Aku merindukanmu," gumannya.
"Benarkah?"
"Yah!" Cantika tersenyum lagi.
Belum juga keduanya berbincang seseorang pun datang.
"Leonar," panggilnya.
Seketika Cantika dan Leonar pun menoleh ke arah suara yang memanggil Leonar.
"Sayang, siapa wanita ini?" tanya wanita yang memanggil Leonar.
"Sayang," guman Cantika menoleh kembali pada Leonar.
"Apa-apaan Kamu memanggilku Sayang?" tanya Leonar dengan nada tinggi.
Terlihat kekecewaan di wajah Cantika dan langsung beranjak bangun. Namun, ditahan Leonar.
"Tunggu, Can. Aku bisa jelaskan."
Cantika pun berusaha melepaskan tangannya dan langsung pergi. Leonar masih berusaha mengejarnya akan tetapi, wanita itu memeluknya dengan erat. Dengan kasar Leonar pun berusaha melepaskan pelukan wanita itu dan segera mengejar Cantika yang berjalan cepat keluar dari Kafe.
"Cantika," panggil Leonar.
Cantika tak mau mendengar. Entah kenapa ia merasa sangat kecewa sekali dan rasanya ingin menangis. Leonar terus saja mengejar Cantika sampai Cantika hendak masuk mobilnya.
"Tunggu, Aku bisa jelaskan," pintanya menahan Cantika agar ia tak masuk mobilnya.
Cantika berusaha melepaskan diri akan tetapi, pelukan Leonar begitu erat. Leonar harus menyelesaikan semua ini agar tak salah paham.
Dari jauh seorang wanita menatap Leonar dan Cantika tak suka. Ia sangat marah sekali bahkan memotret apa yang dilakukan Leonar dan Cantika di tempat umum.
Leonar masih berusaha untuk menahan Cantika yang sudah terlanjur menangis. Pada akhirnya Leonar pun masuk mobil bersama Cantika. Kini Leonar pun mengambil alih dan mulai menyetir meninggalkan Kafe.
Cantika berpaling tak mau melihat Leonar. Entah kenapa hatinya sangat sedih. Sesekali Leonar menoleh pada Cantika. Ia tau saat ini Cantika sedang marah. Sepanjang perjalanan pun Leonar pun diam dan fokus menyetir.
Leonar tak tau akan bertemu Karisa. Wanita itu selalu menganggu hidupnya. Rasanya sulit sekali melepaskan diri dari wanita itu. Cantika masih saja cemberut dan benar-benar tak mau melihat Leonar.
Leonar pun memperkirakan mobil Cantika di depan parkiran apartemen mewah di kota. Sedari tadi Cantika melamun sehingga ia tak memperhatikan jalan. Wanita itu baru sadar saat Leonar benar-benar berhenti menyetir.
"Ini di mana?"
"Di apartemen Mawar Merah."
Cantika mengerutkan keningnya.
"Aku akan jelaskan semuanya."
Cantika berpaling kembali.
"Kita tak bisa berbicara di sini? Kita bisa berbicara di apartemen pribadiku."
"Aku tak mau berbicara denganmu?" tolak Cantika.
"Kita harus bicara?"
"Aku mau pulang saja."
"Aku tak akan mengizinkanmu pulang? Sebelum Kamu mendengarkan semua penjelasan ku."
"Apalagi yang harus dijelaskan?"
"Kita bicara di dalam!"
Leonar pun memaksa Cantika mengikuti keinginannya. Tak ingin Cantika kabur. Leonar pun menggenggam tangan Cantika dengan begitu erat. Apa yang dilakukan Leonar menjadi pusat perhatian semua yang ada di luar. Akan tetapi, Leonar tak memperdulikan mereka.
Leonar benar-benar tak melepaskan Cantika sampai keduanya masuk ke apartemennya di lantai 50. Leonar pun menatap Cantika yang memegang tangannya yang merah karena genggaman kuat Leonar. Laki-laki ini benar-benar tak melepaskannya sampai Cantika tak bisa melakukan apa pun.
Leonar menarik tangan Cantika dan mulai mencium pergelangan tangan Cantika yang berbekas merah. Setelah itu melepaskan tangannya. Ia pun berbalik dan mulai mengambil salep yang ada di kotak obat setelah itu mengoleskan salep itu pada pergelangan tangan Cantika yang merah.
Cantika menatap Leonar dalam-dalam. Sedari tadi ia terus berpikir. Kenapa ia marah pada Leonar? Apa hubungannya ia dan Leonar. Yah, walaupun ia akui kalau ia dan laki-laki yang ada dihadapan ini sudah empat kali tidur bersama.
"Aku akan jelaskan siapa dia?"
Cantika tak menjawab ia terus saja menatap wajah Leonar yang kini berubah serius.
"Wanita itu Karisa. Dia mantanku, dulu dia selingkuh karena itu kita putus. Entah bagaimana Karisa bisa membujuk ibuku untuk memintaku menjalin hubungan dengannya lagi...." Leonar tak menghentikan ucapannya dan terus saja menatap wajah Cantika.
"Kenapa tak berlanjut? Bukankah ibumu memintamu untuk bersamanya?" tanya Cantika serius setelah mendengarkan ucapan Leonar tadi.
"Aku tak mau bersamanya lagi karena Aku sudah menemukan wanita lain yang Aku suka," jawab Leonar serius.
"Aku mau pulang saja," guman Cantika berpaling.
"Kenapa Kamu tak bertanya siapa wanita yang Aku suka?"
"Untuk apa Aku bertanya padamu?"
"Kamu harus tau?"
"Aku tak tertarik?" Cantika pun mulai melangkah namun, ditahan Leonar.
Laki-laki ini pun langsung memeluk Cantika dari belakang. Sedangkan Cantika diam saja. Entah apa yang ia harapkan dari seorang Leonar. Rasanya ia tak mau berharap sesuatu yang tak pasti. Ia melihat Karisa begitu sempurna kenapa Leonar menolaknya? Ini tak masuk akal.
"Wanita itu Kamu, Cantika? Aku hanya ingin Kamu tau kalau Aku memilihmu."
Secara tak langsung Cantika merasa terpukau dengan ucapan Leonar dan membuat hatinya terbang ke atas langit namun, ia pun sadar statusnya saat ini.
Cantika melepaskan pelukan dari Leonar. "Sepertinya Kamu salah orang," ucap Cantika merasa tak pantas untuk Leonar.
"Tak pantas? Apa yang tak pantas? Aku menyukaimu bahkan sangat menyukaimu?"
"Aku seorang janda. Kamu bisa mencari gadis lain."
"Memang kenapa kalau Kamu janda? Apa bedanya dengan gadis?"
"Aku pernah menikah? Walaupun pernikahanku gagal."
"Masalahnya apa?"
"Keluargamu."
"Yang Aku suka Kamu."
"Aku tak mau bermain-main lagi?"
"Aku tak akan mempermainkan mu?"
"Tak sesederhana itu."
"Sebenarnya apa yang Kamu permasalahan kan? Kamu anggap apa yang terjadi pada Kita itu main-main. Mungkin untuk wanita lain, yah itu permainan. Tapi, tidak untukmu. Aku ingin menjalani hubungan serius. Jangan jadikan ini alasan untuk menolak ku. Aku tak peduli dengan statusmu."
"Itu masalahnya?"
Bersambung