webnovel

Memaafkan

Akur Kembali

Daniel yang baru saja tiba di rumah, pria itu begitu lesu juga teringat kata-kata anak kecil pasien dirinya.

Selama ini Daniel memang sangat menginginkan ada malaikat kecil di rumahnya.

"Niel, apa kamu baik-baik saja?" tanya sang ibu, perempuan paruh baya itu melihat anaknya yang termenung duduk di sofa.

"Bu, apa Cathleen yakin dia sudah melepas kontrasepsi itu?"

Dahna sangat bahagia, bila anaknya sudah seperti itu tandanya dia akan memaafkan istrinya.

Sang ibu menganggukkan kepala, tersenyum pada putra semata wayangnya tersebut.

"Jangan jadikan alasan untuk kamu tidak bersatu lagi bersama dengan istrimu, walau bagaimana pun dia adalah wanita tangguh kuat dan juga telah banyak membantu kita mewujudkan semuanya." ujar sang ibu menasehati.

"Apa aku masih pantas untuk dia, bu?"

Pertanyaan itu tentu saja membuat Dahna mengerutkan kedua alisnya.

"Apa maksud kamu? Apa kamu sudah mengkhianati Cathleen?"

Deg.

Daniel lupa jika dirinya sudah pernah tidur bersama dengan wanita lain, terlebih wanita itu adalah sahabat istrinya sendiri.

"Eng-enggak bu, aku kan sudah keterlaluan sama-," belum juga kalimat penjelasan dari Daniel layangkan membuat sang ibu mengerti dengan yang akan di utarakan putranya.

"Akur lah kembali, ibu akan bahagia melihatnya." Dahna mengucapkan nya seraya berdiri melangkah pergi ke kamarnya.

Daniel menganggukkan kepalanya memberikan senyuman pada sang ibu sebelum perempuan itu masuk ke dalam kamar.

Mungkin sang ibu sudah tahu jika anaknya telah berkhianat.

Sementara di klinik kini Cathleen telah menyelesaikan tugasnya. Ia akan segera kembali ke rumah karena mendapatkan pesan dari sang ibu mertua bahwa suaminya sudah di kediaman mereka.

Terburu-buru melangkah, seseorang justru menghampiri dirinya.

"Hai, kamu kemana saja?" Cathleen terlihat bahagia ketika melihat sosok sahabatnya. Perempuan itu terlihat lebih berisi juga cantik dengan makeup natural yang di pakai.

"Aku baik, sangat baik. Cath." jawabnya dengan wajah penuh kebahagiaan dan kemenangan.

Tak pernah terbayangkan oleh Cathleen bila sahabatnya tidak mungkin menusuknya.

Cathleen membawa Salsabila untuk segera pergi dari klinik dan mengajaknya ke rumah mereka.

Pasalnya mereka sudah lama tak bertemu dan tak berkomunikasi, untuk itu Cathleen membawanya untuk makan malam bersama.

Tidak ada penolakan dari Salsabila, justru dirinya ingin melihat bagaimana reaksi Daniel jika ia mengunjungi rumahnya bersama dengan istrinya.

Kini mereka di dalam taksi menuju apartemen Cathleen.

Banyak cerita dari Salsabila, dia mengakui jika dirinya tengah dekat dengan seorang pria.

Betapa bahagianya Cathleen mendengar hal tersebut, pasalnya selama ini Salsabila di perlakukan buruk oleh mantan suaminya yang kini mendekam di penjara karena kasus KDRT.

"Wah, boleh dong kenalin sama aku. Calon suaminya." ujar Cathleen menggoda Salsabila.

Tanpa malu perempuan itu justru memberikan respoj malu-malu seakan bukan suami sahabatnya yang ia sebut sebagai calon suami.

"Kami masih malu-malu untuk mempublikasikan ini semua, Cath. Jika dia sudah yakin dengan keputusannya aku pasti akan beritahu kamu." jawab Salsabila dengan yakin.

"Cathleen, Cathleen. Gak tau aja calon laki gue ya laki lo sendiri. Bego banget jadi cewek mau aja lo gue kibulin!" suara iblis dalam hati Salsabila berbicara.

Beberapa menit kemudian mereka sampai di lobi apartemen, keduanya turun dan masuk ke dalam ruangan tersebut.

Tak memakan waktu lama, kini Cathleen sudah berada di depan pintu apartemen.

Ceklek.

"Malam bu, ibu lihat aku bawa siapa?" ujar Cathleen sangat antusias pada sang ibu mertua, membuat Dahna terkejut dengan kedatangan Salsabila ke apartemen mereka.

"Hai, kemana saja kamu nak. Sini ibu peluk." Dahna merentangkan kedua lengannya, mendapatkan perlakuan sang calon mertua seperti itu membuat Salsabila kegirangan di buatnya.

"Rindu, aku sudah lama tidak ke sini." rengek Salsabila di buat-buat.

"Bila sombong bu, masa dia punya pacar gak kasih tahu kita." adu sang sahabat pada ibu mertuanya.

Dahna melihat Salsabila dengan seksama. Betapa berita bahagia itu harus di rayakan pikirnya. Ia teramat bahagia memiliki dua anak perempuan yang saling menyayangi satu sama lainnya.

"Jahat nih, masa ibu juga tidak di beri tahu. Ayoo kita makan terlebih dahulu." Dahna menggiring kedua wanita dewasa itu menuju ruang makan.

Sementara dirinya akan memanggil Daniel putra semata wayangnya.

Mendengar nama laki-laki yang mereka cintai keduanya tengah bersiap untuk mencari perhatian dari sang pria.

Tak pernah sedikit pun Salsabila memperlihatkan bahwa dirinya penggoda suami sahabatnya sendiri.

"Niel, Cath sudah kembali. Ayo ikut makan malam terlebih dahulu." teriak Dahna. Perempuan setengah paruh baya itu menyiapkan segala hidangan bersama sang maid di rumah mereka.

Sementara Cathleen ia akan membawakan piring-piring kosong ke atas meja makan. Lalu Salsabila mengisi air di gelas.

Daniel keluar dari dalam kamar betapa dirinya kaget ketika mata mereka bertemu.

Deg.

"Kenapa ada dia disini?" tanya Daniel dalam hatinya.

Salsabila mengedipkan satu matanya pada Daniel masih berusaha untuk menggoda pria itu. Namun, Daniel tetap tenang dan tidak mau terpancing.

Pria itu bahkan memanggil Cathleen dengan sayang tentu saja sang istri menoleh lalu mengerutkan kedua alisnya bertanya-tanya.

Pasalnya pria itu sudah lebih dari beberapa hari marah dan sekarang apa dirinya memanggil sayang? Apa Daniel sudah melupakan, atau kah sudah memafkan? Sang ibu sudah memberi tahukan semuanya? Ah pertanyaan-pertanyaan itu memenuhi isi kepala Cathleen hingga dia tak mendengar bila makan malam akan segera di mulai.

"Cathleen." usap Daniel pada lengan milik istrinya, membuat perempuan tersebut refleks menariknya.

"Kamu kenapa, sayang?" tanya Daniel penuh khawatir. Daniel sengaja melakukan ini semua agar Salsabila melihat dirinya betapa mencintai istrinya tersebut dan tidak akan pernah tergoda lagi oleh perempuan jalang itu.

"S-sayang?" Cathleen membeo dengan gugup.

Bukannya menjawab pertanyaan ulang Cathleen, pria itu justru mencium pelipis sang istri. Membelai rambut istrinya dengan penuh Cinta.

Melihat keromantisan sahabatnya membuat Salsabila memalingkan wajahnya tak terima. Perempuan itu terbakar api cemburu yang di lakukan oleh Daniel.

"Gitu dong, kan enak di lihatnya. Lanjut makan malam dulu yuk, keburu dingin kasian nasinya." sambar sang ibu membuat Cathleen merona karena malu.

Bagaimana tidak mereka berdua seakan lupa jika masih ada orang lain di dalam ruangan tersebut. Cathleen mengambilkan piring kosong di depan sang suami mengisi lauk pauk hingga nasi.

Salsabila dengan wajah garangnya mengambil nasi juga lauk pauk secara kasar, membuat Cathleen merasa ada yang aneh dengan sahabatnya itu.

"Kamu kenapa, bil?"

"Ah, enggak. Ini enak ya bu?" Salsabila mengalihkan topik, perempuan itu memakan lauk dan bertanya pada sang ibu dari laki-laki yang dia cintai juga.

Membuat Dahna mengangguk tersenyum, perempuan setengah paruh baya itu berpikir jika Salsabila iri dengan keromantisan sahabat dengan suaminya.

Merasa lucu Dahna pun menggelengkan kepala.

Duduk di antara anak dan menantunya. Dahna memperhatikan gelagat Salsabila, sepertinya ibu dari putranya itu tengah mengintrograsi Salsabila melalui pandangan matanya.

"Tidak mungkin, Bila menyukai Daniel suami dari sahabatnya." hati Dahna berbicara.

Setelah beberapa menit mereka menghabiskan makan malamnya. Salsabila kini tengah duduk di sofa ruangan televisi. Perempuan itu sendiri tanpa ada yang menemani.

Sedangkan Cathleen berada di dalam kamarnya meminta izin untuk membersihkan tubuh terlebih dahulu. Dahna berada di dapur membuatkan pudding untuk menantu dan anaknya.

Daniel yang tak sengaja lewat di belakang Salsabila perempuan tersebut menoleh lalu mengikuti Daniel hingga ke balkon apartemen tersebut.

"Niel." panggil Salsabila.

Daniel menoleh seraya menyeruput kopi yang di buatkan sang istri. Mengangkat satu alisnya seolah bertanya pada perempuan tersebut.

"Mksd lo apa so romantis gitu depan, gue? Lo tu lagi berantem sama istri lo ... Apa mungkin lo lagi buat sandiwara?" tanya Salsabila dengan sinis. Berdiri di hadapan Daniel sedangkan pria itu duduk di kursi dengan santai.

"Gue emang lagi pengen baik sama istri gue, capek berantem terus takut ada penggoda." jawab Daniel.

"Maksud Lo gue penggoda? Apa perlu gue kasih bukti ke semua orang?!" hardik Salsabila.

"Bukti apa?" tanya Cathleen, membuat kedua nya menoleh.