Kesempatan
Sang mentari bersiap akan menampakkan cahayanya, menggantikan sang rembulan.
Pagi-pagi sekali, Salsabila kini sudah berada di dapur membuatkan sarapan untuk keluarga sahabatnya. Merasa berterimakasih karena telah menampung dia juga telah melindungi dirinya dari laki-laki yang salah.
"Pagi, Sa .. Bikin sarapan apa? Harumnya enak." sapa Cathleen, perempuan itu berjalan menuju sebuah lemari es mengambil minuman, masih dengan memakai handuk kimono juga handuk yang ia lilit di atas kepala.
"Hai, Cath. Aku bikin sarapan kesukaan kamu." jawab Salsabila dengan cepat, menoleh sekilas pada Cathleen melanjutkan kembali memasak sarapan tersebut.
Dahna melihat kelihaian Salsabila dalam memasak membuat wanita itu tersenyum ke arahnya, menghampiri perempuan tersebut dan ikut mencicipi sebelum di hidangkan.
Sementara Cathleen, memakai pakaian santai di dalam rumahnya di karenakan hari weekend dan mereka libur bekerja.
Melihat Cathleen juga Daniel memakai pakaian santai, sang ibu mertua tidak heran lagi, pasalnya setiap weekend mereka selalu menghabiskan waktu bersama.
Namun, weekend kali ini berbeda sepertinya mereka akan mengajak Salsabila pergi bersama.
Sarapan telah siap, dengan Salsabila menyajikan satu persatu piring kosong tersebut membuat Cathleen tertawa bahagia di layani seperti itu seperti seorang ratu, candanya.
"Sa, kamu ikut sama kita ya ... Ada yang mau aku tunjukan sama kamu." ucap Cathleen di sela-sela sarapan mereka.
"Nanti aku ganggu kalian, Cath." tolaknya dengan halus.
Cathleen menggelengkan kepala, pertanda jika mereka memang ingin mengajak Salsabila. Jika mereka paksa Salsabila pun tidak bisa menolak permintaannya.
Beberapa menit berlalu mereka telah menyelesaikan makanannya, dan kini tengah bersiap akan pergi bersama.
Selama dalam perjalanan menuju sebuah tempat yang di khususkan untuk sahabatnya, Cathleen selalu bisa mencairkan suasana. Kecanggungan antara Daniel juga Salsabila tercipta walaupun mereka hanya bisa menjadi pendengar setia saja.
Tak terasa mereka pun tiba di sebuah gedung pencakar langit, Cathleen menarik lengan Salsabila dengan penuh semangat akan memberikan kejutan untuk perempuan itu.
Tibalah mereka di lantai tepat dimana, ada sebuah pintu yang hanya 2 di lantai tersebut.
Cathleen membuka pintu apartemen tersebut, di lihatnya apartemen itu begitu mewah dari furniture yang di sajikan. Dan memiliki dua kamar tidur di dalamnya.
"Apa ini, Cath?" tanya Salsabila tidak mengerti.
"Ini untuk kamu, Sa." jawab Cathleen, tersenyum memberikan aura kebahagiaan untuk sahabatnya itu.
"Cath, ini berlebihan ... Aku tidak mau." tolak Salsabila secara halus, dia berada di tempat aman saja sudah lebih dari cukup.
"Sa, aku tidak mau kamu tidak memiliki tempat tinggal, kamu juga butuh privasi ... Aku mohon kamu terima, ya." Cathleen menempelkan kedua telapak tangannya di depan dada memohon pada sang sahabat.
Helaan napas kasar Salsabila hembuskan, jika Cathleen sudah seperti itu mana bisa dia menolaknya.
Tanpa ragu, Salsabila menganggukkan kepalanya.
Cathleen tersenyum bahagia, perempuan itu memeluk Salsabila menyalurkan kebahagiaan. Begitu pun dengan Salsabila membalas pelukan Cathleen.
Kedua perempuan itu tengah sibuk menata ruangan juga barang-barang yang ia pesan dari beberapa toko.
Hingga tak terasa seharian penuh mereka habiskan.
"Huh! Lelahnya." cetus Chatleen, keduanya kini berbaring di satu tempat tidur yang sama.
"Sayang, aku bawakan apa ini." suara Daniel dari luar kamar membuat Cathleen menghampirinya.
Pria itu membawakan makanan juga minuman untuk mereka makan bersama.
Satu meja yang sama dengan Daniel berada di antara keduanya.
"Makasih ya, kamu memang suami idaman. The best!" Cathleen menyentuh pipi Daniel, mengacungkan jempol tangannya memuji sang suami di depan Salsabila.
Ada perasaan iri di hati Salsabila, namun. Apa daya dirinya baru saja bercerai dari laki-laki tempramental seperti Nikolas.
Melihat kemesraan Cathleen, Salsabila hanya bisa tersenyum canggung. Merasa menjadi nyamuk di antara pasangan suami istri itu.
Malam telah tiba, Daniel juga Cathleen berpamitan pada Salsabila dan mereka berjanji akan selalu mengunjungi satu sama lain.
***
"Sudah jam berapa ini, mengapa mereka belum kembali." omel Dahna pada maid di rumahnya.
Tak lama kemudian mereka membuka pintu apartemen dan masuk ke dalam rumah mereka sang ibu mengomel dengan penuh cinta.
"Dari mana saja kalian, selalu ya pulang tengah malam seperti ini membiarkan ibumu menunggu seorang diri!" omel Dahna, namun wanita setengah paruh baya itu tersenyum berpura-pura menjewer kedua telinga anak juga menantunya.
"Ampun, ibu." Cathleen tertawa bahagia.
Ketiganya tertawa bersama.
Setelah tawa mereka mereda, mereka kembali ke dalam kamar masing-masing untuk merebahkan diri dari rasa lelah yang melanda akibat dari aktivitas seharian full.
Hingga pagi menjelang, Daniel masih memeluk istri tercintanya semalaman laki-laki itu membuat sang istri semakin kelelahan menerima kewajibannya sebagai seorang istri.
"Niel, sudah pagi." ucap Cathleen, membangunkan Daniel. Laki-laki itu melenguh, merasa berat untuk membuka matanya pasalnya mereka baru satu jam terlelap dalam tidur.
"Hey! Bangun, aku harus kerja, sudah banyak pasien yang menungguku." Cathleen mengingatkan sang suami jika dia sudah di kejar-kejar pasien untuk melakukan kontrol.
"Sayang, jangan terlalu mandiri. Nanti aku tidak berguna." cetus pria itu membuat Cathleen menghentikan langkahnya.
Pria itu duduk di sisi ranjang, Cathleen menatapnya dengan serius apa yang di katakan suaminya tersebut membuat Cathleen merasa jika dirinya bekerja untuk masa depan mereka membangun sebuah klinik terbesar bersama di kotanya.
"Sayang, aku sudah bilang berapa kali sama kamu. Aku mau kita punya klinik bersama." Daniel menatap manik mata Cathleen dengan intens. "Aku tau, tapi ... Bisakah, kita program anak terlebih dahulu?" pertanyaan itu lagi membuat Cathleen memundurkan langkahnya, melengos menuju kamar mandi.
Bukan dia tidak mau, hanya saja untuk saat ini kepentingannya ingin segera terwujud klinik besar yang selama ini dia juga suaminya impikan.
Cathleen keluar dari dalam kamar mandi setelah beberapa menit dia habiskan untuk mandi.
"Cath, jangan marah ya. A-aku hanya mengutarakan keinginan aku saja." Daniel berusaha meminta maaf pada sang istri, dia tidak mau menjadi salah faham dan bertengkar di pagi hari.
"Sayang, kamu tidak salah hanya saja untuk saat ini prioritas aku membangun klinik bersama." jawab Cath, membuat pria itu menganggukkan kepala, menempelkan bibirnya di dahi istrinya.
Ting
[Cath, aku membuatkan sarapan untuk kamu juga ibu Dahna ~ Salsabila (Love)]
Cath, membaca pesan tersebut membuat dia tersenyum dan berfikir.
[Kamu antar 'kan saja ke klinik Daniel, kami tidak sempat sarapan. ~ Cathleen]
Kedua nya kini berlalu karena jam sudah menunjukan pukul delapan pagi hari dimana mereka terlambat menuju klinik.
Dalam perjalanan Cath mengatakan jika Salsabila akan membawakan makanan untuk Daniel, dan pria itu harus mencicipi masakan buatan sahabatnya.
Dengan senang hati Daniel pun menganggukkan kepala.
***
"Kesempatan buat gue bisa deketin, Daniel! Tidak peduli dia suami sahabatku atau orang lain." senyuman licik itu terlihat dalam cermin, berhias diri mempercantik diri untuk bertemu suami sahabatnya.
Salsabila memakai pakaian dress rumahan, perempuan itu dengan sengaja memakai dress yang membelah di area paha. Rambut ia uraikan juga perona merah ia tebal 'kan. Hingga lipstick ia poles untuk menambah kecantikannya.
Dengan senang hati akan mengantarkan makanan untuk Daniel, pria tampan berbaik hati juga juga penyayang.
"Kita lihat, seberapa besarkah cinta Daniel untuk Cathleen ketika melihat penampilanku seperti ini." melenggang, berjalan ke arah taksi yang sudah dia pesan.
Banyak pasang mata menatap ingin memiliki. Namun, Salsabila berusaha untuk tidak menghiraukannya.
"Sal-sa-bila."