webnovel

Kebahagiaan

Kebahagiaan

Cathleen mengobati luka lebam di wajah David. Pria itu meringis kesakitan di buat-buat sengaja dirinya lakukan agar perempuan di depannya dapat tertawa.

"Ih, apaan sih kaya gitu aja manja banget." ledek Cathleen ia merasa David hanya berpura-pura kesakitan.

Pria itu terkekeh ia yakin bahwa Cathleen akan bahagia bersama dengan dirinya meskipun saat ini Cathleen masih belum tahu perasaannya.

"Lo gak apa-apa Cath?" tanya David ragu. Cathleen membereskan obat-obatan dan menyimpannya kembali pada tempatnya.

"Gue gak apa-apa kok, lo tenang aja." berusaha tersenyum walaupun David tahu di dalam hatinya terluka parah.

David mengangguk ia akan kembali ke luar karena Cathleen harus bekerja begitu pun dia. Memberikan semangat padanya berlalu melambaikan lengannya.

Pria itu keluar dari ruangan sang dokter tak lama seorang suster menghampiri memberi tahu bahwa pasien sudah menunggu untuk ia periksa.

Cathleen mengangguk menyuruhnya segera memanggil satu persatu pasien yang akan kontrol.

***

"Kenapa kamu pergi diam-diam, hah?! Apa kamu mau balikan lagi sama istri pertama kamu itu Niel?" Salsabila tidak terima jika dirinya di perlakukan seperti itu oleh suami dari sahabatnya.

"Apa sih, Sa. Uda deh gue lagi pusing pijitin kek bukan nya marah-marah gak jelas gitu." Daniel memijat pelipisnya. Ia tidak mau bertengkar bersama Salsabila cukup dengan istri pertamanya.

"Enak aja, emangnya gue babu Lo! Awas aja ya kalau ketauan lagi pergi diam-diam menemui Cathleen. Mana sini gue minta duit buat shopping memang nya Lo aja yang pusing gue juga." hardik Salsabila menengadah tangannya.

Daniel menggelengkan kepala mendengar perkataan istri kedua nya itu. Merasa tidak di hargai dan di hormati mau tidak mau Daniel mengeluarkan isi dompetnya.

"Lama banget sih, Niel. Gue juga istri kamu. Uda ini buat gue ya. Makasih papa bayi." Salsabila mengambil uang beberapa lembar di dalam dompet suaminya.

Tidak hanya itu dia juga mengambil kartu debit kemudian mengecup pipi sang suami berlalu pergi begitu saja.

Tidak lama setelah keluar istri keduanya. Suster jaga di depan memberi tahukan bahwa pasien poli anak sudah mengantri dan ingin segera di layani.

Namun saat ini pikiran Daniel tidak fokus untuk itu ia meminta pada sang suster untuk mencarikan Dokter pengganti sementara.

Ia akan kembali mengambil cuti untuk memperbaiki permasalahanya.

"Maaf Dok, tidak ada yang bisa menggantikan. Semua Dokter tengah melayani para pasien." suster itu memberi tahukan.

Menghela napasnya mau tidak mau Daniel harus melayani para pasien terlebih dahulu.

"Baiklah, segera panggil." Daniel memberi perintah.

Suster itu menganggukkan kepala. Keluar dari ruangan sang Dokter.

"Sus kok lama ya, kasian nih anak-anak sudah rewel menahan sakit." ibu berbaju pink protes.

"Maaf atas ketidak nyamanan nya saya akan mulai panggil dari urutan pertama ya. Silahkan duduk kembali."

Para orang tua pasien menganggukkan kepala duduk dengan keheningan menunggu giliran namanya di panggil.

***

"Cath." panggil Kania. Teman sesama satu profesi melambaikan lengan memberi perintah untuk menunggunya.

Cathleen menoleh menghentikan langkah menunggu Kania menghampiri.

"Gimana kehamilan Lo? Apa dia baik? Vitamin dan susu ibu hamil selalu Lo minum kan?" tanya Kania bertubi-tubi.

Mendapatkan perhatian seperti itu membuat Cathleen merasa bahagia. Bahkan ketika bekerja pun masih ada orang-orang baik peduli dan sayang pada dirinya.

"Itu nanya apa lagi intrograsi?" ledek Cathleen membuat Kania tertawa. Sepeduli itukah dirinya pada seorang pasien meskipun Cathleen adalah teman satu pekerjaan.

"Bukan dokter namanya kalau semua gak gue lakuin." tawanya renyah. Mereka beriringan berjalan menuju kantin rumah sakit karena jam sudah menunjukkan jam 12.00.

Cathleen dan Kania memesan makanan berat untuk mereka santap di siang hari. Bisikan-bisikan mengenai pernikahan suaminya masih terdengar jelas oleh Cathleen bahkan mereka pun selalu membanding-bandingan ia bersama Salsabila.

"Cath, lo yang sabar ya. Gue denger juga diret uda tahu permasalah lo sama laki lo. Mungkin bisa jadi suami lo akan di panggil Diret beserta jajaran lainnya." Kania memberi tahu.

"Uda pasti sih itu, Ni. Biarin ajalah orang dia kan yang nikah bukan gue." jawabnya merasa tidak peduli.

Setelah menunggu beberapa menit makanan mereka datang seorang pelayan menyajikan pesanannya itu di atas meja.

Hanya porsi sederhana akan tetapi mampu membuat Cathleen merasa ingin memakan lebih dari satu porsi.

Sembari makan siang mereka mengobrol baik itu hal pribadi maupun pekerjaan. Masih ada waktu beberapa menit lagi untuk sekedar bercanda membuat Cathleen ingin berlama-lama di kantin.

Tiba-tiba saja Daniel menghampirinya dengan satu piring makanan di lengan.

"Maaf, apa aku bisa ngobrol berdua bersama Dokter Cathleen?"

Kania menatap lurus pada dokter cantik itu. Ia menggelengkan kepala akan tetapi Kania mengangguk memberikan izin.

"Ada apalagi sih, Niel. Gak bisa apa ya gak mengusik aku sejam aja gitu buat aku bahagia." tanya Cathleen tanpa basa basi.

"Aku cuma mau makan aja sama kamu, apa tidak boleh?" Daniel menatap lurus istrinya. Memakan makanan di depannya membuat mood ia menjadi bagus.

Entah kenapa dokter tampan tersebut merasa rindu dengan istri pertamanya. Jelas-jelas Cathleen berada di apartemen dirinya.

Akan tetapi Daniel tidak bisa berbuat apa-apa jika mereka berada satu tempat tinggal. Apalagi kini ia seakan di belenggu oleh istri keduanya.

Cathleen terdiam. Walau bagaimana pun dia memang suami dari anak yang ia kandung. Untuk itu Cathleen terdiam hanya menemani pria itu makan apa salahnya.

"Aku juga rindu Niel sama kamu." batin Cathleen berbicara.

Ia hanya memainkan ponsel tanpa melirik sedikit pun pada Daniel. Cathleen ingin membuktikan pada dia bahwa dirinya bisa baik-baik saja tanpa kehadirannya.

"Aku rindu sama kamu, apa bisa aku ke apartemen kita?" tanyanya. Daniel menatap lurus mencari kerinduan dari mata Cathleen.

Cathleen menghela napasnya. "Ngapain harus nanya. Itukan rumah kamu juga." jawab Cathleen. Perempuan itu berdiri akan melangkahkan kaki.

Sementara Daniel menghela lengan Cathleen.

"Aku mau nginap, Cath."

"Terserah." jawab Cathleen melepaskan cekalan tangan Daniel.

Cathleen melangkah menjauh dia sedang berusaha terlihat baik-baik saja.

Sementara Daniel pun melangkah menuju ruangannya. Karena jadwal prakteknya sudah selesai kini ia membereskan semua barang bawaan nya.

Menggantungkan jas dokter di tempatnya. Lalu keluar dari ruangan segera mungkin.

Tidak peduli dengan istri keduanya dia juga tidak peduli akan dirinya.

Melihat istri pertamanya masih di dalam ruangan Daniel masuk tanpa permisi.

Cathleen hanya melihat saja tanpa berbicara.

Perempuan itu sedang memberikan laporan di dalam laptop.

Daniel akan menghampiri istri pertamanya. Akan tetapi sebuah pintu terbuka dengan sangat lebar mengagetkan Daniel menatap seseorang di sana.

"Ngapain kamu di sini?"