webnovel

David Christopher Daren

Cathleen mencari sosok pria tadi akan tetapi jejaknya tidak bisa ia ikuti hingga langkah nya kembali ke meja menunggu pesanan datang.

Tiba-tiba saja pria itu duduk di depan Cathleen membuat Cathleen menatap pria itu dengan heran.

"Masih belum kenal aku?" tanyanya. Menyeruput segelas kopi cangkir yang ada di depannya.

Cathleen mengigit bibir bawahnya berusaha untuk mengingat siapa laki-laki itu.

"Sorry, siapa ya?" Cathleen berusaha untuk bertanya.

"David Christopher Daren." jawab pria itu dengan jelas.

Cathleen menutup mulutnya tidak percaya. Ia baru tersadar jika laki-laki itu adalah sahabat kecilnya semasa mereka satu kompleks.

"Yaa ampun Chris, gue kira siapa. Kenapa lo bisa tau gue di sini. Dan penampilan lo ... sumpah beda banget beda 180°." ujar Cathleen antusias. Perempuan itu terlihat sangat bahagia bisa bertemu dengan sahabat kecilnya.

"Kenapa, sekarang gue lebih tampan?" tanya nya dengan tertawa renyah.

"Iyalah ... Dulu ya lo itu cupu, rambut di belah dua abis gitu pakai kaca mata tebal and ... Baju loh iw gak banget deh pokonya." ujar Cathleen. Menertawakan sosok sahabat kecilnya yang dulu.

Meskipun begitu David tahu jika Cathleen sangat menyukai dirinya sewaktu mereka kecil. Dan perempuan yang ada di depannya itu merupakan masa depan bagi David.

Banyak pertanyaan untuk David. Wanita itu melupakan sejenak masalah rumah tangganya bersama sang suami.

Ia sangat menikmati waktunya bersama sahabat lamanya. Sudah hampir sepuluh tahun mereka tidak bertemu semenjak David pindah ke Australia dengan kedua orang tua juga pendidikan nya.

Kini mereka bertemu kembali dengan keadaan yang berbeda.

"Jadi kenapa lo tadi nangis?" David bertanya. Ia sangat khawatir terhadap wanitanya.

"Em, ah ... Itu gak penting. Uda malam nih gue harus balik." Cathleen melihat jam di pergelangan tangannya. Namun, David menghela dengan tangannya.

"Tunggu, biar aku antar." katanya. Cathleen menggelengkan kepala.

"Gak usah Chris, gue bawa mobil." Cathleen tersenyum. Pria itu mengangguk lalu tidak lupa untuk meminta kembali nomor ponsel wanitanya.

Setelah saling bertukar nomor ponsel Cathleen keluar dari kedai kopi shop itu.

David tersenyum sangat manis dirinya sangat bahagia bisa bertemu kembali dengan cinta lama yang ia simpan rapat-rapat.

Tak pernah ia ungkapkan pada Cathleen hanya sebuah perhatian yang selalu dia berikan.

***

"Sayang kamu dari mana, saja? Daniel pulang sendiri muka nya kusut banget. Kalian berantem lagi?" Dahna bertanya ketika melihat anak menantunya baru saja kembali ke dalam apartemen mereka.

"Bukan kusut kali bu, dia kan semalam..." Cathleen akan menjawab akan tetapi di cegah oleh suaminya.

"Cukup Cath. Ibu tidak usah tahu apa masalah kita." kata pria itu.

Cathleen menggelengkan kepala merotasi bola matanya jengah. Tak ia sangka suaminya sepicik itu.

Ia melengos begitu saja tanpa memperdulikan suaminya mencegah omongannya. Dahna mengikuti menantunya tersebut merasa penasaran dengan masalah yang sedang mereka hadapi.

Pasalnya Dahna mengetahui jika mereka baru saja berbaikan. Belum ada dua puluh empat jam mereka kembali bertengkar.

"Masalah apa lagi, Cath?" Ibu mertuanya sangat penasaran.

Bukannya menjawab Cathleen justru memeluk ibu mertuanya seraya menangis di bahu wanita setengah paruh baya itu.

Tak kuasa menahan sakit yang di torehkan suaminya. Cathleen hanya bisa diam dan juga menangis.

Setelah pelukan mereka urai Dahna kembali bertanya sembari menghapus jejak-jejak air mata yang keluar dari pelupuk mata sang menantu.

Dengan sekuat tenaga Cathleen menceritakan semuanya pada sang ibu mertua. Tanpa ada yang terlewat sedikit pun.

Daniel berusaha untuk mencegah Cathleen untuk tidak menceritakan masalah mereka pada ibundanya. Namun, Cathleen merasa dirinya sudah tidak sanggup untuk menanggung semuanya sendiri.

"Apa!!! Tidak mungkin Cath, tidak mungkin Daniel selingkuh dengan sahabat kamu." Dahna tidak percaya.

Cathleen memberikan sebuah bukti pada sang ibu mertuanya. Ternyata Cathleen diam-diam merekam pergerakan Salsabila dengan Daniel suaminya pada saat dia ke apartemen itu.

"Apa yang ibu bayangkan, ketika aku melihat sahabatku penuh dengan jejak kepemilikan di lehernya... Dan ketika aku masuk ke dalam apartemen dia Daniel di sana hanya menggunakan handuk buuuuuu." Cathleen tidak sanggup untuk melanjutkan ceritanya.

Wanita mana yang tidak sakit sakit ketika dilihat dengan mata dan kepalanya sendiri suaminya tengah memadu kasih dengan wanita lain.

Perempuan itu kembali menangis, Dahna hanya mampu mengusap lalu memeluknya kembali. Memberikan rasa kasih sayang penuh terhadap menantunya.

Tiba-tiba saja Cathleen merasa pusing juga ada sesuatu yang ingin ia keluarkan dari dalam perutnya.

Ia berlari menuju kamar mandi untuk menuntaskan rasa ingin memuntahkan isi dalam perutnya.

Oe... Oe....

Dahna ikut menyusul menantunya. Membantu untuk memijat mengeluarkan rasa ingin muntah akan tetapi tidak ada yang bisa Cathleen keluarkan.

"Bu kepala aku berat banget, lemes juga. Apa karena aku sedari tadi nangis juga belum makan ya." keluhnya memijat tengkuk kepala. Dahna membawa Cathleen menuju tempat tidur.

"Masuk angin mungkin, Cath. Sebentar ibu ambilkan air hangat ya." katanya membuat perempuan itu menganggukkan kepala.

Sementara Dahna keluar dari kamar sang menantu. Daniel masuk ke dalam sana. Laki-laki itu bahkan tidak peduli dengan istrinya saat ini tengah merasa sakit akibat ulah dirinya.

Tak peduli dengan adanya sang suami di satu ruangan yang sama. Dahna kembali sembari membawa satu gelas air hangat untuk menantunya.

Wanita paruh baya itu menatap Daniel dengan tatapan tak terbaca. Setelah memberikan air hangat Dahna meminta Cathleen untuk segera tidur dan mengistirahatkan tubuhnya.

Lalu Dahna meminta sang putra untuk ikut bersama dengan dirinya karena ada sesuatu yang akan dirinya bicarakan.

PLAK!!!!

"Beraninya kau mengkhianati istrimu! Dimana hati kamu, Niel. Belum 24 jam kalian baikan kamu sudah membuat hati Cathleen merasakan kembali sakit." hardik Dahna. Ia tidak menduga jika anaknya akan tega mengkhianati istrinya sendiri.

Daniel tidak menjawab dirinya memang salah. Dan tidak seharusnya ketika bertengkar ia tidak keluar dari rumah.

"Tidak aku sangka kau bermain di belakang istrimu dengan sahabatnya. Laki-laki macam apa kamu Daniel!!" Dahna kembali berang. Ia tidak sanggup menahan rasa sakit di hatinya. Luluh lantah lah buliran bening dari pelupuk mata indahnya.

Dahna melangkah maju meninggalkan Daniel dengan tamparan yang kembali mendarat di pipinya.

Ibunya sangat kecewa terlihat dari cara ia menangis untuk pertama kalinya mendengar jika mereka tengah bertengkar adanya pihak ketiga di antara mereka.

Daniel yang tidak bisa berbuat apa-apa mencoba untuk mendiamkan terlebih dahulu ibunya. Dari pada ia harus meneriaki ibunya sendiri.

"Apa aku harus bilang bahwa aku sudah tidak mencintai Cathleen lagi?" Batinnya berbicara.

Ting satu pesan masuk ke dalam ponsel Daniel. Betapa ia kaget sekaligus ada perasaan bahagia dalam hati Daniel.