"Jason, apa kau sudah menyiapkan seragammu?" tanya nenek.
"Sudah nek. Aku sudah menyiapkan semuanya" jawabku.
Namaku adalah Jason Stigeweard. Hari ini aku memulai hariku dengan berangkat ke sekolah yang lebih tinggi, yaitu SMA. Aku diterima di SMA Wolfgang. SMA Wolfgang terkenal karena kegengsiannya. Rata-rata murid yang masuk disekolah ini adalah murid yang kaya raya. Murid sepertiku beruntung dapat memasuki sekolah ini.
"Jason, kamu jangan sampai terlambat ke sekolah yah. Nenek sudah menyiapkan bekal untuk makan siangmu"
Seorang perempuan yang sudah tua dengan rambut dominan putih memberikanku bekal makan siang. Dia adalah nenekku. Nenekku bernama Rowen Stigeweard. Aku langsung memberikan salam kepada nenekku untuk berangkat ke sekolah.
***
Terlihat bangunan yang begitu megah didepanku. Aku melihat tulisan "SMA Wolfgang" yang begitu besar di pintu masuk sekolah. Aku tidak percaya sudah 6 bulan aku bersekolah di sini. Hari ini hari pertamaku masuk sekolah setelah liburan semester. Aku sangat bersemangat akan hal ini karena di hari pertama setelah liburan, sekolah akan memulangkan seluruhnya muridnya dengan cepat. Dengan begitu, aku bisa memulai pekerjaan lemburku.
"Jason, bagaimana dengan liburanmu?" tanya seorang dengan pakaian yang nyentrik dengan nada yang begitu sombong.
Dia adalah Scott Weissner, murid terkaya angkatan kelas 1. Dia selalu membullyku karena aku berasal dari keluarga yang tidak mampu. Menurutnya, aku seharusnya tidak dapat bersekolah disini karena sekolah ini dikhususkan bagi orang-orang kaya. Akan tetapi, hanya inilah satu-satunya sekolah yang letaknya tidak begitu jauh dari rumah nenek.
"Liburanku sangat menyenangkan, tuan Scott. Terima kasih karena sudah menanyakannya kepadaku" jawabku.
Mendengar jawabanku, Scott tampak marah. Ia lalu membawaku ke dalam kamar mandi. Di sana, aku dihajar habis-habisan oleh Scott dan anak buahnya. Tak lupa mereka menyiramkan air yang berasal dari closet kepadaku. Aku tidak dapat berbuat apa-apa selain hanya menahan amarahku.
Aku bergegas ke ruang ganti untuk mengganti pakaianku. Sebenarnya, aku sudah lelah apa yang dilakukan Scott dan teman-temannya kepadaku. Namun, aku tidak bisa mengatakan hal itu kepada guru karena mereka pasti akan membela Scott. Aku juga tidak mau menceritakan kejadian yang kualami kepada nenek karena aku tidak ingin membuatnya khawatir.
"Scott, apa kau tidak berlebihan kepada Jason?" tanya salah satu teman Scott.
"Sudahlah, itu sudah menjadi takdirnya karena dia bersekolah disini. Lupakan hal itu, bagaimana jika kita bermain game Tales of Zumania?"
"Terdengar bagus. Baiklah, ayo kita mulai bermain gamenya"
Tales of Zumania merupakan game MMORPG yang sangat terkenal di era sekarang. Game tersebut menyajikan player dengan berbagai kelas yang unik serta cerita yang menarik. Hingga saat ini, belum ada orang yang dapat menamatkan game tersebut.
Bel pun berbunyi. Pertanda istirahat makan siang sudah berakhir. Aku sangat senang dengan masakan nenekku. Masakannya begitu enak meskipun terlihat sederhana. Saatnya bagiku untuk memasuki kelas.
"Baiklah anak-anak, kalian tahu ini adalah hari pertama kalian masuk sekolah setelah liburan semester. Ada beberapa hal yang ingin aku sampaikan"
Orang yang berbicara di depan adalah walikelas 1-A, kelas yang aku tempati. Dia bernama Aaron Baker. Keluarga Baker terkenal karena toko rotinya yang sangat enak. Bahkan, rasa dari roti yang dibuat oleh keluarga Baker disukai oleh banyak orang-orang kaya.
Pak Aaron menjelaskan bahwa dalam seminggu ini, pelajaran akan ditunda terlebih dahulu. Sebagai gantinya, setiap kelas harus menyiapkan pentas seni yang akan ditampilkan pada hari Sabtu nanti. Pak Aaron sudah menyiapkan apa yang harus ditampilkan pada hari Sabtu nanti, yaitu drama. Untuk pemilihan pemainnya, Pak Aaron menyerahkan kepada ketua kelas.
Ketua kelas langsung maju kedepan. Dia bernama Abigail Leonhearth. Dia terkenal sebagai ketua kelas yang tegas. Akan tetapi, itu tidak berlaku bagiku.
"Baiklah, temanya mirip seperti cerita the Ugly Ducking. Lalu, nanti yang akan menjadi the Ugly adalah Jason. Dengan begini, apakah kalian semua setuju?"
Mendengar hal itu, bagiku sangat tidak adil. Aku bahkan belum menyetujui apakah aku mau menjadi the Ugly. Akan tetapi, seperti biasa. Aku tidak dapat melakukan apa-apa. Aku hanya bisa pasrah menerima keadaan.
Bel pun berbunyi. Menandakan sekolah sudah berakhir. Aku bergegas pergi menuju tempat kerjaku. Aku berharap semoga bos memberikan gaji yang lebih untukku pada hari ini.