webnovel

Infinity | Re-Publish From Wattpad

cover by: zakiasyafira (n): Something in the past, let it be in the past. Ah begitulah, tapi mengapa aku tidak benar-benar bisa melupakan semua kejadiannya dan tetap menyukaimu meskipun kau terus memberiku luka yang dalam?

foleyys · 青春言情
分數不夠
20 Chs

(cold) 7+

» Aku memang jahat, hanya peduli pada diri sendiri tanpa memikirkan mu yang selalu memikirkan ku.

Saat membuka mata, semerbak bau obat langsung tercium oleh indra penciuman.

Pandangannya kabur, semua yang terlihat sangatlah buram.

Kesadarannya belum sepenuhnya, sampai suara derap langkah terdengar jelas menuju ruangannya.

"Kamu mendingan Bang?" Tanya seorang wanita paruh baya yang sangat mirip dengan seorang lelaki yang tengah terbaring lemas di atas tempat tidur rumah sakit.

Lelaki yang di tanya pun hanya mengerang sebagai jawaban.

Wanita paruh baya tersebut yang sering di sapa-Nayra itu tidak tega melihat anaknya yang terbaring lemah. "Kamu pasti sembuh kan Bang? Kasih Mama janji, Mama gak mau kehilangan kamu Bang." Ucap Nayra dengan sendu.

Lelaki itu menoleh ke arah ibunya, "Aku baik baik aja Ma, Mama gak usah khawatir. Aku bakal sembuh demi Mama." Ucap nya dengan serak bahkan hampir tidak bersuara.

Nayra mengangguk, "Temen kamu katanya bakal dateng lagi hari ini jam 7 malam nanti. Kamu gak ada pacar kan?" Tanya Nayra kepada anak pertamanya itu.

"Em...harus cerita Ma?" Tanya balik lelaki itu kepada ibunya.

Nayra memandang anaknya dengan malas, "Yaa kira aja sama kamu Bang, Mama cuma takut ada trus dia gak tau kondisi kamu, kasian." Ucap Nayra.

Lelaki itu terlihat salah tingkah akibat ucapan ibunya, "Gimana ya? Adanya juga cewek yang Abang suka, tapi dia anggep Abang cuma sebagai kakak doang kayaknya." Ucap lelaki itu dengan air muka keruh.

"Sini minta kontaknya, Mama hubungi ya. Pengen liat selera kamu kayak mantan-mantan kamu atau lebih baik lagi." Ucap Nayra yang sudah memegang ponsel anaknya.

Lelaki itu memohon kepada ibunya, "Ma, jangan Ma. Abang gak mau dia tau kondisi Abang yang kayak gini." Ucap lelaki itu dengan cengiran yang tak biasanya.

"Sok kuat kamu." Ucap Nayra yang juga keluar menuju kantin rumah sakit.

Lelaki itu memandang ke arah jendela kamarnya, dan berharap penyakitnya cepat sembuh agar ia bisa bertemu dengan perempuannya.

+×÷

Arka baru saja sampai di sekolah tepat pada pukul 6 lewat 50 menit. Ia langsung menuju kelasnya yang sudah penuh oleh penduduk kelas X-5, dan dia anggota terakhir yang memasuki ruang kelas.

20 menit kemudian, bel masuk berbunyi nyaring ke seluruh penjuru sekolah. Namun, guru yang seharusnya masuk tidak kunjung datang.

Sampai KM pun beranjak menuju ruang guru untuk memanggilnya dn masuk kelas.

10 menit setelah KM pergi, keadaan kelas tidak bisa dibilang sepi, yaitu kebalikannya; ramai.

Ada yang berisik berbicara tentang K-pop. Ada yang berisik membicarakan pertandingan antara kutu manusia dan kutu beras, mana yang lebih cepat jika dijadikan bahan balapan. Dan ada juga yang bertingkah konyol, yaitu bernyanyi dengan suara fals yang melengking keras, siapa lagi kalau bukan Nazo.

Tiba-tiba ketukan pintu membuat semuanya kembali menjadi manusia normal dan meilhat ke arah pintu dengan pandangan ngeri.

KM memulai masuk dengan tatapan santai, "Guru gak ada," Ucapnya memasuki kelas.

"YIIIHAAAAA!" Teriak Nazo dengan memutar mutar sapu yang ia pegang.

"Tapi di kasi tugas nge-rangkum materi di perpus." Lanjut Sang KM membuat semuanya kecewa.

"Ku ingin marah~" Ucap Nazo menghayati lagu dari BCL.

"Melampiaskan~" Lanjut Juna, salah satu ML player yang sering mabar dengan Arka dan kawan kawan.

"Tapi ku hanyalah, sendiri disini~" Lanjut Nana, cewek tomboy yang kerjanya main basket dan gabungnya bersama lelaki basket /cogan/. Bisa terbayang banyak yang iri padanya karena bisa berteman baik dengan cogan tanpa menimbulkan rasa.

"Ingin kutunjukkan, pada siapa saja yang ada~" Lanjut Beni Sang bendahara osis.

"Bahwa hatiku, kecewaaaa" Ucap semuanya serempak dan diakhiri dengan tawa masing masing.

Kemudian, Nazo bertatap datar, karena merasa sia sia saja ia senang tadi. "A! A a a aisyah bojoku jatuh cinta, p p p pada jamilaa!" Teriak Jay yang ikut menyanyi dan langsung mengambil alih sapu dari tangan Nazo.

"TETEW!" Celetuk Arka ketika Jay sudah selesai nyanyi. Dan itu malah mengundang tawa anak sekelas.

Kelas X-5 menuju perpustakaan, tapi jika melihat anak lelaki yang bergerombol, malah jatuhnya seperti hendak tauran.

Sesampainya di perpustakaan, mereka berpencar dengan teman yang merasa klop, dan mencari buku untuk bahan rangkuman.

Arka dan empat kawannya duduk di pojok perpustakaan karena dekat dengan AC.

Jay, Nazo, Alian dan Aldyan, mereka ber-empat menuju rak buku PKN. Sedangkan Arka? Dia berada di rak novel fantasi, ia mencari buku berjudul Gideon The Cutpurse. Yaitu buku yang tak pernah bosan dibaca olehnya walaupun sudah berkali kali.

Saat hendak kembali ke mejanya, ia melihat Giovanna sedang menuju rak buku matematika seorang diri tanpa ada Shakira menemani.

Arka mengikutinya dan berdiri tepat di belakang Giovanna, "Hai." Ucapnya dengan senyum manis sembari menepuk pelan bahu Giovanna.

Giovanna hanya meliriknya dan tidak berniat untuk membalasnya.

"Ah elah kemaren aja khawatir banget sama gue, sampe manis manis gimana gitu. Trus pas gue naro jidat juga diem aja, sekarang malah sok cuek gini. Gemesin." Ucap Arka yang hendak mencubit pipi Giovanna, namun dengan cepat di tangkis olehnya.

"Mau lo apa? Berisik banget." Ucap Giovanna dingin.

"Aku maunya kamu Giovanna." Ucap Arka dengan nada manja yang menggelikan.

Giovanna memilih diam tidak mau menanggapi Arka yang sedang kehilangan otaknya.

"Eh, ngomong-ngomong olim udah seminggu lagi, lo bakal ikut?" Tanya Arka mengalihkan topik pembicaraan menjadi lebih serius.

Giovanna tidak bersuara, melainkan hanya gelengan kepala sebagai jawaban.

Arka bingung, "Loh kok? Lo masih gak di bolehin sama Papa lo?" Tanya Arka dengan alis bertaut.

Giovanna mengangkat bahunya, ia juga jadi bingung sendiri.

"Papa lo balik kerja jam berapa?" Tanya Arka tiba tiba.

Giovanna diam memandang Arka dengan raut wajah seolah bertanya 'ngapain?'

Arka memutar bola matanya malas, "Pokoknya balik jam berapa sayang?" Tanya Arka memelankan suaranya.

"Hari ini jam 6." Ucap Giovanna yang telah membawa buku paket matematika.

Arka mengangguk mengiyakan ucapan Giovanna, "Lo pelajaran matematika? Di suruh ngapain?" Tanya nya yang mengalihkan topik pembicaraan, dan membuat Giovanna bingung dibuatnya.

Giovanna tidak terlalu memperdulikan alasan apa dan kenapa Arka menanyakan papa nya pulang, karena pasti Arka tidak akan macam macam. "Review buat UAS." Ucap Giovann seolah tidak peduli.

"Yaelah Gi, masih 2 bulan lagi." Ucap Arka yang tak habis pikir. "Tau gak sih? Gue tuh kayak reporter yang lagi nanya ke artis tentang karir nya. Gak pernah gitu lo nanya ke gue?" Tanya Arka dengan ekspresi wajah sedih yang dibuat buat.

Lah kemaren lo di kamar gue, luka-luka, emang gue gak nanya kenapa? Ni orang otaknya belum di pasang kayaknya.

"Lo ngapain?" Tanya Giovanna balik.

"Ohh, ini gue di suruh nge-rangkum PKN." Jawab Arka dengan antusias.

"Bawa novel?" Tanya Giovanna yang melihat novel sekitar 300-400 halaman berada di tangan kanan Arka.

"AHAHAHAHA! Gue lupa jaim, bye Gi!" Ucap Arka dengan keras dan langsung menuju meja teman temannya berada.

Bener kan, otaknya belum di pasang.

Giovanna kembali dengan 2 buku paket matematika di tangannya.

+×÷

Bel pertanda pulang sudah berbunyi 15 menit lalu, namun Giovanna masih mengutak-atik bukunya di dalam kelas seorang diri.

"Sibuk banget ya kayaknya." Ucap seorang lelaki dengan suara berat yang khas.

Giovanna menengadahkan kepala nya untuk melihat siapa yang datang.

Giovanna kaget melihat Ravino datang dengan balutan jaket berwarna merah yang sengaja resleting nya dibuka sehingga melihatkan kaos berwarna navy yang ia pakai. "Gak sekolah?" Satu pertanyaan muncul dari mulut Giovanna, padahal sedari tadi banyak pertanyaan muncul di otaknya.

Ravino mengangguk, "Iya, abis izin." Ucapnya kemudian terduduk di hadapan Giovanna. "Lagi ngapain si emang?" Tanya nya yang penasaran dengan aktifitas Giovanna.

Giovanna melanjutkan aktifitasnya, "Milih teori buat UAS." Ucapnya.

Ravino mengangguk paham, "Udah lama gak liat lo." Ucapnya sambil memerhatikan Giovanna dengan tersenyum.

"Udah lama juga gak liat kakak." Ucap Giovanna yang masih fokus dengan buku bukunya.

Terukir senyuman jahil di wajah Ravino, "A cie kangen ya? Hahaha." Ucapnya sambil tertawa lepas.

Giovanna hanya memutar bola matanya malas. "Metode belajar buat UAS gimana?" Tanya Giovanna mengalihkan.

"Siapa? Gue?" Tanya Ravino menunjuk dirinya.

"Yang nanya." Ucap Giovanna malas.

"Oh." Ucap Ravino yang semakin membuat Giovanna kesal, tapi di pendam sendirian. "Gue sih sks." Ucapnya santai seolah tiada beban sama sekali. /sks> sistem kebut semalam/.

Giovanna hanya mengangguk sebagai tanggapan.

"Wah, ngapain berduaan aja di kelas?" Tanya seseorang yang baru saja datang, masih dengan memakai seragam sekolahnya.

"Lo sendiri ngapain masih disini?" Tanya Ravino balik terhadap Arka.

Arka mengangkat bahunya dan berjalan menuju mereka berdua.

Gue diantara dua kutub magnet gini dah.

Giovanna hanya diam tidak ingin menanggapi mereka berdua, dan ingin cepat pulang entah kenapa.

"Ayo Gi, gue anter pulang." Ucap Arka yang sama sekali belum duduk.

Ravino menyanggah, "Dia balik sama gue, lo duluan aja sana." Ucap Ravino masih santai.

Saat Arka sudah hendak meledak, Giovanna angkat suara "Gue balik sendiri." Ucapnya yang langsung pergi keluar kelas.

Mereka debat saling menyalahkan satu sama lain. "Kalian cocok jadi homoan!" Teriak Giovanna sembari tertawa kecil dan berlari menuju gerbang.

"Gue bahagia dia bisa ketawa karena gue." Celetuk Ravino bangga pada dirinya sendiri.

Arka tidak terima, "Apaan dah, kalo gaada gue dia gak akan ketawa keles." Ucap Arka seraya memeletkan lidahnya.

"Lah? Kalo gaada lo gue bisa berduaan sama doi lebih seru, lo dah kayak parasit aja ganggu terus." Ucap Ravino.

"Yaudah, kalo gue gak dateng ada dua resiko. Yang pertama, dia gak akan ketawa. Yang kedua, bisa aja ada setan menghasut lo untuk berbuat macem macem. Astagfirullah." Ucap Arka mengelus dada nya.

"Lo aja kali yang mesum." Ucap Ravino mengalihkan.

"Wajar. Manusiawi. Normal. Berati gue lelaki normal, gak belok." Ucap Arka membela diri.

"NAH! Ada juga gue yang mengawasi kalian nih harusnya." Ucap Ravino dengan pandangan aneh.

"Udah awas, males gue debat sama lo." Ucap Arka menaiki motor birunya.

"Lah siapa juga njir yang mau debat sama orang kayak lo?" Ucap Ravino yang menaiki motor hitam miliknya.

Perdebatan mereka belum berakhir sampai berpisah di gerbang karena berbeda arah.

+×÷

Langit semakin menggelap, bulan dan bintang sudah menampakkan dirinya dengan malu malu.

Jam yang bertengger di lengan kirinya menunjukkan pukul 7 kurang 10 menit. Arka pun turun dari kamarnya yang berada di lantai dua.

Saat sudah sampai di tangga paling akhir, ia melihat seorang lelaki yang sangat mirip dengannya sedang duduk memakai kacamatnya dan menatap layar laptop dengan serius.

"Mau kemana Arka? Pasti kamu sering keluar malam untuk berantem lagi kan?" Tanya Angkasa melihat pakaian anaknya yang seperti hendak main.

Lah ngapa nanya kalo nebak sendiri.

"Gak, Arka mau ke rumah temen." Ucapnya yang sudah menuju pintu.

"Temen yang mana? Reinal? Nazo? Alian? Aldyan? Atau Reza?" Tebak Angkasa, karena teman yang pernah Arka bawa hanya mereka.

"Bukan Yah, ini temen cewek. Giovanna." Ucap Arka seraya mengganti sendal rumah nya menjadi sendal main.

"Giovanna? Mau ngapain?" Tanya Angkasa penasaran.

"Iya Yah, Giovanna Ēquirrel. Kesana mau nemuin Papa nya, bukan Giovanna." Ucap Arka sembari pamit pergi.

"Kamu kalo lamar dia ajak Ayah, bukannya sendirian." Ucap Angkasa serius.

"Bukan lamar, yaudah Yah keburu malem." Ucap Arka langsung menaiki motornya dan pergi menuju rumah Giovanna.

15 menit Arka habiskan bersama motornya membelah angin malam, ia turun dari motornya dan langsung memencet bel rumah Giovanna.

Kali ini yang membuka pintu bukanlah Sergio, melainkan Diego. "Eh, Bang." Ucap Arka sambil nyengir kuda.

"Gue panggilin dulu Giovanna nya." Ucap Diego yang juga mempersilahkan Arka untuk masuk.

"Eh Bang, Giovanna gak usah di panggil. Papa lo ada?" Tanya Arka membuat Diego melongo.

"Lo mau nge lamar?" Tanya Diego masih tidak percaya.

Arka tersenyum, "Mau nge lamar jadi calon. Eh engga deng bercanda. Ada yang mau di omongin empat mata nih Bang." Ucap Arka mulai serius.

Diego mengangguk pelan, menyuruh Arka untuk duduk terlebih dahulu.

Baru sekitar 5 menit, Arka terduduk di sofa ruang tamu, Sergio telah datang dengan memakai pakaian santai.

"Eh, Om." Ucap Arka berdiri untuk bersalaman dengan Sergio.

Setelahnya, Sergio duduk di hadapan Arka. "Ada apa?" Tanya Sergio to the point.

Arka meneguk air liurnya, dan menatap Sergio lurus ke dalam mata nya. "Om beneran gak nge-bolehin Giovanna ikut olimpiade?" Tanya Arka dengan berani.

"Apa urusannya dengan mu?" Tanya Sergio dengan tatapan datar.

"Gaada urusan sama saya Om, tapi apakah Om tahu bahwa Giovanna sangat mengidolakan sains? Dia sangat menyukai nya, dan berharap dapat dukungan dari Om atas apa yang ia suka. Dia seharusnya bisa dengan mudah meraih apa yang ia inginkan, karena dia pintar dalam berbagai hal. Tapi apa? Om melarangnya, dan itu malah membuat Giovanna terdorong untuk mundur. Padahal ia sudah berada di titik dimana hampir terdepan." Ucap Arka.

Sergio menatapnya dengan aneh, "Kamu itu kenapa? Suka sama anak saya? Mau jadi superhero?" Tanya Sergio.

"Kata Ayah saya, semua anak lelaki itu superhero. Harus bisa menolong dan menjaga orang di dekatnya. Dan sekarang saya sedang menolong Giovanna untuk keluar dari zona-kekang Om." Jawab Arka.

"Kenapa kamu memiliki sesuatu yang beda di dalam diri kamu?" Tanya Sergip sembari menepuk pelan dahinya.

"Ya kan karena emang saya ganteng." Ucap Arka dengan nyengir kuda.

"Gak nyambung." Ucap Sergio sembari menatap Arka dengan malas

"Yaudah Om, berarti Giovanna di izinin buat ikut olimpiadr dong?!!" Tanya Arka dengan raut wajah ceria, dan tidak se-serius tadi.

Sergio mengangkat bahunya pelan, dan berdiri menuju dapur.

"Om, saya izin ketemu Giovanna yaa!!" Ucap Arka dengan nada tinggi dan hendak menuju tangga.

Sergio menahannya, "Gak usah, udah malem." Ucapnya menahan Arka.

"Saya cuma mau ngasih tau doang Om, kalo dia udah bisa konfir ke Pak Alfa." Ucap Arka memberi alasan.

"Nanti saja." Ucap Sergio bersikukuh.

"Saya gak yakin sama Om." Ucap Arka dengan ekspresi tampak sedang berpikir.

"Giovanna hadir karena saya, bukan karena kamu." Ucap Sergio tegas.

"Tapi kami di takdirkan untuk bersama." Ucap Arka dengan nada suara pinajisen.

"Budak cinta." Ucap Sergio menepuk dahi nya lagi.

"Bentar ya Om." Ucap Arka langsung naik tangga dengan cepat.

Giovanna mendengar derap langkah mendekat, dan ia yakin itu adalah Diego yang akan memberitahu nya untuk makan malam.

Sampai suara ketukan pintu, dan ia pun membuka pintu. Feeling nya ternyata salah, dan untuk apa dia disini?

Giovanna tidak berbicara, namun seakan berkata 'ngapain?' Kepada Arka.

Arka menggeleng dan mendorong tubuh Giovanna untuk masuk dan menutup pintu kamar milik Giovanna.

Giovanna duduk di kursi tempatnya belajar, sedangkan Arka duduk di kursi pojok kamar yang selalu ia tarik agar berdekatan dengan Giovanna.

Giovanna hanya diam tidak mengucapkan sepatah kata apapun, ia lebih memilih memainkan ponselnya karena sedari tadi sudah membaca banyak materi.

Arka memandangnya dari samping sambil tersenyum lebar, "Gue tadi ngobrol sama Papa lo, gue bilang kalo..." Ucap Arka yang sengaja di gantung.

Giovanna hanya melirik nya sekilas, walaupun sebenarnya ia juga ingin tahu apa yang dibicarakan Arka dengan Papa nya.

"Kalo lo harus ikut olim, dan alhasil, lo di bolehin ikut olim!!" Ucap Arka yang ikut senang.

Giovanna diam mendengarnya, ia tidak percaya dengan ucapan Arka. "Basi candaannya." Ucap Giovanna datar.

"Ternyata lu beneran gak percaya? Yaudah gue panggilin Papa lo dulu." Ucap Arka yang sudah bangkit dari duduknya.

Giovanna menggeleng, "Lo gak boong kan?" Tanya nya memastikan.

"Kagak lah, mau ngapain gue boong anjir." Ucap nya kembali duduk dengan tersenyum sangat manis.

Giovanna langsung senang dan dengan refleks, memeluk tubuh tegap yang ada di hadapannya. "Makasih banyak, demi gue gak percaya. Ini beneran kan? Bukan mimpi?" Tanya Giovanna, masih belum percaya.

Arka yang terkejut, awalnya hanya diam saat Giovanna memeluknya, namun ia pun akhirnya membalas pelukan Giovanna. "Iya sama sama, gue berjuang demi lo." Ucap Arka yang masih berada dalam pelukan Giovanna.

Giovanna tersadar bahwa ia telah memeluk Arka, dengan malu ia lepaskan pelukan tersebut.

"Kenapa? Gausah malu ah, sini gue kasih pelukan hangat yang erat." Ucap Arka sembari merentangkan kedua tangannya.

"Apaan sih." Ucap Giovanna yang duduk di kursi belajarnya dengan tertunduk malu. "Gue gak tau harus bales kayak gimana." Sambung Giovanna.

Arka tersenyum, "Jadi pacar gue." Ucapnya yang sukses membuat Giovanna membulatkan matanya.

Giovanna menoleh dengan kebingungan harus jawab apa. "Gue tunggu jawabannya setelah lo balik dari olim." Ucap Arka yang mengacak acak rambut Giovanna dan bangkit pergi dari kamarnya.

+×÷