webnovel

Infinity | Re-Publish From Wattpad

cover by: zakiasyafira (n): Something in the past, let it be in the past. Ah begitulah, tapi mengapa aku tidak benar-benar bisa melupakan semua kejadiannya dan tetap menyukaimu meskipun kau terus memberiku luka yang dalam?

foleyys · 青春言情
分數不夠
20 Chs

(cold) 6`

—Tanpa kita sadari, kita sama sama masuk ke dalam ruang itu.

6 hari itu sudah dapat Giovanna lewatkan dengan tenang. Ia juga sudah sedikit banyak berbicara kepada Arka, lantaran mengingatkan beberapa kebiasaan buruk Arka.

Ini hari terakhir, gue pasti bisa.

Batin Giovanna memasuki sekolahnya.

Sesampainya di kelas, ia melihat beberapa teman kelasnya sudah datang dan menunduk sedang mengerjakan PR biologi.

"Gi, liat PR biologi punya lo dong." Ucap Robin dengan cengiran khasnya tercetak di wajahnya yang blasteran Indo-Australia.

Giovanna duduk di kursi nya dan membuka tasnya untuk mengambil PR biologinya, dan memberikan nya pada Robin.

Giovanna tidak masalah jika PR nya di contek oleh teman kelasnya, apalagi jika guru nya tidak terlalu memperhatikan kesamaan jawaban mereka.

Robin berterima kasih kepada Giovanna, Giovanna hanya mengangguk dan mengambil ponselnya untuk sekedar membuka beberapa aplikasi yang sudah lama tidak ia buka.

Giovanna sedang asik meng-scroll instagram pribadi miliknya, tiba tiba saja teriakan keras memasuki ruang kelas.

"GI! GUE LIAT PR BIOLOGI DONG!" Teriak Shakira yang berada di pintu kelas, membuat beberapa anak kelas meliriknya biasa.

Giovanna tidak menjawab dengan suara, namun dengan pandangan mata. Saat Giovanna memandang Shakira bergantian dengan Robin yang masih menyalin PR-nya.

Shakira mengerti apa yang Giovanna maksud, ia langsung menuju kursi nya untuk menaruh tas nya, dan setelahnya menuju ke meja dimana Robin sedang menyalin PR Giovanna.

Robin mendongak sinis kepada Shakira, "Gue dulu, lo nanti aja. Sono hus!" Usirnya membuat Shakira membalas tatapan sinis nya juga.

"Buku Giovanna, napa elo yang seenaknya?" Ucap Shakira tidak ingin kalah.

Robin masih menyalin PR nya seraya berkata, "Ya makanya, PR itu di kerjain di rumah, bukannya di sekolah." Ucap Robin dengan wajah tanpa dosa.

Shakira greget sendiri, "Lah sendirinya? Udah ah sini berbagi!" Ucap Shakira yang langsung memiringkan buku Giovanna.

+×÷

"Gi, ngantin yok." Ucap Shakira dengan wajah sumringah.

Giovanna menggelengkan kepala nya, "Eng-" Ucapannya di potong oleh Shakira.

"Ah, udah ayok. Gue gak mau sendirian di kantin, takut ada Aldyan liat, kan nanti jatoh harga diri gue karena keliatan jones."

Giovanna hanya memberikan pandangan 'najis' untuk teman nya itu.

Setelah sampai di kantin, Shakira langsung memesan berbagai macam makanan ringan, karena suasana kantin masih sepi belum ramai pengunjung, jadi mudah untuk memesan makanan.

Shakira kembali dengan membawa batagor, bakso bakar, soto, dan Gooday white frape. Seharusnya kewalahan membawa itu semua bersamaan dengan jumlah tangan hanya dua, namun tidak bagi Shakira karena ia biasa dengan seperti itu. Membeli semua jajanan, seperti orang kelaparan.

Shakira menaruh nya satu satu di atas meja kantin, "Gue liat, belakangan ini lo sering bareng sama Arka ya. Apalagi waktu itu dia bikin boomerang elo yang malem malem depan rumah lo. Anyway, emang dia di izinin sama bokap lo? Lagian lo... pergi sama dia? ANJIR BARU SADAR! BEGO BANGET DAH GUE." Ucap Shakira dengan kalimat akhir yang melengking keras dan menepuk dahinya.

Giovanna memandangnya dengan tatapan 'gausah-gede-gede-bego', dan menjawab "Emang." Hanya itu yang keluar dari mulutnya.

"LAH? SEJAK KAPAN LO JADIAN ANJEER?" Ucapan Shakira memang keras sehingga penduduk kantin menoleh, ada yang penasaran, ada juga yang terganggu.

Arka ikut bergabung duduk di sebelah Giovanna, "Ha? Siapa yang jadian anjay?" Ucapnya dengan penasaran.

Lah sebelas dua belas ini orang duaan.

"I-itu si Giovanna jadian sama A-apaya nama nya?" Ucap Shakira yang seketika menjadi bego karena Aldyan ikut duduk di sebelahnya.

Giovanna membuang nafas lega. "Lah lo jadian sama siapa Gi?" Tanya Nazo menatap bingung dua perempuan tersebut.

"Enggak." Ucap Giovanna menggeleng pelan.

Setelahnya, terdengar helaan napas dari seseorang di sebelahnya.

Arka menatap Giovanna dari arah samping, "Lo gak makan?" Tanya nya yang melihat Giovanna diam saja sedari tadi tanpa memakan sesuatu.

Giovanna menggeleng pelan sebagai jawaban. "Mau pesen apa Gi, gue pesenin." Ucap Arka yang hendak bangkit dari duduknya untuk memesan sesuatu.

Giovanna menggeleng lagi, "Gak usah." Ucapnya.

"Lo gak laper?" Tanya Arka kepada Giovanna.

Untuk ketiga kalinya, Giovanna menggeleng.

"Dunia milik berdua, kita mah ngontrak." Celetuk Jay sembari menyeruput Gooday milik Shakira yang sudah tinggal setengah, menjadi kandas tidak tersisa.

Aldyan berdecak pelan, "Gue gak ngontrak, tapi ngekos." Ucapnya dengan wajah datar.

"Lah gue lagi credit beli rumah. Masih jaman tuh bayar kos bayar kontrakan?" Ucap Nazo dengan ekspresi wajah sombong.

Alian mengalihkan pandangannya dari ponsel, "Gue beli tiket mau pindah ke bulan."

Arka menatap teman temannya satu persatu, "Kayaknya gue mau mem-bumi hanguskan kalian semua deh."

"Gak bisa bagi gue, gue kan udah di bulan bukan di bumi. Jadi cuma bumi yang hangus, bulan mah engga." Ucap Alian datar.

Arka bertatap malas, "Yaudah gue juga mau mem-bulan hanguskan. Puas?"

Nazo mengangkat sebelah alisnya, "Lo siapa ya?" Ucapnya pura pura tidak kenal.

"Nax Mami." Ucap Arka.

"Lagian disini ada 5 penghuni lain, tapi asiknya berdua aja. Kan keliatan banget nanti jonesnya." Ucap Jay dengan ekspresi wajah sedih yang dibuat buat seolah sok dramatis.

"Ya kan emang jones elo mah." Celetuk Alian yang membuat semuanya tertawa kecuali Giovanna.

Aldyan bangkit dari kurisnya menuju keluar kantin, sontak mereka semua bertanya heran. "Lo mau kemana Dy?" Tanya Arka.

"Abis ini pelajaran Mr. Uno, dateng 15 menit sebelum masuk." Jawabnya tanpa menoleh.

"ANJEER ADA PR! BUSET DAH GUE LUPA." Ucap Nazo yang langsung mengikuti langkah Aldyan.

"PR? LAH GUE JUGA BELUM ANYING." Ucap Jay dengan lari terbirit-birit.

"GAK USAH NGEGAS, SETAN!" Ucap Alian yang berjalan santai, karena sepertinya dia sudah mengerjakannya.

Arka bangkit dari duduk nya, dan mengacak acak rambut Giovanna, "Jangan lupa makan ya Gi, karena hidup itu berat dan butuh tenaga." Ucap nya dengan tersenyum manis seperti biasanya.

Shakira yang melihatnya, hanya bisa melongo tidak percaya. "Lo makin hari makin deket aja ya sama Arka, lo masih suka sama dia?" Tanya Shakira to the point.

Giovanna menatap Shakira dengan pandangan yang sulit di artikan, "Gue bingung sama perasaan gue sendiri Sha. Gue emang ada niatan buat lupain dia, tapi perasaan sama diri sendiri gak bisa di boongin. Dengan fakta, gue masih suka sama dia. Anehnya, dia gak pernah ngelakuin apapun buat gue, tapi bikin gue nyaman dengan hal kayak gini. Gue nyaman dengan suka sama dia, sampe rasa gue pindah ke sayang. Mungkin selama ini gue bilang kalo gue udah gak ada rasa, tapi nyatanya gak gitu, Sha." Ucap Giovanna, itu kalimat terpanjang setelah beberapa tahun silam.

Shakira sama melongo nya seperti tadi, "Gi? Ini lo? Masya Allah, Giovanna bisa ngomong panjang. Sujud tilawah gue nih." Ucapnya dengan mata berbinar.

Giovanna memandang malas Shakira, "Sujud syukur, bego." Ucapnya yang kembali seperti Giovanna yang dulu.

"GUE KANGEN LO YANG KAYAK GINI GI! LO SELAMA INI KEMANA AJA? GUE KANGEN, SELAMA 2 TAUN INI,GUE GAK KENAL LO GI, LO BEDA, BERUBAH, JADI ORANG YANG GAK GUE KENAL." Ucap Shakira yang sudah histeris duluan.

Giovanna tersenyum tipis, "Gue kembali, setelah lama pergi." Ucapnya. "Kok gue udah lama gak liat kak Ravino ya?" Tanya Giovanna sembari mengedarkan pandangannya.

Shakira diam sejenak dengan wajah datar, kemudian berbicara kembali, "Ohhh, jadi jadi, ooh, gue ngerti sekarang. Ohhh gitu, ohohohoho gitu ya Gi." Ucap nya tidak jelas.

Giovanna menggidikkan bahu, "Apaan sih." Ucapnya yang langsung berdiri dan keluar kantin meninggalkan Shakira.

+×÷

Bel pulang sekolah sudah berbunyi dari 15 menit lalu, namun Arka yang hendak mengantar Giovanna pulang tidak kunjung terlihat.

Tiba tiba ada suara seseorang yang kelelahan, "Eh, sorry Gi lambat." Ucapnya sambil mengatur napas yang terengah engah.

"Abis darimana?" Tanya Giovanna.

Muncul 4 kawan Arka di belakang Arka. Sebelum menjawab pertanyaan Giovanna, Arka sudah di hujani dengan pernyataan dari kawan kawannya.

"Abis berkunjung ke kelas XII noh Gi, mengunjungi Venny." Celetuk Jay yang di balas plototan dari Arka.

"Hah? Apaan, orang tadi gue liat dia lagi ngobrol asik sama Teya anak X-1." Ucap Nazo menambahkan.

"Lah? Kok gue liatnya lagi nelpon si Axel ya pas tadi di toilet sebelum ke ruang guru?" Tambah Aldyan menyulut api.

"Tadi gue liatnya lagi ngobrol ngobrol manis nan syantik sama Rachel anak kelas XI IPS 5 didepan perpus." Ucap Alian yang menambah panas keadaan.

Sebelum teman temannya berulah lebih banyak lagi, Arka membawa Giovanna menuju parkiran. "Gak usah dengerin mereka, otaknya pada coplok." Ucap Arka sambil nyengir tidak jelas.

"Oh iya Gi, ini hari ke-tujuh kita, tapi maaf ya gue gak bisa main. Gue ada acara mendadak di rumah nenek, jadi cuma bisa nganter lu doang. Gapapa kan?" Tanya Arka sambil menatap ke dalam mata kopi milik Giovanna.

Giovanna mengangguk pelan.

Arka pun mengantar Giovanna pulang, dan langsung pamit pergi terburu buru.

Giovanna memasuki rumahnya yang kosong, dan langsung menuju kamarnya.

Ia mengganti seragamnya dengan baju yang lebih santai, yaitu celana Adidas berwarna abu abu selutut dan baju lengan pendek berwarna baby pink.

Karena tidak tahu apa yang harus di lakukan, Giovanna merebahkan tubuhnya di atas kasur nya dan tak lama dari itu, ia terlelap. (Pelor)

Tak kerasa, Giovanna bangun saat pukul menunjukkan 6 lewat 30 menit, ia bergegas untuk shalat maghrib.

Setelah selesai, ia turun untuk makan malam. Ia memasak nasi goreng untuk porsi 3 orang, karena takut Papa nya pulang juga dengan keadaan lapar.

Saat sedang memindahkan nasi goreng ke piring berukuran besar, tiba-tiba saja ada yang memeluknya dari belakang dan membuatnya kaget setengah mati.

"Gue cekokin spatula mati loo!" Ucap Giovanna yang langsung menyembur Abang nya dengan sumpah serapah.

"Yaelah Dek, kita udah idup bareng 16 taun." Ucap Diego.

Giovanna menghela napas berat, "Bang, lo laki normal. Jangan asal peluk gue, gue cewek, udah gede, bukan yang dulu sering mandi bareng lagi. Kita udah gede Bang, sono peluk guling aja." Ucap Giovanna yang masih sibuk dengan nasi goreng.

"Gak mau ah." Ucap Diego menjadi manja.

"Najis lo kayak babi sumpah." Ucap Giovanna bergidik ngeri.

"Punya Adek galak bener." Ucapnya yang melepaskan pelukan tersebut.

Mereka berdua sama sama menuju meja makan untuk menyantap nasi goreng milik masing masing, terkadang di sela sela makan Diego melontarkan lawakan receh.

Setelahnya sama sama masuk kamar masing masing untuk melakukan aktifitasnya, yaitu belajar, entah materi baru atau me-review materi hari itu.

Karena sudah kelelahan membaca dan memahami beberapa buku pelajaran, Giovanna terlelap di atas meja belajarnya.

Yah, bayangkan saja tiap malam itu yang ia lakukan. Membaca dan memahami beberapa buku pelajaran itu sangat membosankan, dan membuat ngantuk.

Giovanna samar samar mendengarkan rintihan seseorang, akhirnya ia terbangun dari tidurnya dan melihat jam di ponselnya yang sudah menunjukkan pukul 9.11 malam.

"Kebanyakan tidur gue anjir." Ucap nya yang membereskan buku yang tadi ia baca.

Saat ia berbalik hendak menuju kasurnya, ada pemandangan yang sangat mengejutkannya.

Arka terbaring lemas di lantai kamarnya dengan wajah lebam, dan banyak luka di lengannya.

Giovanna langsung membawa kotak P3K miliknya dan membawa air hangat, ketambah ia juga membawakan Arka susu coklat panas.

"Lo kenapa?" Tanya Giovanna yang berusaha membuat posisi Arka terduduk. "ini udah malem, kenapa gak balik? Kenapa gak ke rumah sakit? Kenapa malah ke gue?" Bejibun pertanyaan yang di lontarkan oleh Giovanna.

Arka hanya tersenyum samar, "Gue gapapa, pengen liat lo aja." Ucapnya.

Giovanna menggeleng, "Gapapa darimana? Ni obatin sendiri." Ucapnya menyerahkan kotak P3K dan air hangat.

Arka hanya melihat nya dan memegang lengan Giovanna, "Masih gengsi buat ngobatin gue? Lo tega nyuruh gue ngelakuin ini sendirian? Gue butuh lo Gi." Ucap Arka melembut.

"Itu emang kesalahan yang lo buat sendiri. Pasti tauran lagi." Ucap Giovanna yang melepaskan pegangan tangan Arka.

"Lagi?" Tanya nya dengan alis yang bertaut.

Giovanna mengangguk pelan, "Waktu lo batalin pergi sama gue, lo tauran. Gue tau itu, jadi berhenti ke rumah gue saat lu bonyok gini, obatin sendiri karena emang itu salah lo, gue bukan dokter buat lo." Ucap Giovanna yang terduduk di kursi nya bekas ia tadi belajar.

"Gi, gue butuh bantuan lo, gue gak bercanda. Gue gak bisa ngobatin ini." Ucap Arka yang semakin melembut.

Giovanna berdecak pelan dan langsung duduk di hadapan Arka sambil membuka kotak P3K, "Duh, tangan gue kram." Ucap Giovanna pura pura dengan memegang tangan kanannya dengan wajah datar.

"Najis lo, gak usah ngelawak, gue susah ketawa sudut bibir gue robek." Ucap Arka sedikit nyengir terpaksakan.

"Iya iya." Ucap Giovanna akhirnya nurut.

Giovanna meletakkan tangannya dengan kapas dan alkohol di bagian tulang pipi Arka yang sedikit lecet, tapi Arka malah memegang tangannya dan mengusapkan pada wajahnya.

"Modus." Ucap Giovanna sedikit mendengkus.

"Tangan lo...nyaman demi parah." Ucap Arka.

Giovanna kembali mengobati wajah Arka dan lengannya sampai selesai."Nih." Ucap Giovanna sembari menyodorkan susu coklat yang sudah menghangat. "just for relax your body." Sambungnya.

"Ngerti banget sih yang." Ucapnya sembari mengambil gelas dari tangan Giovanna.

Giovanna hanya memandang malas dan kembali duduk di kursi belajarnya. "Jangan duduk di lantai, dingin." Ucap Giovanna mengingatkan.

"Perhatian lo gak nanggung-nanggung, jadi makin sayang." Ucap nya dan hanya mendapatkan dengkusan kesal dari Giovanna.

Arka berpindah pada kursi pojok kamar yang ia tarik sampai berada di samping Giovanna, ia menatap Giovanna dan tidak berpaling pada apapun.

"Jangan liatin gue, gue gak suka diliatin." Ucap Giovanna sembari mengambil ponselnya di dekat tumpukan buku.

"Lo cantik Gi." Tiga kata yang Arka lontarkan membuat Giovanna memalingkan wajahnya.

"Udah setengah sepuluh, balik sana. Papa gue liat, lo di omelin." Ucap nya yang berusaha tidak sadar bahwa Arka memerhatikannya.

"Gi." Panggil Arka yang membuat Giovanna bergumam tidak jelas.

"Ngadep sini dulu dong." Pinta Arka kepada Giovanna.

Dengan malas, Giovanna merubah posisi nya menjadi berhadapan dengan Arka.

Sedetik setelahnya, Arka menaruh dahinya di pundak Giovanna. Mereka berpelukan, namun tidak nempel satu sama lain.

"Gue capek. Biarin gue 10 menit kayak gini, abis ini pulang. Gue cuma mau ngerasain nyaman versi gue." Ucapan Arka membuat Giovanna diam dengan jantung yang berpacu cepat, urat di seluruh tubuhnya menegang, dan hidungnya terasa panas.

10 menit itu terlewatkan oleh keadaan mereka yang sama sama diam satu sama lain, yang satu menikmati keadaannya dalam diam, dan yang satu fokus dengan jantung dan urat syaraf nya.

Arka melepaskan nya dan mengacak acak rambut Giovanna sekilas, dan langsung pergi lewat jendela kamar Giovanna.

Giovanna memerhatikannya sampai Arka menaiki motornya, namun ia membuka ponselnya.

To: Giovanna.

thank u

my...(?)

:)

[Sent: 9.23 PM]

Giovanna membaca nya dan ikut tersenyum.

Arka memerhatikan jendela kamar Giovanna yang di tutup perlahan, gue nyaman sama lo.

Lalu Giovanna beranjak untuk terlelap, kita cuma sebatas teman?

+×÷

big thanks for y'all who read my story, please vote and share my story to your friends ^^

don't forget to meet me on:

wattpad @foleyys

tiktok @crushnyakuroo (i'm in love with haikyuu!)